4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

dokumen-dokumen yang mirip
4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Formulasi Cookies

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon dan Spirulina platensis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Daun Yakon

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

Mendesain Pangan untuk Atlit Berdasarkan Indek Glikemik. Oleh : Arif Hartoyo HP :

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

Cegah Resistensi Insulin Dengan Obat Herbal Diabetes Daun Insulin

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai obat. Sekarang ini banyak sekali berbagai jenis obat yang dikemas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

BAB I PENDAHULUAN. dasar tepung terigu yang digemari oleh semua kalangan usia (subagjo,

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di

serta peningkatan jumlah dan jenis penyakit. Tumbuhan sebagai sumber senyawa bioaktif alami merupakan bahan baku yang potensial yang menunjang usaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan Hasil Isolasi Protein Daun Yakon ( Smallanthus sonchifolius) Hasil Analisis Proksimat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

Transkripsi:

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies Pada penelitian ini daun yakon dipilih karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian menggunakan daun yakon membuktikan adanya kemampuan daun yakon dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang dikondisikan diabetes. Penelitian yang dilakukan Aybar et al. (2001) dengan memberikan 2% teh daun yakon pada tikus yang diinduksi STZ sebagai pengganti air minum selama 30 hari memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang signifikan dan meningkatkan sirkulasi kadar insulin. Pada umumnya daun yakon dikonsumsi dengan dijadikan teh atau dengan merebus daun yakon segar. Daun yakon yang digunakan pada penelitian ini adalah daun yakon kering. Pembuatan daun yakon kering dilakukan dengan metode pengeringan solar tunnel drying (STD). Metode ini dipilih karena relatif lebih murah, waktu yang dibutuhkan lebih singkat, dan bahan dapat terlindung dari kotoran, serangga dan burung. Pada siang hari suhu STD adalah sekitar 60 o C dan dapat membunuh serangga yang mungkin terbawa pada drying area. Pengeringan menggunakan STD dapat mencapai suhu 80 o C dengan menghentikan sementara aliran udara, sehingga suhu di dalam STD akan meningkat (Damadi & Ananingsih, 2008). Pada penelitian ini daun yakon segar yang digunakan adalah sebanyak 10 kg, setelah dilakukan pengeringan menghasilkan daun yakon kering sebanyak 1,162 kg. Pengeringan daun yakon menyebabkan penyusutan sebanyak 88,38%. Tepung mocaf digunakan sebagai bahan dasar pembuatan cookies dalam penelitian ini karena dapat dijadikan sebagai alternatif bahan baku pengganti tepung terigu. Tepung mocaf tidak mengandung gluten dan memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dibanding tepung terigu, sehingga cocok digunakan untuk penderita diabetes (Sunarsi et al., 2011). Tepung mocaf dapat diaplikasikan ke dalam produk bakery seperti cookies karena kandungan proteinnya yang rendah. Bahan yang digunakan 32

