PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KEPADATAN ROTIFER Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KEPADATAN ROTIFER Oleh :"

Transkripsi

1 PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KEPADATAN ROTIFER Oleh : Heru Salamet, Hariyano dan Rusli Raiba Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon bbl_ambon@yahoo.co.id Abstrak Beberapa hatchery dalam kultur rotifer pada tahap mempertahankan kepadatan, memberikan pakan alami fitoplankton kedalam bak kultur secara langsung pada satu titik. Sedangkan pemberian pakan tambahan seperti ragi dan lainnya menggunakan metode sebar langsung kepermukaan areal kultur sehingga kadang tidak diketahui ketersediaan pakan dalam wadah kultur berapa lama. Untuk lebih mendapatkan kepadatan optimal maka dan lamanya pakan akan habis dalam media kultul, pada kegiatan ini ditekankan pada metode pemberian pakan secara tetes (metode tetes) yang telah diatur waktunya. Sehingga dapat diketahui lamanya pakan yang diberikan dan diharapkan dapat mengoptimalkan kepadatan rotifer. Kegiatan ini dilaknsanakan pada bulan Januari-April 2014 pada arel budidaya rotifer Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon. Kultur murni rotifer diencerkan pada volume air wadah sesuai volume yang diinginkan. Wadah yang digunakan berjumlah enam buah dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama rotifer yang dikultur diberi pakan sesuai dengan dosis harian yang dilakukan pada kultur rotifer namun pemberiannya sekaligus disebar kedalam wadah pemeliharaan. Wadah kedua diberikan pakan dengan dosis yang sama namun pemberiannya ditetes pada beberapa titik pemberian dalam selang waktu tertentu. Hasil kegiatan selama tiga bulan masa pemeliharaan diperoleh bahwa metode tetes pada saat pemberian pakan memberikan kepadatan terbaik (66 ind/ml) bila dibandingkan dengan metode sebar (20 ind/ml). Kata Kunci : Metode Pemberian, rotifer, pakan EFFECT OF METHOD OF GIVING FEED TO THE DENSITY ROTIFER by: Heru Salamet, Hariyano and Rusli Raiba Ambon Mariculture Development Center, bbl ambon@yahoo.co.id abstract Some hatcheries in rotifer culture at the stage of maintaining density, providing natural food phytoplankton culture directly into the tub at one point. While feeding the yeast and other extras such as using direct spread to the surface area of the culture that sometimes unknown availability of food in the container culture how long. To further obtain the optimum density and length of the feed will be exhausted in kultul media, these activities focused on methods of feeding in drops (drip method) which has been timed. So it can be given feed length and is expected to optimize the density of rotifers. This activity dilaknsanakan January-April 2014 the cultivation of rotifer arel Mariculture Center Ambon. Pure culture of rotifer diluted in water volume container according desired volume. The containers used were six with two treatments. The first treatment of cultured rotifers were fed according to the daily dose is done on rotifer culture but the gift once deployed into the container maintenance. The second container is given feed with the same dose, but at some point ditetes gift giving in a certain time interval. The results of the activities during the three-month maintenance period shows that the method drops at the time of feeding provides the best density (66 ind / ml) when compared with the scatter method (20 ind / ml). Keywords: Methods of Giving, rotifers, feed

