PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA FISIKA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG Egi Wulan Sari, Husna, Megasyani Anaperta Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Sumatera Barat Dosen Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Sumatera Barat egiwulansari@gmail.com ABSTRACT This research is motivated by less of students' carefulness and responsibility in doing their task and students low understanding in learning physic at VII grade students of SMP Muhammadiyah 6 Padang. To solve the problem, it applied a type of cooperative learning model is Numbered Heads Together (NHT). This research purposes to find out about students' understanding in learning physic by applying cooperative learning model Numbered Heads Together type is better than conventional learning model at VII grade students of SMP Muhammadiyah 6 Padang. This research type is quasi-experimental with posttest only control group as the design. The population is all students of VII grade of SMP Muhammadiyah 6 Padang academic year 06/07 include 3 classes. The samples were chosen randomly where VII class was as experimental class and VII3 was as control class, both were chosen by using cluster rampling technique. As the instrument, it used a test. The results showed that the class sample distributed normal and homogeneous. Hypothesis test showed, ttest is,94 and ttable is,67 as much as ttest>ttable means hypothesis is accepted. In short, the students' understanding in learning physic by applying cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) type is better than applying a conventional learning model at VII grade students of SMP Muhammadiyah 6 Padang. Keywords: Cooperative Learning Model, Numbered Heads Together (NHT), Understanding In Learning Physic PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari gejalagejala alam yang meliputi makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Menurut Trianto (007 : 99), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat sekolah menengah yaitu SMP/MTs. Pembelajaran IPA di SMP/MTs meliputi tiga bidang yaitu Biologi, Kimia dan Fisika. Menurut Saira (05: ), IPA Fisika merupakan ilmu yang paling kompleks dalam kelompok pelajaran sains, karena disamping memahami dasar perhitungan matematis, diperlukan juga pemahaman konsep. IPA Fisika menuntut siswa menguasai konsep dan prinsip serta sikap ilmiah yang lebih mendalam. Oleh karena itu, siswa diharapkan memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran diperlukan guru yang memberikan contoh teladan, membangun kemauan, mengembangkan potensi dan kreativitas siswa. Apabila siswa mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya, maka siswa mampu memberikan hasil belajar yang baik. Namun hal tersebut belum sesuai dengan apa yang diharapkan, kenyataannya di sekolah hasil belajar IPA Fisika masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan hasil ulangan harian siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang Tahun Pelajaran 06/07 pada Tabel. Tabel. Persentase Ketuntasan Ulangan Harian II IPA Fisika Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang Tahun Pelajaran 06/07 No Kls Jml Siswa Jumlah T T T % T T % VII 0 6 30 4 70 VII 4 4 6,67 0 83,3 3 VII 3 4 4 6,67 0 83,3 Jml siswa 68 4 54 Sumber: Guru Bidang Studi IPA Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang Berdasarkan Tabel terlihat bahwa banyak siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang Tahun Pelajaran 06/07 yang belum tuntas dalam pelajaran IPA Fisika dimana masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 76. Proses pembelajaran kurang melibatkan siswa aktif dalam belajar, pada umumnya siswa hanya mendengarkan, menulis serta tidak berani bertanya dan mengeluarkan pendapat tentang materi yang diajarkan guru. Selanjutnya, siswa
lebih memilih bertanya kepada siswa lain jika mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Akibat dari keadaan tersebut kemampuan siswa untuk menguasai konsep IPA Fisika masih rendah. Selain itu, siswa masih menganggap bahwa IPA Fisika itu sulit karena dalam pembelajarannya menuntut hafalan rumus-rumus dan konsep yang banyak. Pada saat guru memberikan soal yang berbeda dalam latihan dengan soal ketika belajar siswa tidak mampu menjawab soal tersebut. Hal ini terlihat bahwa siswa tidak memahami konsep tentang materi yang dijelaskan oleh guru. Sehubungan dengan permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning). Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kelompok, dengan demikian siswa diharapkan bisa memahami konsep IPA Fisika. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (03 : 8), Numbered Heads Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Heads Together melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT siswa dibagi atas beberapa kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor kepala masingmasingnya. Siswa bekerjasama dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Pembelajaran ini menggunakan LKS sebagai bahan ajar berupa lembaran-lembaran yang berisi ringkasan materi dan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat membantu siswa dalam memahami materi agar pembelajaran lebih efektif sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA Fisika siswa serta dapat menimbulkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA Fisika. 3
Pembelajaran IPA Fisika tidak hanya mempelajari perhitungan matematis dan konsep-konsep saja. Namun dapat menciptakan suatu keterampilan untuk memahami gejala alam yang terjadi disekitarnya dengan tidak mengabaikan hakikat IPA sebagai sains Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen untuk belajar bersama. Siswa menyelesaikan tugas dengan saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain dengan menerapkan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Menurut Jufri (03: 8), Numbered Heads Together adalah melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview materi pelajaran dan mengecek pemahaman mereka tentang materi tertentu. Jadi dapat disimpulkan NHT adalah pembelajaran kooperatif untuk memberikan kesempatan siswa saling membagikan ide-ide dan saling kerjasama dalam menelaah materi dan mengecek pemahaman tentang isi materi pelajaran. Pertanyaan yang diajukan kepada seluruh siswa, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT (Trianto, 03: 8). Adapun sintaks NHT adalah sebagai berikut a) Fase : Penomoran Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara - 5. b) Fase : Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervarisi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, Berapakah jumlah gigi orang dewasa? Atau berbentuk arahan, misalnya Pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. c) Fase 3: Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggotanya dalam timnya mengetahui jawaban tim. d) Fase 4: Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran kooperatif tipe Numbered 4
