BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kognitif yang diperlukan, tetapi menekankan perkembangan karakter.

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA )/MADRASAH ALIYAH (MA)/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB)

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

SILABUS MATA PELAJARAN: SOSIOLOGI (PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL)

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas tersebut terdapat banyak penerapan komponen pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

SILABUS AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

4. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK (PEMINATAN)

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB II LANDASAN TEORI. fisiknya dalam objek terkecil (Sumardjo, 2007: 19). Mengacu pada pemahaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

12. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR EKONOMI SMA/MA

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

4. Menentukan Himpunan Penyelesaian untuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

KompetensiInti KompetensiDasar Materi Ajar Indikator

I. PENDAHULUAN. sebagai medianya. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan

Kegiatan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting dilakukan untuk mengetahui relevansi karya sastra dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat pada dasarnya mencerminkan realitas sosial dan memberikan pengaruh terhadap masyarakat. Karya sastra baik berupa puisi ataupun prosa memiliki kompleksitas makna yang terkandung didalamnya, sehingga kegiatan apresiasi sastra akan memberikan berbagai macam manfaat yang dapat diambil dengan membaca dan mengapresiasi sastra akan memberikan berbagai macam manfaat bagi pembaca. Salah satu jenis karya sastra adalah cerpen atau biasa disebut cerita pendek. Cerpen merupakan jenis karya sastra yang dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya mampu mengembangkan pandangan hidup atau kepribadian pembaca, dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Semua hal tersebut seperti nyata dan hidup karena pengarang dalam menggambarkan tokoh-tokohnya seolah-olah ada dan benarbenar terjadi dan rasional. 1

2 Menurut Sugihastuti dan Suharto (2010: 2) sastra Indonesia memandang perempuan menjadi dua bagian kategori. Kategori pertama adalah peran perempuan dilihat dari segi biologisnya (istri, ibu, dan objek seks) atau berdasarkan tradisi lingkungan. Kedua, bahwa peranan yang didapat dari kedudukannya sebagai individu dan bukan sebagai pendamping suami. Tokoh perempuan seperti kategori tersebut, biasanya disebut sebagai perempuan feminis yaitu perempuan yang berusaha mandiri dalam berpikir, bertindak, dan menyadari hak-haknya. Perempuan merupakan sosok yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Hingga saat ini, belum terjadi keseimbangan antara laki-laki dan perempuan, ketidakseimbangan tersebut dapat dilihat dari masih adanya anggapan bahwa perempuan memiliki keterbatasan dari segi fisik dan mental yang kemudian berpengaruh pada segi pembagian peran dan perlakuan dalam masyarakat. Adanya anggapan keterbatasan tersebutlah yang membuat perempuan dianggap tidak layak menempati posisi tertentu. Berdasarkan angapan-anggapan tersebut, ternyata secara tidak sadar membuat masyarakat telah mempraktikkan gender. Sedangkan pada dasarnya gender itu sendiri adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan dalam peran, perilaku, mentalitas, dan karakter emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Pada hakikatnya gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Oleh karena itulah gender pada hakikatnya hanya berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Jika mengacu pada konsep gender maka dapat dipahami bahwa gender itu muncul karena perkembangan pola pikir manusia mengenai kedudukan perempuan bersama laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat.

3 Di dalam gender dikenal adanya sistem hirarki yang menciptakan kelompokkelompok yang bersifat operasional. Kelompok tersebut saling bergantung atau bahkan bersaing untuk mempertahankan kekuasaan masing-masing. Sejarah perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses panjang. Seperti perbedaan gender dikarenakan konstruksi secara sosial maupun kultural, melalui ajaran keagamaan dan negara. Melalui proses-proses tersebutlah yang menyebabkan sosialisasi gender dianggap menjadi ketentuan Tuhan, seolah-olah bersifat biologis (Fakih, 2012: 9). Berdasarkan hal tersebut maka perbedaanperbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, terutama terhadap kaum perempuan. Salah satu cerpen yang mengangkat masalah ketidakadilan gender adalah kumpulan cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra. Cerpen ini menceritakan ketertindasan perempuan baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, domestik dan sosial. Berdasarkan pengamatan yang lebih khusus, terdapat tujuh belas judul cerita di dalam buku kumpulan cerpen Yang Menunggu dengan Payung yang menceritakan tentang ketidakadilan gender. Namun dari tujuh belas cerpen tersebut peneliti membatasi lima cerpen yang peneliti analisis. Pemilihan pada lima cerpen dalam penelitian ini mengacu pada empat alasan, di antaranya sebagai berikut. 1) tokoh dalam cerpen ini mayoritas perempuan; 2) menggambarkan bentuk ketidakadilan gender berupa subordinasi, stereotipe, dan kekerasan; 3) merupakan gender cerita pendek yang padat dan memasyarakat; dan 4) memiliki nilai kehidupan yang dapat memberikan motivasi bagi pembacanya. Alasan

