Adapun beberapa pencapaian mutu yang dilakukan pada PT Sumi. 1. Menyusun prosedur pembelian bahan baku berkualitas sesuai standard

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil

PENENTUAN DAN ANALISIS BIAYA KUALITAS MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA LABORATORIUM RSUD FAUZIAH BIREUEN

QUESTIONNAIRE UNTUK MENGETAHUI GAMBARAN SINGKAT PERUSAHAAN. 1. PT. Arindo Garmentama bergerak dibidang apa?

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Surakarta, pada saat ini perkembangan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak manajemen

10/6/ Pengantar

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan pada CV. PATT ENGINEERING yang

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perusahaannya di pasar. Usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk

untuk membuat dan mengantarkan barang ke pelanggan tersebut memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi

ABSTRACT. Key word : Prevention Cost, Appraisal Cost, Internal Failure Cost, External Failure Cost, and Cost Control Product. viii

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Program Kerja Review dan Pengujian atas Bagian Produksi

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Just in time dalam Manajemen Logistik

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING. ii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.. iii. HALAMAN PERSEMBAHAN. iv. HALAMAN MOTTO.

Pada saat ini dunia sedang berada pada masa transisi dari era persaingan. perusahaan ditentukan oleh keberhasilan dalam memanfaatkan berbagai sumber

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk

SISTEM JUST-IN-TIME (JIT) & Activity Based Cost System

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia menunjukkan persaingan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia dan dimulainya era pasar bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan untuk mempertahankan keadaan going concern atau suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan penentuan harga jual merupakan hal penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kualitas telah menjadi dimensi kompetitif yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kapal sebagai sebuah wahana teknis terdiri dari beberapa sistem permesinan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PT Kasa Husada Wira Jatim

COST OF QUALITY. EMA503 Manajemen Kualitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN. bahan plastik dengan bahan baku titro propylenna 6531, titanlene dan afal yang

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

COST OF QUALITY PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Pembahasan Materi #5. Grafik Pengumpulan Data Pengolahan Data Kegunaan Pemeriksaan Komponen. Definisi Tingkat Kepentingan

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

BAB I PENDAHULUAN. Activity-based management (ABM) meliputi activity based costing (ABC)

BAB I PENDAHULUAN. mendistribusikan produk yang telah dihasilkannya tersebut.

PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MELALUI ANALISA BIAYA KUALITAS (Studi Kasus pada Perusahaan Bahan Baku Makanan)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan cepat menuju perekonomian global didukung perkembangan IT yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas penduduk Indonesia masih menggantungkan hidup disektor pertanian. Sektor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BABI PENDAHULUAN. Pada saat ini terdapat 4 keadaan yang sangat berpengaruh atas dunia

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga barang kebutuhan sehari-hari dan tidak menutup kemunginan harga bahanbahan

Maintenance and Reliability Decisions

PENERAPAN BIAYA KUALITAS MENGGUNAKAN METODE ZERO DEFECT DALAM MENINGKATKAN LABA PERUSAHAAN PADA CV. BAHANA KARYA GRESIK

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

TARGET COSTING DRS. DEVIE., AK., EFC., CFP., AEPP., CMA., CBA

AKUNTANSI BIAYA. Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Mojokerto dan sekitarnya. Rumah Sakit ini berlokasi di jalan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pencapaian Kinerja Mutu pada PT. Sumi Asih Oleochemical Industry Adapun beberapa pencapaian mutu yang dilakukan pada PT Sumi Asih adalah sebagai berikut: 1. Menyusun prosedur pembelian bahan baku berkualitas sesuai standard yang telah ditetapkan, yang kemudian dilakukan pengujian mutu oleh urusan laboratarium meliputi pengujian grade menyangkut klasifikasi stearine (bahan baku Asam Stearat dan Glycerine) berdasarkan kelayakan stearine tersebut untuk diproduksi serta kandungan kotorannya. 2. Pemeliharaan mesin produksi 3. Melengkapi produk dengan fasilitas laboratorium untuk pengujian produk. 4. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan dengan mengadakan pelatihan sesuai tugas dan pekerjaannya serta melaksanakan usaha-usaha pengembangan sistem dan alat produksi untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja. 5. Melakukan pendokumentasian terhadap pencapaian mutu yang teiah ditetapkan sehingga memungkinkan adanya evaluasi secara berkala dengan melakukan pembandingan antara standard mutu dengan mutu yang telah dicapai. 6. Melakukan audit mutu untuk menjamin kepastian mutu secara periodik dengan jadwal yang telah ditetapkan untuk urusan Quality Assurance, 53