33 dalam pembuatan cookies yang ditujukan untuk penderita diabetes ini antara lain tepung mocaf, susu skim cair, dan gula sukralosa. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cookies dipilih yang baik untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes. Bahan-bahan tersebut digunakan dengan tujuan untuk memperoleh kandungan lemak dan gula yang rendah. Susu skim atau susu tanpa lemak baik dikonsumsi untuk penderita diabetes. Susu skim juga memiliki indeks glikemik (IG) yang rendah, yaitu sebesar 32 sehingga cocok digunakan sebagai bahan pembuatan cookies untuk penderita diabetes. Diet rendah IG dapat memperbaiki kadar glukosa darah hiperglikemia. Selain itu, penderita diabetes harus membatasi asupan lemak jenuh dan kolesterol dari makanan. Konsumsi lemak jenuh dapat memberikan dampak pada metabolisme lemak (meningkatkan kolesterol LDL), resistensi insulin, dan tekanan darah (Azrimaidaliza, 2011). Gula sukralosa merupakan pemanis buatan yang memiliki tingkat kemanisan 600 kali lebih manis dari sukrosa. Sukralosa tidak mengandung kalori, stabil pada temperatur tinggi dan pada media asam, serta tidak terhidrolisis selama pencernaan dan metabolisme. Karakteristik lain dari sukralosa adalah tidak mengganggu pemanfaatan dan absorbsi glukosa, metabolisme karbohidrat dan sekresi insulin sehingga sukralosa aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. ADI (Acceptable Daily Intake) dari sukralosa pada manusia adalah 15 mg/kg berat badan/hari (Rodero et al., 2009). Dalam penelitian ini, dilakukan modifikasi pembuatan cookies mocaf dengan substitusi daun yakon kering. Terdapat tiga jenis cookies yang dibuat, yaitu cookies mocaf tanpa penambahan daun yakon kering (M), cookies mocaf yang disubstitusi daun yakon kering sebanyak 20% (MY20), dan cookies mocaf yang disubstitusi daun yakon kering sebanyak 40% (MY40). Konsentrasi daun yakon kering yang ditambahkan dipilih berdasarkan pada percobaan pendahuluan terhadap formulasi cookies. Percobaan pendahuluan dilakukan dengan menggunakan beberapa konsentrasi penambahan daun yakon kering dari konsentrasi rendah hingga konsentrasi tinggi. Pada percobaan tersebut dapat diketahui bahwa cookies dengan

34 substitusi daun yakon kering melebihi 40% akan memiliki rasa terlalu pahit meskipun sudah dilakukan penambahan gula sukralosa. Selain itu, penambahan daun yakon melebihi 40% menyebabkan adonan tidak dapat kalis dan sulit untuk dibentuk. Rasa pahit yang dihasilkan disebabkan karena adanya kandungan senyawa fitokimia dalam daun yakon, sehingga semakin banyak penambahan daun yakon maka cookies akan memiliki rasa yang semakin pahit (Honoré et al., 2015). 4.2. Hasil Proksimat Cookies Analisis proksimat terhadap cookies dilakukan untuk mengetahui kadar air, abu, lemak, protein, dan gula pereduksi. Kadar air merupakan komponen penting dalam bahan pangan karena dapat mempengaruhi citarasa, kenampakan, dan tekstur makanan. Kadar air pada makanan juga penting untuk diketahui karena berpengaruh pada umur simpan dan penerimaan bahan pangan tersebut (Winarno, 1997). Kadar air cookies mocaf tanpa substitusi dan cookies mocaf yang disubstitusi daun yakon pada Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan daun yakon pada cookies akan menghasilkan kadar air yang semakin rendah. Kadar air tertinggi terdapat pada cookies mocaf yang disubstitusi 20% daun yakon kering, yaitu sebesar 3,358% dan tidak berbeda nyata dengan cookies mocaf tanpa substitusi daun yakon. Cookies mocaf yang disubstitusi dengan 40% daun yakon mengandung kadar air yang paling rendah, yaitu sebesar 1,565%. Kandungan air pada cookies mocaf tanpa substitusi maupun dengan substitusi daun yakon masih memenuhi syarat mutu cookies yang dijelaskan dalam SNI 01-2973-1992 yaitu kandungan air maksimal pada cookies adalah sebesar 5% Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa semakin banyak penambahan daun yakon akan menghasilkan cookies dengan kadar abu yang semakin tinggi pula. Kadar abu pada cookies mocaf tanpa substitusi maupun dengan substitusi daun yakon, ketiganya menghasilkan kadar abu yang berbeda nyata. Kadar abu terendah terdapat pada cookies mocaf tanpa substitusi, yaitu sebesar 1,575%, sedangkan kadar abu cookies mocaf yang disubstitusi 20% daun yakon yaitu sebesar 3,351%. Kadar abu tertinggi terdapat pada cookies mocaf dengan substitusi 40% daun yakon, yaitu sebesar 5,228%. Hasil tersebut tidak sesuai dengan syarat mutu

