Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) X (1): ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG PADA LARVA DAN BENIH IKAN KLON (Amphiprion ocellaris)

M.A. Suprayudi, E. Mursitorini dan D. Jusadi

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PEMANGSAAN LARVA IKAN CLOWN (Amphiprion ocellaris) PADA AWAL PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN LARVA IKAN HIAS BALONG PADANG (Premnas biaculeatus) DENGAN PENGKAYAAN PAKAN ALAMI

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

POLA PEMANGSAAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN KUWE (Gnathanodon speciosus) BERDASARKAN JENIS PAKAN AWAL YANG DIBERIKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva

TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA UNTUK PENINGKATAN MUTU BENIH KERAPU PADA PRODUKSI MASSAL SECARA TERKONTROL

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VII (2): ISSN:

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

PRODUKSI MASAL LARVA IKAN KERAPU PASIR (Epinephelus Corallicola) DENGAN UKURAN BAK BERBEDA

Efisiensi Pemberian Pakan Artemia pada Produksi Massal Benih Ikan Golden Trevally, Gnathanodon Speciosus (Forsskall)

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

Produksi Masal Larva Ikan Kerapu Pasir (Epinephelus Corallicola) dengan Ukuran Bak Berbeda

PENETASAN ARTEMIA Laporan Praktikum Pakan Alami Program Studi Budidaya Perairan, Program Sarjana, Universitas Haluoleo ARDANA KURNIAJI (I1A )

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

ABSTRAK. Kata kunci: Brachionus plicatilis, Nannochloropsis sp., salinitas, nitrogen, stres lingkungan

APLIKASI PAKAN BUATAN PADA PEMELIHARAAN LARVA IKAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

USAHA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU SUNU, Plectropomus leopardus DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KERAPU BEBEK (CROMILEPTES ALTIVELIS)

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti

RESPON PERTUMBUHAN BENIH KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA PERLAKUAN PERBEDAAN SALINITAS MEDIA DAN PEMBERIAN BIOMAS Artemia sp.

Oleh: Tinggal Hermawan BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI

THE COMBINED EFFECT OF DIFFERENT FEED ON THE GROWTH AND SURVIVAL OF LEAF FISH LARVAE (Pristolepis grooti)

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

THE BLUE DEVIL (Chrysiptera cyanea) HATCHERY TECHNIQUE AT THE BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA LAUT LAMPUNG

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE BENIH IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

PEMELIHARAAN INDUK IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon kauderni) DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA

PENGGUNAAN JENIS PAKAN BERBEDA PADA KULTUR ROTIFER (Brachionus rotundiformis)

PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN KUE (Gnathanodon Speciosus Forsskal) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN BERBEDA

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus)

PEMELIHARAAN LARVA IKAN KLOWN ( Amphiprion percula) DENGAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

Pemberian Mikroalga Terhadap Pertambahan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Pada Skala Laboratorium Di BBPBL Lampung

PEMBERIAN PAKAN PELET DAN CACING SUTERA PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN HIAS NEMO

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

PEMELIHARAAN LARVA BAWAL BINTANG (Trachinotus blochii) METODE INTENSIF

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas

PENGARUH KOMBINASI PAKAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN SELAIS (Kryptopterus lais)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

Cahyono Purbomartono.)t!, Hartoyo') dan Agus Kurniawan')

PEMELIHARAAN LARVA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus) MENGGUNAKAN PAKAN ALAMI YANG DIPERKAYA NUTRISINYA

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscogutaftus) PEMELIHARAAN LARVA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

Aplikasi pemberian taurin pada rotifer untuk pakan larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri)

The Effect of Naupli Artemia Feeding Which is Enriched by Squalene In Different Dose on The Growth and Survival Rate of Juvenile Sea Horse

POLIKULTUR ABALONE (Haliotis sp) DAN IKAN HIAS CLOWNFISH (Amphiprion sp.) SECARA TERKONTROL DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI WADAH BUDIDAYA.