54 Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian mutu pada PT Sumi Asih Oleochemical Industry adalah dengan : 1. Quality Cost Index Analisis berikut dilakukan dengan suatu tujuan melihat index pencapaian kinerja mutu dari suatu proses produksi. Seperti disebutkari, menurut teorinya perusahaan manufaktur yang menerapkan program zero defect akan mempunyai quality cost index ideal 100. berikut akan disajikan perhitungan besamya quality cost index dengan dasar waktu satu tahun. a. Dari hasil pengemlompokan aktivitas yang terkait dengan biaya kualitas terdapat 5 (lima) aktivitas yang berkaitan dengan inspeksi dan quality control yaitu supervisi proses produk, pengujian bahan baku, pengujian barang jadi, kalibrasi alat produksi dan uji, dan audit system mutu. Kelima aktivitas ini mengkonsumsi biaya tenaga kerja dan biaya overhead secara total seperti tercantum dibawah ini : (angka-angka dapat dilihat pada lampiran 4) Supervisi proses produksi = Rp. 111.083.564,07 Pengujian Bahan Baku - Rp. 111.932.382,80 Pengujian Barang Jadi =Rp. 77.088.554,25 Kalibrasi Alat Produksi dan uji = Rp. 43.102.223,13 Audit Sistem Mutu - Rp. 88.083.975,19 Rp. 554.172.404,11 (Total biaya tersebut sama dengan biaya penilaian keseluruhan)

55 b. Waste yang terjadi adalah 1018 unit. Harga jual rata-rata seeluruh produk adalah 342.453,34. Maka nilai waste pada harga jual (misalkan waste tersebut dijual) adalah: 1018 unit x 342.453,34 = Rp. 348.617.500,12 c. Hasil penjualan seluruh kedua produk sesuai data yang terdapat pada laporan keuangan tahun 2003 adalah Rp 31.505.707.425,00 d. Maka sesuai rumus pada bab II Quality Cost Index = 100+ 100 (348.617.500,12+ Rp.554.172.404,l I) Rp 31.505.707.425,00 = 100 + 2,865 = 102,86 Maka dari hasil perhitungan yang diperoleh hasil bahwa Quality cost index adalah 102,86. Sesuai teori apabila quality cost index berada sampai kisaran 105 dapat dilcatakan kinerja mutu secara keseluruhan menunjukkan hasil yang bagus. 2. Perbandingan Terhadap Harga Jual Salah satu perbandingan yang bisa dilakukan untuk tujuan anlisis adalah membandingkan total biaya mutu dengan harga penjualan baik untuk setiap produk maupun secara keseluruhan. Sesuai perhitungan diatas

56 dapat dapat diketengahkan bahwa rasio perbandingan biaya mutu glycerine dengan penjualan perunit: Prevention Cost perunit Glycerine = Rp 6.159,48 Appraisal Cost perunit Glycerine = Rp 20.568,67 Failure Cost perunit Glycerine = Rn 13.656.76 Total Glycerine = Rp 40.384,91 Harga jual produk glycerine adalah Rp 1.049.550,75 dengan demikian presentase total biaya mutu terhadap harga jual produk adalah: Total CQQ perunit = Rp 40.384,91 =3,84% Harga jual perunit Rp 1.049.550,75 Apabila dirinci maka dapat dilihat seperti di bawah ini; Prevention Cost perunit Glycerine = Rp 6.159,48/Rp 1.049.550,75 = 0,58% Appraisal Cost perunit Glycerine = Rp 20.568,67/Rp 1.049.550,75 = 1,96% Failure Cost perunit Glycerine = Rp 13.656,76/Rp 1.049.550,75 = 1,30% Rp40.384,91/Rp 1.049.550,75-3,84% Perbandingan biaya mutu dengan harga jual untuk satu jenis produk lainnya dapat dilihat pada tabel 4.1 :

57 TabeH.l Perbandingan Biaya Kualitas Terhadap Harga Jual No Item Glycerine Asam Stearat 1. Prevention Cost 0,58% 0,48% 2. Appraisal Cost 1,96% 1,22% 3. Failure Cost 1,30% 1,29% Total COQ 3,84% 2,99% Sumber: Data diolah (2005) Dari tabel diatas dapat dilihat secara koraparatif besarnya biaya perjenis biaya dari setiap jenis produk dengan harga jualnya. Dari angkaangka diatas terlihat bahwa perbandingan total COQ terhadap harga jual perunit relatif tidak begitu besar dengan kisaran 2-4 % tampaknya kinerja mutu dapat dikatakan memuaskan. Data ini lebih bennanfaat apabila terdapat data pembanding dari perusahaan sejenis karena rasio total cost of quality dengan harga jual akan menunjukkan batasan relatif biaya kualitas yang boleh dikeluarkan perusahaan ketika kompetisi harga meningkat maka indikator ini dapat memberikan sinyal adanya pengeluaran biaya mutu yang berlebihan. Secara sederhana kita dapat membuat analisis internal dengan membandingkan biaya mutu antar produk. Produk glycerine mengkonsumsi biaya mutu relatif lebih banyak dibandingkan dengan lain yaitu 3,84% dibanding asam stearat yang mengkonsumsi 2,99%.