35 cookies yang dijelaskan dalam SNI 01-2973-1992 bahwa kadar abu maksimal adalah sebesar 2%. Cookies mocaf tanpa substitusi masih memenuhi syarat, sedangkan cookies mocaf yang disubstitusi daun yakon tidak memenuhi syarat. Hal tersebut dipengaruhi oleh kadar abu yang tinggi pada daun yakon kering. Menurut Lachman et al. (2003), kadar abu pada daun yakon kering mencapai 15,98%. Kandungan mineral dalam daun yakon antara lain kalsium, besi, tembaga, mangan, seng, dan fosfor. Oleh karena itu, penambahan daun yakon akan menambahkan kandungan abu pada cookies. Winarno (1997) menjelaskan bahwa kadar abu merupakan parameter kemurnian produk yang dipengaruhi oleh unsur-unsur mineral pada bahan pangan tersebut. Menurut Lachman et al. (2003), kandungan lemak pada daun yakon kering adalah 7,40%. Pada penelitian ini, kandungan lemak terendah dimiliki oleh cookies mocaf tanpa substitusi, yaitu sebesar 0,633% dan tidak berbeda nyata dengan kandungan lemak cookies mocaf yang disubstitusi 20% daun yakon. Kandungan lemak tertinggi dimiliki oleh cookies mocaf dengan substitusi 40% daun yakon, yaitu sebesar 3,433%. Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi penambahan daun yakon kering, maka kandungan lemak akan semakin tinggi pula. Kandungan lemak pada cookies tersebut tidak sesuai dengan SNI, karena menurut SNI 01-2973-1992 kandungan lemak pada cookies minimal adalah 9,5%. Hal tersebut selain disebabkan oleh kandungan lemak dalam yakon yang rendah, disebabkan pula oleh bahan-bahan yang digunakan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan cookies ini dipilih yang memiliki kandungan rendah lemak. Asupan lemak pada penderita diabetes sebaiknya adalah kandungan lemak jenuh kurang dari 10% dari total energi atau kurang dari 8% bagi yang memiliki resiko kardiovaskuler tinggi (Azrimaidaliza, 2011). Rendahnya kandungan lemak pada cookies berpengaruh pada karakteristik cookies yang dihasilkan. Cookies mocaf tanpa substitusi maupun dengan substitusi daun yakon memiliki tekstur yang keras. Hal ini disebabkan karena tidak adanya penambahan lemak pada adonan cookies. Penambahan shorthening seperti margarin atau mentega dapat memberikan tekstur yang renyah pada cookies (Matz, 1992).

36 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui kadar protein yang terdapat dalam cookies. Hasil penelitian menunjukkan kadar protein tertinggi dimiliki oleh cookies mocaf yang disubstitusi 40% daun yakon, yaitu sebesar 11,148%. Kadar protein terendah dimiliki oleh cookies mocaf tanpa substitusi, yaitu sebesar 3,619%, sedangkan kadar protein cookies mocaf yang disubstitusi 20% daun yakon adalah 7,529%. Lachman et al. (2003) menyatakan bahwa kandungan protein dalam daun yakon kering adalah 17,12%. Oleh karena itu, cookies mocaf dengan penambahan daun yakon yang semakin banyak akan mengandung protein yang semakin tinggi pula. Kandungan protein pada cookies yang disubstitusi daun yakon kering (MY20 dan MY40) sudah sesuai dengan SNI 01-2973-1992 yang menyatakan bahwa kandungan protein minimal pada cookies adalah 6%, sedangkan kadar protein cookies mocaf tanpa substitusi belum sesuai dengan SNI. Gula pereduksi adalah golongan karbohidrat sederhana yaitu monosakarida dan beberapa disakarida yang memiliki kemampuan mereduksi terutama dalam suasana basa. Contoh gula pereduksi adalah glukosa, fruktosa, galaktosa, dan laktosa. Asupan glukosa berlebih dapat menyebabkan semakin menumpuknya kandungan gula dalam darah dan menyebabkan terjadinya hiperglikemia (Mufti et al., 2015). Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi penderita diabetes sebaiknya memiliki kandungan gula pereduksi yang rendah. Pada penelitian ini kadar gula pereduksi terendah dimiliki oleh cookies mocaf tanpa substitusi, yaitu sebesar 0,097% dan tidak berbeda nyata dengan cookies mocaf yang disusbtitusi dengan 20% daun yakon. Kadar gula pereduksi tertinggi terdapat pada cookies mocaf yang disubstitusi 40% daun yakon, yaitu sebesar 0,162%. Kadar gula pereduksi yang terkandung dalam cookies tergolong rendah karena bahan pemanis yang digunakan adalah gula sukralosa yang tidak mengandung kalori. Penambahan daun yakon yang semakin banyak menghasilkan kandungan gula pereduksi yang semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan sakarida yang terdapat secara alami dalam daun yakon kering sebesar 8,58% (Lachman et al., 2003).