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Pertumbuhan Artemia sp. dengan Pemberian Ransum Pakan Buatan Berbeda

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus

PENGARUH MEDIA YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA Chironomus sp.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI PERBANDINGAN PAKAN PELLET DAN CUMI-CUMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN KERAPU MACAN (Efinephelus fuscoguttatus)

PENDEDERAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus, PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

PENGARUH KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

KE DUA (F-2) DALAM MENUNJANG TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN KERAPU

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

EFISIENSI PEMANFAATAN KUNING TELUR EMBRIO DAN LARVA IKAN MAANVIS (Pterophyllum scalare) PADA SUHU INKUBASI YANG BERBEDA

BAB III BAHAN DAN METODE

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

PEMBERIAN PAKAN BAGI LARVA IKAN BETUTU,

PERKEMBANGAN AWAL LARVA KERAPU KERTANG (Epinephelus lanceolatus)

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK

BUDIDAYA ANEMONE LAUT (Stichodactyla gigantean) UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI MASSAL DENGAN METODA FRAGMENTASI

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL LAUT, Trachinotus blocii (LACEPEDE) PADA PENGGELONDONGAN DALAM HAPA DI TAMBAK

I. PENDAHULUAN. Ikan badut (Amphiprion percula) atau biasa disebut ikan nemo merupakan

Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KEPADATAN ROTIFER Oleh :

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

PERANAN PAKAN HlDUP DI DALAM PRODUKSI BENIH IKAN. oleh. Sri Juwana 1) ABSTRACT

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN BETOK (Anabas testudinieus) oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PADAT TEBAR BERBEDA TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELAN (Osteochilus pleurotaenia)

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

Pertumbuhan Ikan Kardinal Banggai (Pterapogon kauderni) yang dipelihara pada Salinitas yang Berbeda dalam Wadah Terkontrol

Transkripsi:

134 Short Paper PENGARUH PERBEDAAN AWAL PEMBERIAN ARTEMIA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN PADA PEMELIHARAAN LARVA IKAN KLON (Amphiprion ocellaris) THE EFFECT OF INITIAL TIME DIFFERENCE OF ARTEMIA PROVIDE ON LARVA REARING CLOWN FISH (Amphiprion ocellaris ) TO THE GROWTH AND SURVIVAL RATE Abstract Ketut Maha Setiawati *) The objective of this research was to find out the best time for nauplii artemia delivered in larva rearing of clown fish (A. ocellaris). Fiberglas tanks of 200 L were used as larva rearing container, and filled with 100 l filtered seawater. Eggs of clown fish were stocked at 100 individual in each tank. The treatment of different initial feeding time of nauplii artemia were set up as A) at Day 6, B) Day 10 and C) Day 15. The results showed that there were no significant differences among treatments to the growth rate but the survival rate at treatment A was the highest. Total length of the larvae were similar among treatment, namely A) 10.2±0.9 mm, B) 10.3±0.5 mm, and C) 9.9±0.8 mm. Survival rate was A) 81±11.3%, B) 62±0% and C) 67±5.7%, respectively. Key words: larvae clown fish, initial feeding time, nauplii artemia. Ikan klon (Amphiprion ocellaris) temasuk salah satu jenis ikan hias laut dari famili Pomacentridae yang banyak terdapat di Indonesia. Ikan A. ocellaris (clown fish) merupakan ikan hias yang hidup diperairan terumbu karang. Ikan tersebut banyak tersebar di Teluk Jakarta, Lampung, Aceh, Bali, Madura, Sulawesi, Maluku dan Irja. Panjang tubuhnya dapat mencapai 15 cm dengan penciri adanya 3 bar putih di bagian kepala, badan dan pangkal ekor (Poernomo, et al., 2003). Ada 2 genus ikan klon yaitu Amphiprion dan Premnas. Pembenihan ikan klon sudah dilakukan sejak tahun 2005 di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol bekerjasama dengan CV. Dinar Denpasar. Beberapa penelitian larva yang telah dilakukan adalah : 1) lama pemberian rotifer pada pemeliharaan larva ikan klon (Setiawati dan Yunus, 2006). 2) Pemeliharaan ikan klon (A. ocellaris) dalam rangka upaya budidaya ikan hias laut (Setiawati et al., 2006a). 3) Perkembangan embrio ikan klon (Wardoyo et al., 2006). 4) Pengamatan pola pemijahan ikan klon (Setiawati et al., 2006b) dan aspek biologi ikan klon (Setiawati et al., 2006c). Rotifer sebagai pakan alami pada pemeliharaan larva, diberikan sejak menetas sampai larva berumur lebih dari 30 hari. Secara umum artemia diberikan pada saat larva berumur 6-10 hari. Pemberian rotifer dapat memberikan penampilan warna ikan yang lebih cerah karena mengandung karoten (Setiawati *) Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol-Bali, Po Box 140, Singaraja 81101, telp (0362) 92278. ) Penulis untuk korespondensi: E-mail: mahasetiawati@yahoo.com