Produk Glycerine bukan berarti mempunyai kinerja mutu yang Iebih buruk daripada produk asam stearat. Apabila dilihat lebih jauh maka tingginya total biaya mutu produk glycerine karena dalam struktur biaya mutu glycerine menggunakan 0,58% bmya pencegahan, 1,96% biaya penilaiannya dan 1,30% biaya kegagalannya Seperti telah dikemukakan tadi bahwa biaya mutu yang dikonsumsi oleh glycerine relatif Iebih tinggi terhadap asam stearat dan biaya kegagalan tertinggi pun justru terjadi pada glycerine sedangkan pada asam stearat biaya pencegahannya rendah yaitu 0,48*/o maka menghasilkan biaya kegagalan yang terjadi yaitu 1,29%. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas pencegahan yang dilakukan untuk produk glycerine dan asam stearat kurang maksimum dan biaya pencegahan yang timbul rendah maka hasilnya biaya kegagalan untuk kedua produk tersebut tinggi. Dengan demikian, apabila analisis dikaitkan dengan semboyan/klausa! yang menyebutkan bahwa untuk menurunkan biaya kualitas secara keseluruhan maka "do it right in the first time", dengan melakukan investasi maksimum pada biaya pencegahan maka biaya kegagalan akan menurun diikuti dengan turunnya biaya mutu secara keseluruhan dan klausal kedua menyatakan bahwa akan terjadi trade-off antara biaya-biaya tersebut sehingga sulit untuk mencari bauran yang dapat meminiinmalkan biaya mutu secara optimal. Maka manajemen dalam hal ini Quality Assurance hams segera mencari cara untuk melakukan trade-off antara biaya pencegahan dan biaya penilaian. Selain

59 itu yang juga perlu menjadi perhatian manajemen pada rasio-rasio tersebut diatas adalah kemungkinan hilangnya penjualan yang potensial. B. Perhitungan Biaya Mutu dengan Pendekatan Activity Based Costing System pada PT. Sumi Asih OleochemicaJ Industry /. Prevention Cost Glycerine a. Riset dan pengembangan COQperR&D = Banyaknya R & D = Rp 122.881.704,68 35 kali = Rp 3.510.905,84 _ Rate COQ per R & D x Frekuensi R & D ^ ^3.510.905,84x10 = Rp 6.159,48 perunit Glycerine Jadi total biaya pencegahan perunit glycerine = Rp 6.159,48 2. Appraisal Cost a. Audit sistem mutu Pembebanan biaya aktivitas ini sesuai rumus adalah:

60 r^r\n a-. COQ perjam audit = ^ Banyaknya jam audit = RP 88.083.975,19 9846 = Rp 8.946,16/jam audit Maka COQ perproduk untuk aktivitas ini bisa dibilang: Rate COQ perjam x jam audit used Rp 8.946,16x4.923 = Rp 7.726,65 perunit Glycerine b. Supervisi proses produk Pembebanan biaya aktivitas ini sesuai rumus adalah: COQ perjam pemeriksaan = Banyaknya jam pemeriksaan = Rp 111.083.564,07 4.980 jam - Rp 22.305,93 COQttemnit = RateC Q/J5"1 pemeriksaaa x jam pemeriksaai used Jumlahproduk = Rp 22.305,93x1085 = Rp 4.245,95 perunit Glycerine c. Pengujian bahan baku Pembebanan biaya aktivitas ini sesuai rumus:

61 r ^ +- COQ pertesting = Banyaknya testing = Rp 111.392.382,80 4055 = Rp27.470,37/testing _ Rate COQ pertesting x testing Rp 27.470,37x930 kali = Rp 4.482,01 perunit Glycerine d. Kalibrasi alat produksi dan uji Kalibrasi merupakan kegiatan pengujian untuk mengukur presisi alatalat mekanis. Pembebanan biaya aktivitas ini sesuai rumus: ~. COQ pertesting = J Banyaknya testing = Rp 43.102.223,13 210 = Rp 205.248,68 / testing Rate COQ pertesting x testing Rp 205.248,68x70 = Rp 2.520,60 perunit Glycerine e. Pengujian barang jadi

62 Pembebanan biaya aktivitas ini sesuai rumus:,- ^ *: COQpertestmg = Banyaknya testing = Rp 77.088.554,25 1010 = Rp 76.325,30/testing Rate COQ pertesting x testing = Rp 76.325,30x119 = Rp 1.593,46 perunit Glycerine 3. Failure Cost a. Scrap/Waste Pembebanan biaya aktivitas ini sesuai rumus: rusak = Banyaknya unit rusak = Rp 408.478.160,08 1018 unit = Rp401.255,55/unit Rate x unit rusak = Rp 401.255,55x194 unit

63 = Rp 13.656,76 perunit Glycerine Dengan perhitungan-perhitungan di atas, maka biaya mutu perunit Glycerine adalah: Prevention Cost perunit Glycerine = Rp 6.159,48 Appraisal Cost perunit Glycerine = Rp 20.568,67 Failure Cost perunit Glycerine = Rp 13.656.76 Total Glycerine = Rp 40.384,91 Sama seperti perhitungan di atas secara singkat Cost Of Quality untuk produk asam stearat dapat dilihat pada Lampiran 6.