2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zooplankton adalah hewan perairan mikroskopik atau sebagian darinya hewan pemangsa ukuran relatif besar didalam suatu lingkungan ekosistim perairan yang memakan fitoplankton dan bentuk kedua dari link jaring makanan. Hewan zooplankton ini mempunyai sifat berenang pasif, terapung atau menentang aliran air dan sebagian kecil yang mempunyai kemampuan untuk berenang. Didalam sistim perairan, zooplankton berenang atau melakukan pergerakan ke arah konsentrasi populasi fitoplankton untuk melakukan pemangsaan sebagai sumber makanannya. Manfaat daripada pakan alami zooplankton adalah sebagai pakan hidup primer bagi kultivan budidaya ikan. Pada beberapa tahun akhir-akhir ini, rotifer dan naupli artemia telah dimanfaatkan sebagai pakan awal untuk larva ikan dan crustacea. Pada usaha budidaya komersial untuk pembenihan udang dan ikan sering menggunakan zooplankton seperti copepoda, protozoa dan larva dari oyster dan clam tetapi untuk jenis-jenis rotifer daphnia dan artemia mempunyai efektifitas yang lebih baik. Sebagai contoh, rotifer mempunyai kemampuan pertumbuhan yang lebih baik dan berguna untuk bididaya perikanan karena mempunyai kecepatan reproduksi ukuran kecil, kecepatan berenang lambat, kualitas nutrisi tinggi dan mudah di kutur. Sebagai contoh dari sejumlah ribuan rotifer dengan pemberian pakan yang baik dapat menghsilkan lebih dari jutaaan rotifer dalam waktu 5 7 hari pada kondisi temperatur air 25 0 C. Zooplankton juga merupakan kontrol sumber pakan hidup di dalam hatchery (pembenihan). Secara komposisi biokomia dari rotifer dan artemia terjadi suatu hubungan yang tertutup terhadap material yang dimakanannya. Rotifer dan artemia memakan makanan yang spesifik untuk menghasilkan asam lemak, asam amino, vitamin dan bahkan antibiotik yang dapat ditransfer ke larva ikan dan invertebrata. Sebagai contoh kejadian yang telah dicatat di dalam hatchery ikan clownfish, dimana didalam bak-bak larva terjadi pengurangan vitamin B12 dalam media yang akhirnya untuk beberapa minggu kematian larva ikan tersebut cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh pakan hidup yang diberikan ke ikan itu berupa rotifer yang kekurangan vitamin B12. Kekurangan vitamin B12 pada rotifer ini sebagai akibat dari pakan fitoplankton (Pyramimonas sp.) yang dapat dikultur dan tumbuh baik dengan tanpa trace nutrien vitamin B12. Sebagai akibatnya larva ikan juga mengalami defisiensi vitamin B12 dalam tubuhnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelulus hidupan larva. Selain trace nutrien vitamin, juga kandungan lemak esensial (HUFA) dalam pakan larva baik dari jenis fitoplankton maupun zooplankton perlu diperhatikan, karena akan mempengaruhi tingkat kelulushidupan dan daya imun larva ikan. Pada saat pertama kali larva makan perlu diperhatikan jenis dan ukuran partikel pakan yang dapat dicerna. Tersedianya pakan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulut merupakan salah satu aspek penting untuk larva yang baru menetas dengan sedikit atau tidak adanya cadangan kuning telur. Pakan yang tersedia untuk larva harus memenuhi tiga criteria, yaitu ukuran yang sesuai sehingga memudahkan untuk menangkap dan mengkonsumsi, harus selalu tersedia dalam jumlah yang mencukupi, dan mengandung nutrient pakan yang essensial. Peranan penting pakan alami bagi pertumbuhan larva pada awal pemeliharaannya juga disebabkan ukuran pakan alami yang relatif kecil, sehingga sesuai dengan bukaan mulut larva. Bukaan mulut larva ikanikan laut berbeda satu sama lainnya. Hal ini menyebabkan perlunya pemilihan jenis pakan alami yang tepat sebagai pakan larva. Salah satu pakan alami yang dapat digunakan sebagai pakan awal larva adalah Rotifera (Brachionus plicatilis). Rotifer merupakan pakan alami yang cocok diberikan pada pemeliharaan larva, karena selain memiliki ukuran tubuh yang kecil juga memiliki nilai nutrisi yang cukup baik. Namun dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan asam lemak n-3 HUFA, terutama asam-asam lemak (EPA, eicosapentaenoic acid) dan DHA (dcosahexaenoic acid) dari rotifer sangat rendah. Padahal EPA dan DHA merupakan asam lemak tidak jenuh berantai panjang yang berperan penting dalam menunjang tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva. Hasil dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa rotifer tampaknya juga mempunyai kemampuan terbatas untuk memperpanjang EPA. Oleh karena itu untuk mengatasi masa kritis yang terjadi pada fase pemeliharaan larva diperlukan perbaikan nutrient pada rotifer dengan cara meningkatkan kandungan asam lemak essentialnya melalui pengkayaan dengan EPA dan DHA sehingga mampu meningkatkan tingkat kelangsungan hidup (sintasan).

3 Disamping pemberian nutrisi, metode pemberian pakan yang baik juga dapat mempengaruhi kepadatan dari rotifer yang dipelihara. Selama ini dalam budidaya rotifer media kultur disiapkan diawal sebelum rotifer ditebar, selanjutnya penambahan pupuk dilakukan bila kultur ini berlanjut. Cara ini merupakan salah satu cara yang diyakini dapat mempertahankan kepadatan rotifer, namun disisi lain terbuka ruang untuk menghambat pertumbuhan dan kepadatan rotifer. Ketersediaan pakan yang berlebihan dapat menumbuhkan organisme lain hidup bersama rotifer sehingga dikhawatirkan pada saat pemberian pakan pada larva organism ini ikut terbawa. Beberapa hatchery dalam kultur rotifer pada tahap mempertahankan kepadatan, memberikan pakan alami fitoplankton kedalam bak kultur secara langsung pada satu titik. Sedangkan pemberian pakan tambahan seperti ragi dan lainnya menggunakan metode sebar langsung kepermukaan areal kultur sehingga kadang tidak diketahui ketersediaan pakan dalam wadah kultur berapa lama. Untuk lebih mendapatkan kepadatan optimal maka dan lamanya pakan akan habis dalam media kultul, pada kegiatan ini ditekankan pada metode pemberian pakan secara tetes (metode tetes) yang telah diatur waktunya. Sehingga dapat diketahui lamanya pakan yang diberikan dan diharapkan dapat mengoptimalkan kepadatan rotifer Tujuan dan Sasaran Adapun tujuan kegiatan ini adalah penerapan metode tetes pada budidaya rotifer untuk melihat tingkat kepadatan rotifer yang dihasilkan. Dan sasarannya ditemukan paket teknologi yang lebih aplikatif. II. MATERIAL DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilaknsanakan pada bulan Januari-April 2014 pada arel budidaya rotifer Balai Perikananan Budidaya Laut Ambon Alat dan Bahan a. Alat Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain: No Alat Spesifikasi Kegunaan 1. Wadah Kultur Kapasitas lietr Wadah pemeliharaan rotifer 2. Peralatan aerasi Selang, batu aerasi dank Suplai udara ran aerasi 3. Alat ukur Micrometer Menghitung kepadatan 4. Peralatan Kerja Ember, gayung dan baskom Sarana pendukung 5. Selang sipon Kancas Mengeluarkan kotoran 6. Botol infuse ml Untuk pengaturan penetesan pakan 7. Pipet tetes/volumetric 10 ml Menghitung kepadatan 8. Kaca Pembesar - Perbesar sampel b. Bahan bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Bahan yang digunakan No Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Enrichment Pufa, scootemulsion, GUDA Nutrisi pakan 2 Zooplankton Rotifer Pakan larva ikan 3 Fitoplankton/Ragi Ragi Pakan Rotifer