37 4.3. Hasil Pengujian In Vivo Pengujian secara in vivo dilakukan dengan bantuan tikus, yaitu tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain wistar berusia 2-3 bulan dengan berat 150-200 gram. Percobaan dilakukan dengan mengkondisikan tikus menjadi hiperglikemia. Tikus yang dikondisikan menjadi hiperglikemia dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan cara pankreaktomi atau dengan induksi diabetogenik seperti streptozotocin (STZ) dan aloksan (Faris A.I. et al., 2016). Penggunaan STZ dinilai lebih baik dibanding dengan aloksan ditinjau dari kestabilannya dalam larutan sebelum dan setelah injeksi pada tikus. Selain itu, STZ memberikan komplikasi akut dan kronis yang serupa pada manusia yang menderita diabetes, sehingga menjadikannya sebagai diabetogenik yang tepat untuk digunakan dalam percobaan diabetes (Eleazu et al., 2013). STZ merusak sel beta pankreas dengan menembus sel beta langerhans melalui transporter glukosa GLUT 2. Aksi intraseluler yang dilakukan STZ mengakibatkan perubahan pada DNA sel beta pankreas. Perubahan DNA ini mengakibatkan terhambatnya sekresi dan sintesis insulin, sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah (Nugroho, 2006). Dosis STZ yang dibutuhkan untuk menyebabkan diabetes tergantung dari spesies hewan, usia hewan, rute injeksi, berat badan hewan, status nutrisi, dan perbedaan respon terhadap xenobiotik. Dosis diabetogenik bervariasi tergantung spesies, misal pada tikus dosisnya adalah 50-75 mg/kg berat badan secara intraperitoneal (ip) (Eleazu et al., 2013). Namun Nugroho (2006) menjelaskan bahwa untuk menginduksi DM tipe 1 memerlukan dosis 40-60 mg/kg berat badan secara intravena dan dengan dosis lebih dari 40 mg/kg berat badan secara ip. Pada penelitian ini dilakukan percobaan pendahuluan terhadap dosis STZ yang digunakan. Pada percobaan pendahuluan, dosis yang digunakan adalah 45 mg/kg berat badan. Penggunaan dosis tersebut menghasilkan kadar glukosa darah tikus yang tinggi, yaitu melebihi 400 mg/dl dan beberapa tikus mati setelah injeksi STZ. Kemudian penelitian utama dilakukan dengan menurunkan dosis STZ menjadi 40 mg/kg berat badan. Kadar glukosa darah tikus pada penelitian ini adalah kadar glukosa darah sewaktu. Kadar glukosa darah pada tikus pada hari ke-14 setelah

