PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Oleh: Tri Kusrini, Bambang Priyo Darminto, Mujiyem Sapti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: kusrinitri@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita melalui model pembelajaran PBL. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan selama 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SD N Tambakrejo kelas V B Tahun 2012/2013 yang berjumlah 23 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan 3 metode, yaitu metode tes, metode observasi dan metode angket. Soal tes yang diujikan berupa soal uraian. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa minat belajar siswa pada siklus I mencapai rata-rata skor 68,88% dan pada siklus II ratarata skor minat belajar siswa meningkat, yaitu 71,96%. Sedangkan rata-rata hasil kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada siklus I mencapai 53,22 dengan ketuntasan 39,14% kemudian pada siklus II sudah mencapai 64,74 dengan ketuntasan 52,18%. Ini berarti kemampuan siswa mengalami peningkatan. Jadi, model pembelajaran PBL efektif untuk meningkatkan minat belajar dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita di kelas V B SD N Tambakrejo pada pokok bahasan pecahan tahun 2012/2013. Kata kunci: Problem Based Learning, minat belajar, kemampuan. PENDAHULUAN Peningkatan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu tujuan yang sangat diinginkan oleh bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah dan masyarakat pendidikan telah melakukan berbagai upaya. Upaya tersebut dilakukan dengan kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang memuat bebagai mata pelajaran termasuk matematika. Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dipahami oleh siswa. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika terutama soal dalam bentuk cerita. Ini terjadi karena siswa cenderung tidak berminat dalam menyelesaikan soal cerita. Hasil 293
observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada SD Negeri Tambakrejo menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih menggunakan metode pembelajaran konvensional atau ceramah. Sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan, dan pendapat yang dimiliki. Hal ini menyebabkan siswa kurang berminat terhadap pembelajaran. Menurut Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka atau rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar yang lebih bervariasi. Artinya dalam proses pembelajaran guru harus dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah model pembelajaran Problem Based Learnig (PBL). Menurut Arends dalam Supinah (2010: 17) menyatakan bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah dalam dunia nyata sebagai titik awal. Semakin dekat permasalahan yang digunakan dengan dunia nyata, akan semakin baik pula pengaruhnya terhadap peningkatan kecakapan siswa. Menurut Tan dan Wee & Kek dalam Taufik Amir (2009:12) menjelaskan bahwa PBL memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata; b. siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka; c. mempelajari dan mencari sendiri yang terkait dengan masalah; dan d. melaporkan solusi dari masalah. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti peneliti dapat menyusun suatu tujuan yang berguna untuk menjelaskan arah dan maksud penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah menggunakan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan minat belajar dalam menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas V SD Negeri Tambakrejo tahun 2012/2013. Ekivalen: Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Dan TPS (Think Pair Share) Pada Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi Kelas Viii Semester 294 Ganjil SMP Negeri 14 Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tujuan meningkatkan minat siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom action research yaitu (penelitian tindakan) yang dilakukan didalam kelas. Dan penelitian ini dirancang dalam dua siklus. Menurut Igak Wardhani (2011: 2.3) masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan tindakan (planning), tahap pelaksanaan tindakan (acting), tahap pengamatan (observing) dan reflecting. Penelitian ini dilakukan di SD N Tambakrejo Tahun 2012/ 2013 pada siswa kelas V B yang berjumlah 23 siswa. Yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 9 siswa perempuan. Pengambilan data dilakukan melalui metode tes, metode observasi dan metode angket. Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Instrumen dalam metode tes menggunakan soal uraian yang berjumlah 5 soal yang dilakukan pada akhir setiap siklus. Metode observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL. Sedangkan metode angket digunakan untuk mengukur minat belajar siswa yang terdiri dari 25 pertanyaan. Analisis data menggunakan rata-rata persentase siswa dalam menyelesaikan soal cerita dan rata-rata minat belajar siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian berupa pengamatan tindakan, angket minat belajar siswa dan kemampuan menyelesaikan soal cerita dari siklus I dan siklus II yang dapat dianalisis sebagai berikut. 1. Hasil Observasi Berdasarkan data hasil pengamatan pada siklus I diperoleh bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilakukan peneliti sebesar 84,4%. Dan termasuk dalam kriteria sangat baik. Sedangkan data hasil pengamatan pada siklus II diperoleh bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru meningkat dan termasuk dalam kriteria sangat baik, yaitu 90,6%. Adapun peningkatan hasil pengamatan dari siklus I ke siklus II, dapat dilihat pada gambar diagram berikut. 295