4 Kepadatan (ind/ml) 2.3. Metode Kultur murni rotifer diencerkan pada volume air wadah sesuai volume yang diinginkan. Wadah yang digunakan berjumlah enam buah dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama rotifer yang dikultur diberi pakan sesuai dengan dosis harian yang dilakukan pada kultur rotifer namun pemberiannya sekaligus disebar kedalam wadah pemeliharaan. Wadah kedua diberikan pakan dengan dosis yang sama namun pemberiannya ditetes pada beberapa titik pemberian dalam selang waktu tertentu. Pakan yang diberikan adalah ragi yang telah diberikan pengkayaan dengan scootemultion atau pengkaya lainnya terlebih dahulu sebelum diberikan Metode Pengumpulan Data Data kepadatan rotifer tiap perlakuan diambil dengan pipet tetes, kemudian ditaruh dimikrometer atau menggunakan pipet volumemetrik dibantu dengan kaca pembesar untuk dihitung kepadatannya. Kepadatan total kemudian dikali dengan total volume wadah kultur. Data diambil tiap hari secara acak pada beberapa titik 2.5. Analisa Pengumpulan Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan formula sebagai berikut: Jumlah rotifer = Jumlah rotifer terambil Volume air sampling x Volume air total Untuk mendapat data yang lebih lengkap dapat juga dilihat ukuran rotifer yang dihasilkan. Data selanjutnya dianalisa menggunakan ONE WAY ANOVA untuk melihat pengaruh kedua perlakuan menggunakan program EXCEL. III. HASIL 3.1. Pola Pertumbuhan Kepadatan Rotifer Pola pertumbuhan kepadatan rotifer terhadap metode sebar dan tetes dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini. Pada gambar terlihat bahwa rotifer yang dikultur dengan metode pemberian pakan yang disebar dan tetes menunjukkan pola yang berbebeda. Pada metode sebar terlihat bahwa grafik kepadat mulai naik pada hari ke 3 kultur dan mengalami dua kali puncak pertumbuhan yaitu pada hari ke-7 dan 12 dengan kepadatan 20 ind/ml. sedangkan metode tetes juga menunjukkan hasil yang berbeda dimana pada hari kedua kultur sudah mulai bertambah kepadatan dengan puncak kepadatan pertama pada hari ke-5 dengan kepadatan 28 ind/ml, kemudian turun kembali pada ke-7 (10 ind/ml) kemudian mencapai puncak kepadatan pada hari ke-12 dengan kepadatan mencapai 66 ind/ml. Kedua metode juga menunjukkan penurunan kepadatan dihari sama yaitu hari ke Metode Sebar Metode Tetes Hari Ke- Gambar 1. Pola Pertumbuhan dan Kepadatan Rotifer