38 injeksi STZ tidak ada yang menunjukkan peningkatan yang signifikan dan hanya satu ekor tikus yang mencapai kondisi hiperglikemia. Menurut Eleazu et al. (2013), induksi STZ dengan dosis yang lebih rendah (<50 mg/kg berat badan) menyebabkan ketidakstabilan STZ dalam tubuh tikus karena pemulihan secara spontan yang terjadi. Selain itu menurut Aybar et al. (2001), penggunaan STZ dengan dosis lebih rendah menghasilkan destruksi sel beta pankreas yang tidak menyeluruh meskipun tikus yang digunakan sudah diabetes secara permanen. Hal inilah yang mungkin terjadi pada tikus yang digunakan dalam penelitian, sehingga kondisi hiperglikemia tidak tercapai. Penelitian tetap dilanjutkan untuk mengetahui pengaruh cookies terhadap perubahan kadar glukosa darah pada tikus. Data kadar glukosa darah diambil pada hari ke-0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 dari dimulainya perlakuan pemberian cookies. Cookies diberikan dengan mensubstitusi pakan standar dengan perbandingan 50% : 50% dari asupan standar yang diberikan, yaitu sebesar 20 gram. Perlakuan pada tikus dilakukan dengan memberikan 10 gram pakan standar ditambah 10 gram cookies. Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui data kadar glukosa darah dari kelompok kontrol negatif (tanpa induksi STZ), kontrol positif (induksi STZ), kelompok cookies mocaf, kelompok cookies mocaf dengan substitusi 20% daun yakon, dan kelompok cookies mocaf dengan substitusi 40% daun yakon. Pada kelompok kontrol negatif dapat diketahui bahwa kadar glukosa darah pada tikus tidak stabil dengan kenaikan dan penurunan yang tidak berbeda nyata. Selanjutnya pada kelompok kontrol positif terjadi penurunan kemudian meningkat hingga hari ke-30. Kadar glukosa darah kelompok cookies mocaf tanpa substitusi maupun dengan substitusi daun yakon 20% dan 40% mengalami penurunan. Kadar glukosa darah tikus pada penelitian ini adalah kadar glukosa darah sewaktu. Kadar glukosa darah tikus pada semua kelompok menunjukkan kadar glukosa darah normal, yaitu kurang dari 140 mg/dl. Namun pada kelompok perlakuan cookies mocaf tanpa substitusi menunjukkan kadar glukosa darah hiperglikemia pada hari ke-0, yaitu sebesar 147,33 mg/dl. Setelah perlakuan pemberian cookies selama 30 hari, kadar glukosa darah tikus menunjukkan penurunan dengan kadar glukosa

39 darah terendah dimiliki kelompok perlakuan cookies mocaf tanpa substitusi yaitu sebesar 82,33 mg/dl. Besarnya perubahan kadar glukosa darah (KGD) tikus yang mendapat perlakuan pemberian cookies dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penurunan KGD. Meskipun penurunan KGD pada ketiga kelompok perlakuan cenderung tidak stabil, namun terdapat kelompok perlakuan yang memiliki pengaruh penurunan KGD yang lebih stabil, yaitu pada kelompok tikus dengan pemberian cookies mocaf yang disubstitusi 40% daun yakon. Hasil ini didukung oleh penelitian Baroni et al. (2008), bahwa pemberian ekstrak hidroetanol daun yakon secara oral dengan dosis 400 mg/kg berat badan selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan pada tikus diabetes dan dapat meningkatkan berat badan tikus. Honoré et al. (2012) menjelaskan bahwa penurunan signifikan kadar glukosa darah puasa pada tikus yang mendapat perlakuan ekstrak daun yakon dapat disebabkan oleh regenerasi atau perlindungan dari sel-sel pankreas yang rusak sebagian karena STZ dan potensi sekresi insulin dari sel beta pulau langerhans yang dilindungi. Efek penurunan kadar glukosa darah ini kemungkinan dapat disebabkan oleh kandungan protein yang lebih tinggi pada cookies mocaf yang disubstitusi dengan 40% daun yakon. Protein memiliki potensi yang sama seperti glukosa dalam menstimulasi sekresi insulin. Respon insulin berbanding lurus dengan jumlah protein yang dicerna. Asupan protein yang ditingkatkan dan diikuti dengan mengurangi asupan karbohidrat dapat menurunkan konsentrasi glukosa dalam darah (Gannon et al., 2003). Selain itu, makanan berprotein menghasilkan peningkatan yang besar pada kadar plasma insulin. Telah dilakukan penelitian pula bahwa pemberian satu jenis asam amino atau campuran beberapa asam amino menyebabkan peningkatan glukosa darah pada awal perlakuan yang mungkin disebabkan oleh meningkatnya glukoneogenesis. Kemudian kadar glukosa darah akan menurun di bawah kadar glukosa darah kelompok kontrol. Hal tersebut dapat terjadi karena keadaan hiperinsulinemia atau tingginya kadar insulin yang akan