Setyawati, 2008 135 dan Yunus, 2006). Artemia mengandung astaxanthin yang dapat meningkatkan kecerahan warna, selain itu ukurannya juga lebih sesuai dengan bukaan mulut bagi larva yang lebih besar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui waktu yang tepat awal pemberian artemia pada pemeliharan larva ikan klon. Wadah yang digunakan untuk penelitian adalah bak fiber volume 200 l diisi air laut 100 l. Setiap bak diisi telur ikan klon dengan kepadatan 100 butir/bak. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Selama pemeliharaan larva, plankton (Nannochloropsis ocullata) diberikan sebagai green water dan pakan rotifer (Brachionus rotundiformis). Rotifer diberikan pada saat larva menetas sampai berumur 20 hari dengan kepadatan 5-10 ind./ml. Pakan buatan jenis powder mulai diberikan saat larva berumur 10 hari, dengan cara disebarkan secara merata di atas permukaan air, frekuensi pemberian 2 kali/hari. Awal pemberian artemia digunakan sebagai perlakuan (Tabel 1). Perlakuan yang diuji coba adalah awal pemberian artemia yang berbeda pada pemeliharaan larva ikan klon yaitu: A (6 hari), B (10 hari) dan C (15 hari). Kepadatan artemia pada bak pemeliharaan berkisar antara 0,05 ind/ml. Pergantian air dilakukan sekali setiap pagi hari sebanyak 10-75% dimulai pada hari ke 4 pemeliharaan. Mulai larva umur 10 hari masing-masing jenis pakan diberikan secara bergantian dengan interval pemberian pakan 2-4 jam sekali. Penelitian dilakukan selama 20 hari karena biasanya larva sudah menjadi juvenil dan dipindahkan ke aquarium lain dengan sistem pemeliharaan yang berbeda. Variabel yang diamati pertumbuhan, panjang total larva, isi usus, sintasan pada akhir penelitian dan kualitas air seperti : suhu, salinitas, ph kandungan PO4, NH3 dan NO2. Isi usus larva diamati menggunakan mikroskop dengan cara seksio. Panjang total yang dicapai pada akhir penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa pada perlakuan A rata-rata panjang total mencapai 10,21 ± 0,92 mm, perlakuan B 10,30 ± 0,52 dan pada perlakuan C 9,88 ± 0,77. Panjang total larva tersebut relatif sama. Hal tersebut disebabkan karena larva tersebut masih dapat memanfaatkan pakan rotifer yang selalu tersedia pada tangki pemeliharaan begitu juga dengan pemberian pakan buatan. Tabel 1. Jadwal pemberian pakan pada pemeliharan larva ikan klon Jenis pakan Umur larva (hari) 0 5 10 15 20 Nannochloropsis * * * * * Rotifer * * * * * Pakan buatan * * * * Artemia (perlakuan) A B C * Tabel 2. Panjang total dan sintasan yang dicapai pada akhir penelitian selama 20 hari pemeliharaan. Perlakuan Panjang total (mm) Sintasan (%) A 10,21 ± 0,92 a 81 ± 11,31 a B 10,30 ± 0,52 a 62 ± 0 b C 9,88 ± 0,77 a 67 ± 5,66 b Keterangan : nilai dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0,05)