5 3.2. Analisa Sidik Ragam One Way Anova Berdasarkan analisa one way ANOVA yang dilakukan terlihat bahwa metode pemberian pakan dengan system ditetes memberikan pertambahan kepadatan yang signifikan (F Hit = 11,54 > dari F Tabel = 4,15). IV. PEMBAHASAN 4.1. Pola Pertumbuhan dan Kepadatan Rotifer Sama seperti halnya organism lain, rotifer juga mengalami pertumbuhan, walaupun pertumbuhan maksimal hanya beberapa hari. Berdasarkan Gambar 1 diatas pola pertumbuhan dan kepadatan rotifer yang dikultur berkisar antara hari. Dimana terdapat dua titik penurunan kepadatan yaitu hari ke-7 dan hari ke 16. Penurunan pada hari ke-7 mungkin disebabkan pada awal kultur rotifer jantan yang lebih banyak dan setelah hari tersebut beralih ke rotifer betina. Redjeki (1999) menyatakan bahwa Lama hidup Brachionus plicatilis betina berkisar antara hari dan umur Brachionus plicatilis jantan berkisar antara 3-6 hari. Antara bentuk jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang mencolok yaitu, Brachionus jantan memiliki bentuk tubuh yang jauh lebih kecil daripada yang betina dan juga mengalami degenerasi dan yang jantan biasanya muncul pada musim-musim tertentu saja baik secara parthenogenesis. Kepadatan optimum yang diperoleh dalam kegiatan ini 66 ind/ml, karena pakan yang digunakan untuk rotifer adalah ragi sehingga kepadatan optimum otifer belum tercapai. Menurut Redjeki (1999), Rotifer yang dibudidayakan dengan pakan ragi roti saja mempunyai nilai gizi yang relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan yang diberi pakan Chlorella sp. dan Rachmasari (1989) menyatakan bahwa untuk mendapatkan rotifer yang lebih baik disarankan agar dalam memberikan pakan Chlorella sebaiknya dengan kepadatan 2,13-3,5 x I juta sel/ml. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa kepadatan Tetraselmis dan Chlorella sebesar 5 juta sel/ml dan ragi roti sebanyak 1-2 g/berat badan/1 juta rotifer akan diperoieh rotifer sebanyak ekor/ml selama 3 minggu dengan inokulasi awal 10 ekor/ml. Berkaitan dengan penerapan metode yang digunakan pada kegiatan ini terlihat bahwa rotifer yang dikultur dengan metode pemberian pakan metode tetes lebih baik dari metode sebar yang selama ini digunakan. Baiknya metode tetes terhadap kepadatan ini mungkin disebabkan oleh perolehan pakan yang lebih baik dengan metode sebar yang langsung kepermukaan. Metode tetes dirancang sedemikan rupa sehingga pakan yang diberikan itu teratur dalam jumlah dan waktu tertentu sehingga peluang mendapat makanan bagi rotifer lebih baik bila dibandingkan dengan metode sebar yang langsung dan sekali untuk satuan waktu tertentu. Rahmasari (1989) menyatakan bahwa Jumlah dan kualitas makanan rotifer sangat mempengaruhi populasi rotifer. Selanjutnya (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995) mengatakan bahwa pakan diambil secara terus menerus sambil berenang. Makanan utama dari rotifera adalah phytoplankton dan plankton lainnya, detritus dan bahan-bahan organik terutama yang mengendap di dasar perairan. Brachionus plicatilis juga pemakan segala dan partikel-partikel yang berukuran sesuai dengan besar alat penghisapnya Analisa Sidik Ragam One Way Anova Untuk menganalisa data yang ada lebih lanjut maka dilakukan analisa ANOVA Berdasarkan analisa one way ANOVA yang dilakukan terlihat bahwa metode pemberian pakan dengan system ditetes memberikan pengaruh signifikan terhadap pertambahan kepadatan (F Hit = 11,54 > dari F Tabel = 4,15). Hasil uji BNT yang menunjukkan bahwa metode tetes memberikan pertambahan kepadatan yang optimal. V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam kegiatan ini adalah: Metode tetes pada saat pemberian pakan memberikan kepadatan terbaik (66 ind/ml) bila dibandingkan dengan metode sebar (20 ind/ml) Saran Disarankan dalam kultur rotifer menggunakn metode tetes pada saat pemberian pakan dan dalam wadah yang besar.

6 DAFTAR PUSTAKA Isnansetyo, A. Dan Kurniastuty Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta. Rachmasari, Studi pertumbuhan rotifer (Brachionus plicatilis) dengan pakan Chlorella sp. Tetraselmis dan ragi roti. Fak. Perikanan, Institut Pertanian Bogor : 72 pp. Redjeki Sri Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis). Oseana, Volume XXIV, Nomor 2,1999 :

Pemberian Mikroalga Terhadap Pertambahan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Pada Skala Laboratorium Di BBPBL Lampung

Pemberian Mikroalga Terhadap Pertambahan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Pada Skala Laboratorium Di BBPBL Lampung Maspari Journal, 2013, 5 (2), 140-144 http://masparijournal.blogspot.com Pemberian Mikroalga Terhadap Pertambahan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Pada Skala Laboratorium Di BBPBL Lampung Aji

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis)

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 2, Juni 2015 Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp) Andi Khaeriyah Program Studi Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Makassar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Untuk mendukung usaha tersebut dibutuhkan Balai Benih Ikan. ikan. Ketika usaha pemeliharaan atau pembesaran berkembang dibutuhkan bibit

PENDAHULUAN. Untuk mendukung usaha tersebut dibutuhkan Balai Benih Ikan. ikan. Ketika usaha pemeliharaan atau pembesaran berkembang dibutuhkan bibit PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha budidaya perikanan di Indonesia sudah tumbuh dan berkembang. Untuk mendukung usaha tersebut dibutuhkan Balai Benih Ikan. Upaya pengembangan budidaya itu diawali dengan