Heads Together dengan menggunakan bahan ajar berupa LKS dengan tujuan mempermudah siswa memahami konsep-konsep dalam kegiatan belajar. Menurut Bloom (Susanto, 03: 6) Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan atau suatu pengertian (Susanto, 03: 8). Menurut Depdiknas (Shadiq, 009: 3) menyatakan bahwa Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes, akurat efisien dan tepat. Berdasarkan uraian di atas, pemahaman konsep adalah kesanggupan siswa dalam memahami atau menyerap konsep suatu materi yang dipelajari dan suatu pemikiran dengan melakukan prosedur secara akurat, efisien dan tepat. Pemahaman konsep salah satu tujuan dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman konsep IPA Fisika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada pemahaman konsep IPA Fisika dengan menerapkan pembelajaran konvensional siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment. Menurut Arikunto (04: 3) menyatakan bahwa quasi eksperiment adalah jenis eksperimen yang belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturanperaturan tertentu. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest only control group design. Penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen merupakan kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together menggunakan LKS dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional menggunakan LKS. Menurut Arikunto (04: 73) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh 5
siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang tahun pelajaran 06/07. Menurut Arikunto (04: 74) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan teknik cluster random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana pemilihan mengacu pada kelompok bukan pada individu. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II bulan Februari. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII dan VII3 SMP Muhammadiyah 6 Padang Tahun Pelajaran 06/07. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa tes akhir. Tes yang diberikan sesuai dengan materi pelajaran yang telah dipelajari. Tes ini berfungsi sebagai alat ukur yaitu untuk mengukur pemahaman konsep IPA Fisika terhadap materi yang telah dipelajari. Penilaian pemahaman konsep siswa dilakukan dengan penskoran. Skor yang diperoleh siswa: Nilai siswa = skor diperoleh skor total x 00 Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas berguna untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Lilliefors yang dikemukakan oleh Sudjana (005: 466) yaitu dengan selisih menentukan nilai tertinggi dari F z ) S( z ), hasilnya disebut dengan ( i i L 0.Kemudian bandingkan dengan yang dapat dilihat pada tabel distribusi normal dengan kriteria pengujiannya adalah terima lain H 0 ditolak. b. Uji Homogenitas H 0 jikat L t L0 L dalam hal Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai ragam yang sama (homogen). Uji yang digunakan adalah uji kesamaan dua varians (uji F). Dalam Sudjana (005: 49) menyebutkan, untuk menentukan harga F maka rumus yang digunakan sebagai berikut: s F s diterima atau ditolak. Sebelum 6
Kriteria dari pengujian ini adalah hipotesis H 0 akan diterima jika nilai F F. hitung tabel c. Uji Hipotesis Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka dilakukanlah uji hipotesis. Uji hipotesis berguna untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Hasil uji normalitas dan homogenitas yang telah diperoleh, diketahui bahwa kedua kelas terdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen maka uji statistik yang digunakan menurut Sudjana (005: 39) adalah uji t yaitu : 0 t s x x n n s = (n )s + (n )s n + n Kriteria pengujiannya adalah H diterima jika t hitung t tabel ( ) dengan derajat kebebasan untuk daftar distribusi t adalah dk) ( n n ), dalam hal lain H 0 ditolak. ( HASIL DAN PEMBAHASAN Data pemahaman konsep dilihat dari tes akhir yang dilakukan berupa tes essay sebanyak 9 butir soal. Jumlah siswa pada kelas eksperimen yang mengikuti tes akhir 3 orang siswa dan jumlah siswa pada kelas kontrol orang siswa. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Uji Normalitas Kelas Sampel L o L t Ket Eksperimen 0,0967 0,798 Normal Kontrol 0,70 0,83 Normal Jadi dari uji normalitas diperoleh bahwa L o < L t, maka dapat disimpulkan bahwa tes akhir pemahaman konsep berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F satu pihak. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut: F hitung,39 F (0,05)(,),07 Jadi dari uji homogenitas diperoleh F hitung F (0,05)(,), maka dapat disimpulkan kedua kelas sampel mempunyai variansi yang homogen. Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diketahui tes akhir siswa pada kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen. 7
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji t satu pihak. Hasil perhitungan dengan uji t satu pihak di dapat t =,94 dan t tabel =,67. Data yang diperoleh t > t tabel =,94 >,67 maka tolak H 0 atau hipotesis diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep IPA Fisika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada pemahaman konsep IPA Fisika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang. Ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berdampak baik terhadap pemahaman konsep IPA Fisika siswa, dapat dilihat dari rata-rata tes akhir kedua kelas sampel. Pada kelas kontrol tidak terjadi perubahan peningkatan hasil belajar Fisika siswa, hal ini disebabkan proses pembelajaran Fisika pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dimana guru yang banyak berperan aktif sebagai pengajar. Siswa hanya mencatat pelajaran. Kondisi yang seperti ini memberi dampak pada pemahaman konsep IPA Fisika yang belum memuaskan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Trianto (03:8) bahwa model kooperatif tipe NHT dapat menelaah materi dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran, ternyata pendapatnya sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat mengecek pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran yaitu materi kalor. KESIMPULAN Berdasakan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep IPA Fisika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada pemahaman konsep IPA Fisika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 04. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Bumi Aksara. Jufri, A Wahab. 03. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. 8
Saira, Siti. 05. Pengembangan Buku Ajar IPA Fisika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMPN 0 Mataram Tahun Pelajaran 04/05. Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika. Volume Nomor. Hal -9. Shadiq, Fajar. 009. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas. Sudjana. 005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Susanto, Ahmad. 04. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Trianto. 007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori & Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.. 03. Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif- Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 9