136 Sintasan yang dicapai pada masingmasing perlakuan (Tabel 2) yaitu pada perlakuan A. mencapai 81 ± 11,31 %, perlakuan B. 62 ± 0% dan pada perlakuan C. 67 ± 5,66 %. Sintasan pada perlakuan A relatif lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Namur keragaman pada perlakuan A relatif lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Sesuai menurut pendapat Wilkersen (2003) pada pemeliharaan larva ikan klon (A. ocellaris), pemberian artemia sebaiknya pada umur 5-7 hari. Hal ini disebabkan karena ukuran artemia lebih sesuai untuk ukuran mulut larva ikan klon daripada rotifer. Walaupun demikian rotifer tetap dimakan oleh larva sampai pada hari ke 20 karena rotifer selalu tersedia pada bak larva dengan kepadatan 5-10 ind/ml, sedangkan pemangsaan larva terhadap naupli artemia habis dalam waktu kurang dari 1 jam. Ukuran pakan sangat erat hubungannya dengan ukuran mulut. Rotifer Brachionus plicatilis mempunyai ukuran 150-180 µm, ukuran nauplius artemia berkisar antara 450-475 µm (Cholik & Daulay, 1985). Hasil pembedahan terhadap isi usus larva ikan klon menunjukkan bahwa larva ikan klon mulai makan artemia pada umur 6 hari yaitu pada panjang total 6 mm dengan lebar mulut 0,9 mm jumlah rotifer yang terdapat pada usus larva dapat mencapai ratusan individu, sedangkan jumlah artemia dalam usus larva dapat mencapai 15 individu/larva. Berdasarkan ukuran lebar bukaan mulut larva menunjukkan bahwa pada ukuran panjang total 7 mm larva ikan klon sudah muncul gigi pada premaxilla dengan lebar bukaan mulut 1 mm. Komposisi isi usus pada saat larva berumur 10 hari atau panjang total 6,75 mm 9,95 mm, menunjukkan pada perlakuan A dan B lebih banyak artemia daripada rotifer. Hal tersebut menunjukkan bahwa larva sudah selektif terhadap pakan yang dikonsumsi sehingga pemberian berbagai jenis pakan dilakukan secara bergantian agar kandungan nutrisi pada benih yang dihasilkan lebih lengkap. Ikan klon merupakan ikan omnivora yaitu memakan berbagai jenis plankton (diatom), zooplankton, cacing, kerang maupun udang-udangan (Allen, 1972; Setiawati dan Yunus, 2006). Menurut Giri (1998) jenis-jenis pakan seperti rotifer maupun artemia mengandung nutrien yang bervariasi. Dengan pemberian kombinasi jenis pakan alami diharapkan dapat mencukupi kebutuhan nutrien bagi larva. Kandungan nutrisi pada naupli artemia dan rotifer dapat dilihat pada Tabel 3. Pakan buatan komersial yang diberikan mengandung protein 56 %, lemak 9 %, serat 1,9 % dan air 8%. Kebanyakan larva ikan laut mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mensintesa n-3 HUFA asam lemak n-3 rantai karbon yang lebih pendek (Ostrowski and Divakaran, 1990). Asam lemak n-3 HUFA seperti 20:5n-3 (EPA) dan 22:6n-3 (DHA) merupakan asam lemak esensial bagi kebanyakan ikan laut (Watanabe, 1993). Kandungan nutrisi artemia mengandung 18:3n-3, 20:5n-3 dan 22:6n-3 masimg-masing sebesar 5,4 %, 6,8 % dan 0,2 % dari total asam lemaknya (Watanabe et al., 1978). Hasil pengukuran terhadap kualitas air menunjukkan bahwa selama pemeliharaan larva ikan klon adalah: suhu 26-28 ºC, salinitas 33-34 ppt, ph 7,8-8,2, Tabel 3. Komposisi proximat pada Brachionus plicatilis dan artemia naupli (Giri, 1998) Nutrien Brachionus 1) Brachionus 2) Artemia naupli dari S. Amerika Protein (%) 62,9 58,9 71,4 Lipid (%) 30,7 12,8 17,6 Ash (%) 4 13,6 11,0 Ca (mg/g) 1,69 0,23 2,64 P (mg/g) 11,05 1,42 13,30