Lebih terperinci

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta PERTUMBUHAN KULTUR Chlorella spp SKALA LABORATORIUM PADA BEBERAPA TINGKAT KEPADATAN INOKULUM The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum Lady Diana Tetelepta Jurusan Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah tingginya

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB 3 BAHAN DAN METODE BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2007 di Laboratorium Ekologi Hewan Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu input penting dalam budidaya ikan. Pakan menghabiskan lebih dari setengah biaya produksi dalam kegiatan budidaya ikan. Dalam kegiatan budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha budidaya perikanan sangat dipengaruhi oleh kualitas benih dan pakan. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti plankton. Plankton sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang permintaannya terus meningkat dan berkembang pesat. Udang vannamei memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembenihan ikan laut berkembang pesat dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan Kerapu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu sumber gizi penting untuk proses kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu sumber gizi penting untuk proses kelangsungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber gizi penting untuk proses kelangsungan hidup manusia. Ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin dan mineral. Protein

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT Pemberian Jurnal Akuakultur zat pengatur Indonesia, tumbuh 6(1): kepada 37 42 Chlorella (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 37 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscogutaftus) PEMELIHARAAN LARVA

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscogutaftus) PEMELIHARAAN LARVA PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscogutaftus) PEMELIHARAAN LARVA 1. PENDAHULUAN 1) Latar belakang Beberapa jenis ikan laut yang bernilai ekonomis telah banyak dibudidayakan dalam kurungan apung.

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya memegang peranan penting untuk lestarinya sumber daya ikan. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis unggulan. Pembenihan

Lebih terperinci

M.A. Suprayudi, E. Mursitorini dan D. Jusadi

M.A. Suprayudi, E. Mursitorini dan D. Jusadi Jurnal Pengaruh Akuakultur pengkayaan Indonesia, Artemia 5(2): sp. 119126 (2006) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 119 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH PENGKAYAAN Artemia

Lebih terperinci

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE BENIH IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE BENIH IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE BENIH IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh : Marwa, Heru Salamet, dan Hariyano Abstrak Pakan adalah nama umum yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. air tawar, payau, dan perikanan laut, dapat dilihat dari semakin banyaknya

I. PENDAHULUAN. air tawar, payau, dan perikanan laut, dapat dilihat dari semakin banyaknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya perikanan saat ini berkembang pesat, baik pada perikanan air tawar, payau, dan perikanan laut, dapat dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang melakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2006, di PT Centralpertiwi Bahari yang berlokasi di Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Brachionus plicatilis, Nannochloropsis sp., salinitas, nitrogen, stres lingkungan

ABSTRAK. Kata kunci: Brachionus plicatilis, Nannochloropsis sp., salinitas, nitrogen, stres lingkungan e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 2013 ISSN: 2302-3600 KANDUNGAN PROTEIN TOTAL (CRUDE PROTEIN) Brachionus plicatilis DENGAN PEMBERIAN PAKAN Nannochloropsis sp. PADA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembenihan pakan alami telah terbukti baik untuk larva.

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembenihan pakan alami telah terbukti baik untuk larva. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kegiatan pembenihan pakan alami telah terbukti baik untuk larva. Pakan alami yang banyak digunakan dalam budidaya perikanan adalah mikroalga. Mikroalga merupakan

Lebih terperinci

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD 2014 Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD I. Pendahuluan Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang mendiami kolam-kolam, sawah,

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PROSES DAN INFRASTRUKTUR HATCHERY IKAN KERAPU (Epeinephelus, Cromileptes, dll) Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) IKAN KERAPU Ikan kerapu merupakan komoditas eksport yang bernilai ekonomis tinggi

Lebih terperinci

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA BDI-T/1/1.2 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR BUDIDAYA PAKAN ALAMI AIR TAWAR MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis hewan baik ukuran, kebutuhan protein, dan kebiasaan

Lebih terperinci

ikan yang relatif lebih murah dibanding sumber protein hewani lainnya, maka permintaan akan komoditas ikan terus meningkat dari waktu ke waktu.

ikan yang relatif lebih murah dibanding sumber protein hewani lainnya, maka permintaan akan komoditas ikan terus meningkat dari waktu ke waktu. 1. PENDAHULUAN Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, maka kebutuhan ketahanan pangan termasuk di dalamnya kebutuhan akan protein hewani terus meningkat. Salah satu sumber protein yang

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan alami memiliki peran penting dalam usaha akuakultur, terutama pada proses pembenihan. Peran pakan alami hingga saat ini belum dapat tergantikan secara menyeluruh.