4 peneliti mengambil ketidakadilan gender dalam penelitian ini adalah: pertama, ketidakadilan gender terlahir karena adanya pelestarian budaya partriarki. Oleh sebab itulah laki-laki lebih berkuasa daripada kaum perempuan baik di masyarakat ataupun di rumah tangga yang mengakibatkan perempuan mengalami diskriminasi. Kedua, ketidakadilan gender didasari pemahaman para laki-laki yang menganggap perempuan adalah makhluk yang lemah sehingga tidak dipercaya untuk mendapatkan peran sama sekali. Masalah gender sangat berhubungan dengan gerakan feminisme. Pada hakikatnya feminisme adalah jalan bagi kaum perempuan untuk menuntut agar kesadaran kultural yang selalu memarginalkan perempuan dapat diubah sehingga keseimbangan yang terjadi adalah keseimbangan yang dinamis. Feminisme menganggap dominasi patriarki merupakan penyebab utama ketidakadilan gender perempuan. Menurut Fakih (2012: 78) pada umumnya orang berprasangka bahwa feminisme adalah gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki, upaya melawan pranata sosial yang ada. Misalnya institusi rumah tangga, perkawinan maupun usaha pembrontakan perempuan untuk mengingkari apa yang disebut sebagai kodrat. Mengacu pada pemahaman tersebut maka dapat dipahami dengan kesalahpahaman seperti itu feminisme tidak saja kurang mendapat tempat di kalangan kaum perempuan sendiri, bahkan secara umum ditolak oleh masyarakat. Gerakan feminisme yang berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta harus ada upaya mengakhiri penindasan dan eksploitasian tersebut. Kondisi inilah yang membutuhkan perhatian lebih dari perempuan untuk dapat mewujudkannya. Feminisme dalam penelitian ini bukan berarti sebagai perlawanan dari kaum perempuan terhadap kaum laki-laki dari segi

5 perbedaan jenis kelamin mereka. Namun kesadaran akan persamaan yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan yang memiliki kedudukan yang sering menimpa kaum perempuan, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Fokus dari penelitian ini adalah feminisme pada tokoh perempuan dalam kumpulan cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra. Penelitian yang difokuskan pada tokoh perempuan ini disesuaikan dengan konsep dasar feminis. Konsep dasar feminisme yang dianalisis yaitu tokoh perempuan yang mengalami penindasan, ketidakadilan dan ketidakseimbangan terhadap laki-laki. Alasan peneliti meneliti kajian feminisme karena dalam kajian feminisme ini hendaknya mampu mengungkapkan aspek-aspek ketertindasan. Selain itu aspek ketidakadilan yang dirasakan tokoh perempuan di dalam kumpulan cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra. Pembelajaran sastra dengan materi gender dinilai sangat penting dilaksanakan dan diharapkan juga menjadi acuan utamanya terjadi penanaman nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender pada generasi muda. Tujuan utamanya yaitu tercipta masyarakat yang berkeadilan gender dan saling menghormati serta menghargai antar sesama. Ketidakadilan gender dipilih sebagai materi pembelajaran sastra di SMA sejalan dengan karakteristik perkembangan emosi, sosial, dan moral usia siswa SMA. Pada masa-masa ini penting untuk ditumbuhkan kepekaan tentang gender, sehingga dapat menanamkan konsep kesetaraan gender sejak dini. Munculnya berbagai bentuk ketidakadilan gender yang sering menimpa kaum perempuan antara lain adalah subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan beban kerja lebih karena adanya anggapan bahwa laki-laki lebih superioritas jika dibandingkan dengan perempuan.

6 Berdasarkan hal tersebut maka ketidakadilan yang sering menimpa kaum perempuan jelas bertentangan dengan nilai-nilai kesetaraan gender. Oleh karena itu perlu dibangkitkan lagi semangat untuk memperjuangkan persamaan hak. Jika melihat ketidakadilan gender yang masih sering terjadi di tengah masyarakat, maka implementasi pembelajaran sastra dengan materi ketidakadilan gender dinilai penting untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah. Hal tersebut merupakan salah satu usaha untuk mensosialisasikan tentang kesetaraan gender, sehingga dapat menanamkan nilai-nilai hidup, sikap, dan pribadi siswa agar lebih dapat menghargai tentang kesetaraan gender. Implementasi proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sesuai silabus SMA kurikulum 2013 kelas XI semester I dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sebagai berikut: KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prsedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan. KD 3.3. Menganalisis teks cerita pendek, baik melalui lisan maupun tulisan. KD 4.1. Menginterpretasi makna teks cerita pendek, baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti ingin menyumbangkan pikiran untuk menumbuhkan daya apresiasi siswa khususnya dalam bidang sastra. Maka dari itu, peneliti menganggap penting dan menarik untuk meneliti kumpulan cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra. Dalam hal ini peneliti mengkaji tentang ketidakadilan gender tokoh perempuan. Berdasarkan tema tersebut

7 judul dalam penelitian ini adalah Ketidakadilan Gender Tokoh Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra dan Saran Implementasi sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kritik sastra feminis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti paparkan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimanakah bentuk ketidakadilan gender tokoh perempuan yang terdapat dalam kumpulan cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra? 2. Bagaimanakah saran implementasi cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra sebagai materi pembelajaran sastra di SMA? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini mengacu pada rumusan masalah tersebut, yakni sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan bentuk ketidakadilan gender tokoh perempuan yang terdapat dalam kumpulan cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra. 2. Mendeskripsikan saran implementasi cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra sebagai materi pembelajaran sastra di SMA. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Memperkaya ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat terhadap perkembangan kritik sastra di Indonesia dengan memanfaatkan kritik sastra feminis.

8 b. Meningkatkan kemampuan, dan ketrampilan dalam mengapresiasikan karya sastra, khususnya ketidakadilan gender dalam cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai alternatif bahan pengajaran sastra dan mempermudah dalam menjelaskan materi unsur-unsur karya sastra khususnya ketidakadilan gender dalam cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra. b. Sebagai referensi bagi guru/siswa dalam mempelajari, memahami dan menemukan ketidakadilan gender dalam cerpen Yang Menunggu dengan Payung karya Zelfeni Wimra.