persentase Peningkatan Hasil Pengamatan Pembelajaran PBL 95 90.6 90 85 80 84.4 Siklus I siklus II Siklus I siklus II pengelolaan Pengamatan Ekivalen: Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Dan TPS (Think Pair Share) Pada Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi Kelas Viii Semester 296 Ganjil SMP Negeri 14 Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013
Gambar 1. Diagram Peningkatan Hasil Pengamatan Pembelajaran dengan Model PBL pada Siklus I dan Siklus II 2. Hasil Angket Minat Belajar Siswa Berdasarkan hasil rekapitulasi angket minat belajar siswa kelas V B pada siklus I skor rata-rata persentase minat siswa mencapai 68,88%. Dan termasuk dalam kategori baik. Sedangkan hasil rekapitulasi angket minat belajar siswa kelas V B pada siklus II naik, yaitu skor rata-rata persentase minat siswa mencapai 71,96%; dan hasil tersebut termasuk dalam kategori baik. Diagram peningkatan minat belajar siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar diagram berikut. Diagram Peningkatan Minat Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran PBL 71.96 72 70 68.88 68 minat 66 siklus I siklus II Gambar 2. Diagram Peningkatan Minat Belajar Siswa Terhadap Model Pembelajaran PBL pada Siklus I dan Siklus II 3. Hasil Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Nilai rata-rata tes tertulis kemampuan siswa siklus I adalah 53,22. Sedangkan nilai rata-rata pada siklus II meningkat menjadi 64,74. Ini menunjukkan bahwa 297
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Berikut hasil tes tertulis siklus I dan siklus II. Tabel 1. Daftar Tes Tertulis Siklus I dan Tes Tertulis Siklus II Keterangan siklus I siklus II Jumlah 1224 1489 rata-rata 53.21739 64.73913 standar deviasi 14.64103 15.07924 Maksimum 90 90 Minimum 40 40 Jangkauan 50 50 di bawah rata-rata/ persentase 14/60,86% 11/47,82% di atas rata-rata/ persentase 9/39,14% 12/52,18% Berdasarkan tabel di atas, nilai tes tertulis pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan nilai tes tertulis pada siklus I. Akan tetapi, nilai tertinggi dan nilai terendah yang dapat dicapai siswa pada siklus I dan siklus II sama, yaitu 90 dan 40. Nilai rata-rata untuk tes tertulis pada siklus I adalah 53, 22 sedangkan untuk tes tertulis pada siklus II mencapai 64,74. Pada pelaksanaan tes tertulis siklus I, siswa yang memperoleh nilai di atas ratarata sebanyak 9 siswa (39,14%) sedangkan 14 siswa (60,86%) memperoleh nilai di bawah rata-rata. Pada pelaksanaan tes tertulis siklus II, siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata sebanyak 12 siswa (52,18%) dan 11 siswa (47,82%) memperoleh nilai di bawah rata-rata. Siswa yang mengalami peningkatan nilai tes tertulis dari siklus I ke siklus II sebanyak 17 siswa (73,91%). Standar deviasi hasil tes siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan dari 14,64 pada siklus I menjadi 15,08 pada siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata evaluasi kelas V B yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 21,74% ( 5 siswa) dari 23 siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM sebesar 78,26% ( 18 siswa) dari 23 siswa. Pada siklus II, nilai rata-rata evaluasi kelas V B yang mencapai KKM sebesar 52,17% (12 siswa) dan yang belum mencapai KKM sebesar 47,83% (11 siswa). Sehingga terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian dari hasil siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa Ekivalen: Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Dan TPS (Think Pair Share) Pada Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi Kelas Viii Semester 298 Ganjil SMP Negeri 14 Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013
pembelajaran dengan model PBL dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. SIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini memberikan hasil bahwa pembelajaran matematika dengan model PBL meningkatkan minat belajar dan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas V B SD N Tambakrejo tahun 2012/2013. Dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran dalam proses pembelajaran matematika di SD N Tambakrejo khususnya pada materi soal cerita sebaiknya dilakukan dengan menggunakan model PBL sebagai alternatif untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Dan memberikan latihan soal yang cukup sehingga siswa mampu menyelesaikan berbagai soal cerita dan sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada guru untuk menerapkan model-model pembelajaran yang variatif dan inovatif dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan peran aktif dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. DAFTAR PUSTAKA Amir, M Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. James J. Gallagher. 2013. Using Problem Based Laerning to Eksplore Unseen Academic Potential; University of North Carolona-Chapel Hill. Interdisciplinary Journal of Problem Based Learning Volume 7. Diakses dari http://docs.lib.purdue.edu/ijpbl/vol7/iss1/9/ Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Supinah dan Titik Sutanti. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika di SD. Yogyakarta: PPPPTK Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. 299