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung dari bulan Januari

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK ejurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 013 ISSN: 303600 PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp Leonardo Bambang Diwi Dayanto *, Rara Diantari dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. Arif Wibowo *, Henni Wijayanti

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Madu Untuk Pengkayaan Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Rotifera (Brachionus plicatilis)

Pengaruh Penggunaan Madu Untuk Pengkayaan Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Rotifera (Brachionus plicatilis) Pengaruh Penggunaan Madu Untuk Pengkayaan Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Rotifera (Brachionus plicatilis) Effect of Several Natural Feeds Enhenced with Honey on The Growth Rate of Rotifer (Brachionus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budidaya udang merupakan salah satu industri skala besar dengan tingkat

I. PENDAHULUAN. Budidaya udang merupakan salah satu industri skala besar dengan tingkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya udang merupakan salah satu industri skala besar dengan tingkat produksi sekitar 30% dari total suplai udang dunia. Tingginya produksi tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung dan Uji Proksimat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB 3 BAHAN DAN METODE BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Metode Penelitian Penelitian: Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP dilaksanakan pada bulan Mei 2010 di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan dan memiliki nilai gizi tinggi yaitu, kandungan protein 74%, lemak

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan dan memiliki nilai gizi tinggi yaitu, kandungan protein 74%, lemak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga yang mudah dibudidayakan dan memiliki nilai gizi tinggi yaitu, kandungan protein 74%, lemak 4%, dan karbohidrat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN Diaphanasoma sp. YANG DIBERI PAKAN Nannochloropsis sp. Sri Susilowati 12 ABSTRAK

PERTUMBUHAN Diaphanasoma sp. YANG DIBERI PAKAN Nannochloropsis sp. Sri Susilowati 12 ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PERTUMBUHAN Diaphanasoma sp. YANG DIBERI PAKAN Nannochloropsis sp. Sri Susilowati 12 ABSTRAK Pakan alami yang

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp)

PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp) PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp) SKRIPSI HENNY FITRIANI SIMANJUNTAK 090302063 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA Meytia Eka Safitri *, Rara Diantari,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei Juni 2014, di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Pada bulan Desember 2014. B.

Lebih terperinci

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. Nindri Yarti *, Moh.

Lebih terperinci

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT PENGARUH PEMBERIAN NAUPLII Artemia sp. YANG DIPERKAYA SUSU BUBUK TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA UDANG VANNAMEI ( Litopenaeus vannamei) Marta Purnama Sari 1), Wardiyanto 2) dan Abdullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya ikan dapat dijadikan alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan dan memiliki prospek jangka panjang yang baik. Hal ini dikarenakan atas permintaan produk

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Larva Rajungan Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva Tingkat perkembangan rajungan pada umumnya tidak berbeda dengan kepiting bakau. Perbedaannya hanya pada fase

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Volume 5, Nomor 2, Oktober 2009 PENGAMATAN JENIS CACING LAOR (ANNELIDA, POLYCHAETA) DI PERAIRAN DESA LATUHALAT PULAU AMBON, DAN ASPEK REPRODUKSINYA STUDI EKOLOGI KOMUNITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kegiatan budidaya perikanan semakin berkembang dari tahun ke tahun. Tentunya hal ini ditunjang dengan menerapkan sistem budidaya ikan yang baik pada berbagai

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah mengetahui teknik kultur Chaetoceros sp. dan Skeletonema sp. skala laboratorium dan skala massal serta mengetahui permasalahan yang

Lebih terperinci

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius) PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius) Arli 1, Yuneidi Basri 2, Mas Eriza 2 E-mail : aarnye@ymail.com 1 Mahasiswa Jurusan Budidaya

Lebih terperinci

VIABILITAS ROTIFER Brachionus rotundiformis STRAIN MERAS PADA SUHU DAN SALINITAS BERBEDA

VIABILITAS ROTIFER Brachionus rotundiformis STRAIN MERAS PADA SUHU DAN SALINITAS BERBEDA VIABILITAS ROTIFER Brachionus rotundiformis STRAIN MERAS PADA SUHU DAN SALINITAS BERBEDA Erly Y. Kaligis Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat Manado 95115 E-mail: erly_kaligis@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN. Oleh : WILLY DHIKA PRATAMA SIDOARJO JAWA TIMUR

PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN. Oleh : WILLY DHIKA PRATAMA SIDOARJO JAWA TIMUR 1 TEKNIK KULTUR ROTIFERA (Brachionus plicatilis) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM AIR BERPUTAR DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BBPBAP) JEPARA, JAWA TENGAH PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI RAGI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp.

PENGARUH KONSENTRASI RAGI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp. PENGARUH KONSENTRASI RAGI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp. (Effect of Feeding Rates of Yeast on Growth of Daphnia) Dedi Jusadi 1, Dewi Sulasingkin 1, dan Ing Mokoginta 1 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Desa Hanura, Kecamatan

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA 869 Efisiensi penggunaan plankton untuk pembenihan... (Suko Ismi) EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK Suko Ismi

Lebih terperinci

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFER Brachionus rotundiformis STRAIN TUMPAAN PADA PAKAN BERBEDA ERLY Y. KALIGIS Erly Y. Kaligis Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT, Manado (E-mail: erly_kaligis@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Ciri khas dasar pemberian nama rotatoria atau rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini berbentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brachionus plicatilis O. F. Muller Djarijah (1995) mengatakan bahwa Brachionus plicatilis merupakan organisme eukariot akuatik yang termasuk ke dalam zooplankton yang bersifat