40 menyebabkan menurunnya kadar glukosa darah dan plasma asam lemak bebas (Floyd et al., 1966). Selain adanya peran dari protein, menurunnya kadar glukosa darah pada kelompok cookies mocaf yang disubstitusi dengan daun yakon juga didukung oleh adanya kandungan senyawa aktif pada daun yakon seperti asam kafeik, asam klorogenat, dan three dicaffeoilquinic acid. Senyawa kimia tersebut terlibat sebagai prinsip aktif dalam regulasi metabolisme glukosa. Asam kafeik menghasilkan efek penurunan glukosa pada tikus, sedangkan asam klorogenat meningkatkan toleransi glukosa dan resistensi insulin pada tikus obesitas. Senyawa fitokimia pada daun yakon yang bertanggung jawab dalam aktivitas hipoglikemik memiliki kemampuan untuk meningkatkan jumlah sel beta, menstimulasi sintesis atau pelepasan insulin dari sel beta pankreas, mencegah degradasi insulin ataupun keduanya. Penelitian menunjukkan bahwa jumlah sekresi insulin sel beta pada pulau langerhans lebih besar pada kelompok tikus diabetes yang mendapat perlakuan daun yakon kering dibanding kelompok kontrol. Hal ini juga menunjukkan bahwa daun yakon memiliki potensi untuk melindungi sel beta dari kerusakan yang disebabkan oleh induksi STZ pada tikus (Honoré et al., 2015). Penurunan kadar glukosa darah terbesar dimiliki oleh cookies mocaf tanpa substitusi meskipun kandungan proteinnya lebih rendah dibandingkan dengan cookies mocaf yang disubstitusi daun yakon. Kandungan protein yang lebih tinggi pada cookies yang disubstitusi daun yakon menjadi kurang optimal dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus karena kandungan lemak dan gula pereduksi yang semakin tinggi pula. Berdasarkan analisis proksimat yang sudah dibahas pada sub bab sebelumnya, semakin banyak penambahan daun yakon menyebabkan semakin meningkatnya kandungan lemak dan gula pereduksi yang terkandung dalam cookies. Oleh karena itu penurunan kadar glukosa darah kelompok perlakuan cookies mocaf yang disubstitusi 20% maupun 40% daun yakon lebih kecil dibandingkan dengan kelompok cookies mocaf tanpa substitusi.

41 Pengambilan data berat badan pada tikus dilakukan bersamaan dengan pengukuran kadar glukosa darah, yaitu pada hari ke-0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa berat badan pada kelompok kontrol negatif meningkat dari hari ke-0 hingga hari ke-30, sama halnya pada kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan pemberian cookies mocaf yang mengalami peningkatan berat badan hingga hari ke-30. Pada kelompok dengan pemberian cookies mocaf yang disubstitusi 20% dan 40% daun yakon, keduanya mengalami penurunan berat badan pada hari ke-5 kemudian berat badan terus meningkat hingga hari ke-30. Penurunan berat badan yang terjadi pada hari ke-5 disebabkan oleh jumlah konsumsi pakan dan cookies yang menurun karena tikus melakukan adaptasi dengan cookies yang diberikan. Namun setelah hari ke-5 jumlah konsumsi cookies meningkat sehingga berat badan juga meningkat. Besarnya perubahan berat badan pada masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10. Perubahan berat badan pada kelompok perlakuan cookies mocaf tanpa substitusi lebih besar dibandingkan dengan perlakuan cookies mocaf yang disubstitusi daun yakon. Perubahan berat badan pada kelompok perlakuan cookies mocaf yang disubstitusi 20% daun yakon lebih besar dibanding dengan kelompok perlakuan cookies mocaf yang disubstitusi 40% daun yakon. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah konsumsi pakan standar dan cookies pada kelompok perlakuan cookies mocaf tanpa substitusi lebih banyak dibanding kelompok cookies mocaf yang disubstitusi daun yakon. Oleh karena itu peningkatan berat badan pada kelompok cookies mocaf tanpa substitusi lebih besar dibanding kelompok cookies mocaf yang disubstitusi daun yakon. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baroni et al. (2008), yaitu kelompok tikus yang diberi ekstrak hidro-etanol daun yakon secara oral menunjukkan peningkatan berat badan dibanding kelompok tikus diabetes yang tidak menerima perlakuan tersebut. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Aybar et al. (2001), pada kelompok tikus diabetes mengalami penurunan berat badan yang signifikan dibanding kelompok kontrol dan kelompok tikus yang mendapat perlakuan ekstrak daun yakon. Setelah pemberian teh daun yakon,