Setyawati, 2008 135 PO4 0,110-0,20 ppm, NH3 0,016-0,12 ppm, NO2 0,03-1,12 ppm. Kualitas air tersebut masih layak untuk pemeliharaan larva ikan klon karena pergantian air dilakukan setiap pagi hari sebanyak 10-75 %. Kesimpulan Pemberian artemia pada pemeliharaan larva ikan klon sebaiknya dimulai saat larva berumur 6 hari, sehingga dapat menghasilkan sintasan yang lebih tinggi. Awal pemberian artemia yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan panjang total larva. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini dilakukan atas kerjasama di BBRPBL, Gondol dan CV. Dinar Denpasar dalam rangka realisasi kerjasama penelitian perbenihan dan produksi ikan hias laut. Ucapan terimakasih juga diberikan kepada Putu Widnyana, Savina (Staff CV. Dinar), serta Feri Priatna, Made Buda dan Ayu Kenak (Karyawan BBRPBL) Daftar Pustaka Allen, G.P. 1972. The anemone fish. Their Classification and Biology, T.F.H. Publication, Inc, Ltd:288 p. Cholik, F & T. Daulay. 1985. Artemia salina (kegunaan, biologi dan kulturnya). Jaringan informasi Perikanan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama dengan International Development Research Centre. INFIS Manual seri no.12. 26 p. Ostrowski, A.C. and S. Divakaran. 1990. Survival and bioconversion of n-3 fatty acids during early development of dolphin (Coryphaena hippurus) larvae fed oil-enriched rotifers. Aquaculture, 89:273-285. Giri, N. A. 1998. Aspek nutrisi dalam menunjang pembenihan ikan kerapu. Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai, Bali, 6-7 Agustus. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Loka Peneltian Perikanan Pantai Gondol, Bali bekerjasama dengan JICA ATA-379, 44-51. Poernomo, A., S. Mardlijah, M. L. Linting, Edi Mulyadi Amin, Widjopriono, 2003. Ikan hias laut Indonesia. Penebar Swadaya. Setiawati, K.M. dan Yunus. 2006. Lama pemberian rotifer pada pemeliharaan larva ikan clown (A. ocellaris). Buku Pengembangan Teknologi Budidaya Perikanan. 319-323. Setiawati, K.M., Wardoyo, D. Kusumawati, dan T. Ahmad. 2006a. Pemeliharaan ikan clown (Amphiprion ocellaris) dalam rangka upaya budidaya ikan hias laut. Prosiding Konferensi Nasional Akuakultur 2005. Universitas Diponegoro, Semarang. 324-328 Setiawati, K. M., Wardoyo, D. Kusumawati, dan P.D. Nugroho, 2006b. Pengamatan pola pemijahan ikan clown (A. Ocellaris). Seminar hasil-hasil penelitian di bidang perikanan dan kelautan, Universitas Brawijaya, Malang 20-21 Februari. 3 p. Setiawati, K.M., Wardoyo, D. Kusumawati, Mujimin, Yunus. 2006c. Beberapa aspek biologi ikan clown (Amphiprion ocellaris). Konferensi Akuakultur Indonesia 2006. Inovasi Teknologi Menuju Industri Akuakultur Global. Universitas Diponegoro, Semarang. 235-238. Wardoyo, K.M. Setiawati, D. Kusumawati, J.H. Hutapea, Yunus. 2006. Perkembangan embrio ikan clown (Amphiprion ocellaris). Prosiding Konferensi Akuakultur Indonesia.

138 Universitas Dipoengoro Semarang. 231-234. Watanabe, T., Oowa, C., Kitajima, S. Fujita. 1978. Nutritional quality of brine shrimp, Artemia salina as living feed from view point of essensial fatty acid for fish. Bull Japan Soc. Sci Fish, 48:1775-1782. Watanabe, T. 1993. Importance of docosahexaenoic acid in marine larval fish. J. World Aquaculture. Soc, 24: 152-161. Wilkerson, J. D. 2003. Clown fishes. Aguide to their captive care, breeding & natural history. Microcosm Ltd. Charlotte. 240 p.