Lebih terperinci

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Dian Puspitasari Program studi Budidaya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas Asahan Email: di_dianri@yahoo.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antena dorsal dan 2 buah antenna lateral. Pada ujung antenna biasanya terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. antena dorsal dan 2 buah antenna lateral. Pada ujung antenna biasanya terdapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Umum Rotifera Rotifera merupakan sejenis organisme air yang memiliki klasifikasi menurut Ruutner dan Kolisko (1974) diacu oleh Dikkurahman (2003) sebagai berikut Phylum Kelas

Lebih terperinci

Kultur Nannochloropsis

Kultur Nannochloropsis Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 588-595 Kultur Nannochloropsis sp. Dan Pembuatan PastA Nannochloropsis Sp. Dengan Menggunakan

Lebih terperinci

Peningkatan Asam Lemakrotifer Brachionus Plicatilis Dengan Periode Pengkayaan Bakteri Bacillus Sp. Berbeda

Peningkatan Asam Lemakrotifer Brachionus Plicatilis Dengan Periode Pengkayaan Bakteri Bacillus Sp. Berbeda Peningkatan Asam Lemakrotifer Brachionus Plicatilis Dengan Periode Pengkayaan Bakteri Bacillus Sp. Berbeda Sutia Budi 1, Zainuddin 2 dan St. Aslamyiah 2 1. Jurusan Perikanan Universitas 45 Makasssar. 2.

Lebih terperinci

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015 TEKNIK KULTUR Chlorella sp. SEBAGAI PAKAN Brachionus DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG, JAWA BARAT PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN Oleh : PIPIN TRI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp. dengan pemberian pupuk kandang, jerami padi dan daun kol dengan padat

Lebih terperinci

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial 1. Mengidentifikasi potensi dan peran budidaya perairan 2. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork) Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 4, No. 2, Agustus 2013 ISSN : 2086-3861 APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork) APPLICATION USE DIFFERENT

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengaruh, Konsentrasi, Kepadatan Populasi, Pupuk Media Diatom, Pupuk KW21, Tetraselmis sp.

Kata Kunci: Pengaruh, Konsentrasi, Kepadatan Populasi, Pupuk Media Diatom, Pupuk KW21, Tetraselmis sp. PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI PUPUK MEDIA DIATOM DAN PUPUK KW21 TERHADAP KEPADATAN POPULASI Tetraselmis sp. DI UNIT PELAKSANA TEKHNIS LOKA PENGEMBANGAN BIO INDUSTRI LAUT PUSAT PENELITIAN OCEANOGRAFI (LPBIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber makanan yang sangat digemari masyarakat karena mengandung protein yang cukup tinggi dan dibutuhkan oleh manusia untuk pertumbuhan.

Lebih terperinci

3. BUDIDAYA BRACHIONUS

3. BUDIDAYA BRACHIONUS 3. BUDIDAYA BRACHIONUS A) PENDAHULUAN Brachionus plicatilis pertama kali diidentifikasi sebagai Hama pada kolam budidaya belut pada tahun 1950-an dan 1960-an. Dan penelitian pertama di Jepang, Rotifera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroalga merupakan organisme air fotoautropik uniseluler atau multiseluler (Biondi and Tredici, 2011). Mikroalga hidup dengan berkoloni, berfilamen atau helaian pada

Lebih terperinci

PRODUKSI BIOMASSA Spirulina sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI CO2 DAN FOTOPERIODE. Okta Nugraha 1) dan Elida Purba 1)

PRODUKSI BIOMASSA Spirulina sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI CO2 DAN FOTOPERIODE. Okta Nugraha 1) dan Elida Purba 1) PRODUKSI BIOMASSA Spirulina sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI CO2 DAN FOTOPERIODE Okta Nugraha 1) dan Elida Purba 1) 1) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro

Lebih terperinci

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella 2014 Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD I. Pendahuluan Chlorella merupakan salah satu jenis fitoplankton yang banyak digunakan untuk berbagai

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Kompos Sampah Rumah Tangga Terhadap Pertumbuhan Chlorella vulgaris Pada Skala Laboratorium

Pengaruh Pemberian Kompos Sampah Rumah Tangga Terhadap Pertumbuhan Chlorella vulgaris Pada Skala Laboratorium Pengaruh Pemberian Kompos Sampah Rumah Tangga Terhadap Pertumbuhan Chlorella vulgaris Pada Skala Laboratorium Reka Hafizhah, Riche Hariyati, Murningsih Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi

Lebih terperinci

PENGARUH VOLUME WADAH TERHADAP PERTUMBUHAN LARVA KERAPU BEBEK (C. altivelis)