42 kelompok tikus diabetes menunjukkan peningkatan pada plasma glukosa, kadar plasma insulin, dan berat badan. 4.4. Korelasi Kadar Glukosa Darah dan Berat Badan Hubungan antara kadar glukosa darah (KGD) dan berat badan (BB) pada masingmasing kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan pengolahan data menggunakan SPSS dapat diketahui bahwa KGD dan BB pada kelompok PS (-) atau kelompok tikus tanpa induksi STZ tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan karena nilai signifikansi >0,05. Begitu pula halnya dengan kelompok PS (+) atau kelompok tikus dengan induksi STZ yang menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara KGD dan BB. Pada kelompok tikus dengan perlakuan pemberian cookies mocaf tanpa substitusi, cookies mocaf yang disubstitusi 20% daun yakon, dan cookies mocaf yang disubstitusi 40% daun yakon menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara KGD dan BB. Ketiganya menunjukkan hubungan negatif, yaitu ketika terjadi kenaikan KGD maka akan diikuti dengan penurunan BB. Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui koefisien korelasi tertinggi dimiliki oleh kelompok perlakuan cookies mocaf tanpa substitusi yaitu sebesar -0,901. Korelasi yang tinggi ini dapat dipengaruhi oleh rendahnya kandungan lemak dan gula pereduksi pada cookies mocaf tanpa substitusi. Selain itu, hal tersebut dapat didukung oleh ketiadaan kandungan gluten pada tepung mocaf yang membuat cookies mocaf tanpa substitusi memiliki penurunan gula darah yang lebih optimal. Hasil ini juga didukung oleh data perubahan kadar glukosa darah (Tabel 8) dan perubahan berat badan (Tabel 10) yang lebih besar dibanding pada kelompok cookies mocaf yang disubstitusi daun yakon. Koefisien korelasi tertinggi selanjurnya adalah kelompok MY40 sebesar -0,843 dan kelompok MY20 adalah - 0,750. Hal ini sesuai dengan hasil analisis in vivo yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Pemberian cookies mocaf tanpa substitusi maupun dengan substitusi dapat menurunkan kadar glukosa darah dan diikuti dengan kenaikan berat badan

43 tikus. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baroni et al. (2008) bahwa tikus diabetes mengalami penurunan berat badan meskipun konsumsi pakan meningkat hingga 25%. Perlakuan dengan pemberian ekstrak hidro-etanol daun yakon tidak mengubah jumlah konsumsi pakan tikus diabetes maupun non diabetes. Namun, perlakuan menggunakan ekstrak daun yakon mengembalikan berat badan tikus diabetes ke berat badan yang hampir sama dengan tikus non diabetes. Peningkatan berat badan ini diikuti dengan menurunnya kadar glukosa darah pada tikus dibetes. Pada keaadaan hiperglikemia, tubuh tidak mendapatkan energi dari sistem katabolisme. Ketiadaan glukosa di dalam sel menyebabkan terjadinya glukoneogenesis. Sel-sel dalam hati akan meningkatkan produksi glukosa dari susbtrat lain, yaitu protein. Selain itu, tubuh juga akan merombak simpanan lemak pada jaringan adiposa. Terbatasnya jumlah insulin menyebabkan glukosa yang terbentuk menjadi menumpuk di dalam darah. Kelebihan gula dalam darah akan dikeluarkan melalui urin. Akibatnya terjadi penurunan berat badan karena berkurangnya jaringan otot dan jaringan adiposa (Tridjaja, 2009).