PENGARUH VOLUME WADAH TERHADAP PERTUMBUHAN LARVA KERAPU BEBEK (C. altivelis) PENGARUH VOLUME WADAH TERHADAP PERTUMBUHAN LARVA KERAPU BEBEK (C. altivelis) Oleh : Heru Salamet, Rochman Subiyanto, Narulitta Ely dan Hariyano Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon bbl_ambon@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN COPEPODA, Oithona sp. DENGAN PAKAN Chaetoceros sp. DAN FERMENTASI (75:25) DALAM SKALA LABORATORIUM

PERTUMBUHAN COPEPODA, Oithona sp. DENGAN PAKAN Chaetoceros sp. DAN FERMENTASI (75:25) DALAM SKALA LABORATORIUM PERTUMBUHAN COPEPODA, Oithona sp. DENGAN PAKAN Chaetoceros sp. DAN FERMENTASI (75:25) DALAM SKALA LABORATORIUM Growth Copepods Oithona sp. with Feed Chaetoceros sp. and Fermentation (75:25) in Laboratory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Hal ini terjadi karena tingginya tingkat kematian dari larva

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN FITOPLANKTON Tetraselmis sp DI WADAH TERKONTROL DENGAN PERLAKUAN CAHAYA LAMPU TL

PERTUMBUHAN FITOPLANKTON Tetraselmis sp DI WADAH TERKONTROL DENGAN PERLAKUAN CAHAYA LAMPU TL PERTUMBUHAN FITOPLANKTON Tetraselmis sp DI WADAH TERKONTROL DENGAN PERLAKUAN CAHAYA LAMPU TL Anita Padang, Sinta La Djen, Tahir Tuasikal Staf Pengajar UNIDAR-Ambon, e-mail : - ABSTRAK Tetraselmis sp merupakan

Lebih terperinci

KUMPULAN ABSTRAK TESIS DISERTASI DOKTOR 2005 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KUMPULAN ABSTRAK TESIS DISERTASI DOKTOR 2005 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KUMPULAN ABSTRAK TESIS DISERTASI DOKTOR 2005 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA Jl. Tamansari No. 64 Bandung 40116 Gedung CCAR lt. IV Telp. : +6222 251 1495; Fax. : +6222 250 3659 E-mail :

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA MAKANAN ALAMI

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA MAKANAN ALAMI BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA MAKANAN ALAMI OLEH: TIM ASISTEN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumberdaya

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN HIAS MANDARIN FISH (Synchiropus splendidus )

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN HIAS MANDARIN FISH (Synchiropus splendidus ) PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN HIAS MANDARIN FISH (Synchiropus splendidus ) Oleh: Atiek Pietoyo, Hariyano, Heru Salamet dan Basir Tuatoy Abstrak Penggunaan dosis pakan dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FERMENTASI DEDAK DAN RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia magna

PENGARUH PEMBERIAN FERMENTASI DEDAK DAN RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia magna PENGARUH PEMBERIAN FERMENTASI DEDAK DAN RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia magna Haris Luthfi 1), Nawir Muhar 2), Mas Eriza ) 1) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang (Clarias sp), selama 10 hari dengan menggunakan tiga perlakuan yakni perlakuan

Lebih terperinci

Jurnal Online Saintia Biologi ISSN: Abstract

Jurnal Online Saintia Biologi ISSN: Abstract LAJU PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis O. F. Muller DENGAN PEMBERIAN KOTORAN AYAM KAMPUNG (Gallus varius L.) DAN AYAM BROILER (Gallus demostica L.) PADA MEDIA KOMBINASI PUPUK UREA DAN TSP Surya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) X (1): ISSN:

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) X (1): ISSN: 134 Short Paper PENGARUH PERBEDAAN AWAL PEMBERIAN ARTEMIA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN PADA PEMELIHARAAN LARVA IKAN KLON (Amphiprion ocellaris) THE EFFECT OF INITIAL TIME DIFFERENCE OF ARTEMIA PROVIDE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri dan klasifikasi Moina sp 1. Ciri-ciri dan morfologi Moina sp Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik yang termasuk dalam filum Crustacea,

Lebih terperinci

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates calcariver, Bloch) SKALA RUMAH TANGGA (HSRT-Hatchery Skala Rumah Tangga)

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates calcariver, Bloch) SKALA RUMAH TANGGA (HSRT-Hatchery Skala Rumah Tangga) PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates calcariver, Bloch) SKALA RUMAH TANGGA (HSRT-Hatchery Skala Rumah Tangga) 1. PENDAHULUAN Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)

Lebih terperinci

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia SNI 7311:2009 Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7311:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2009 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Plankton Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di atas permukaan air dan hidupnya selalu terbawa oleh arus, plankton digunakan sebagai pakan alami

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci

PEMBERIAN MIKROALGA YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Artemia salina

PEMBERIAN MIKROALGA YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Artemia salina Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2012, hlm 13 19 ISSN 0126-4265 Vol. 40. No.2 PEMBERIAN MIKROALGA YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Artemia salina Erniati 1), Erlangga 1), Hairina 2) Diterima : 2 Juni 2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan baung

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan baung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan baung hanya terdapat di perairan-perairan tertentu di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Ikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci