BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata kini menjadi sektor yang sangat berkembang di Indonesia. Sektor pariwisata dianggap mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TELENG RIA DI PACITAN

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan sumber daya alam laut di Indonesia memiliki kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :

REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PURWAHAMBA INDAH DI KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penataan dan Pengembangan Obuek Wisata Pantai Widuri di Pemalang

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTING PROYEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identitas kota merupakan salah satu unsur penting yang dapat menggambarkan jati diri dari suatu kota. Namun globalisasi turut memberikan dampak pada perkembangan kota terutama pada identitas, yang dapat dirasakan pada lingkungan fisik kota, sosial, budaya dan ekonomi. Fenomena demikian tentu secara perlahan akan menghilangkan jati diri suatu kota yang telah lama terbentuk, misalnya yang berasal dari sejarah. Kota memiliki karakter yang menunjukkan ciri khas sehingga dapat membedakan suatu kota dengan kota lain. Karakter tersebut kemudian dikenal sebagai identitas kota, yang dapat memudahkan kota untuk dikenali dan diingat. Menurut Lynch (1960), identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu (sense of time), ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial ekonomi masyarakat itu sendiri. Dengan identitas pula ciri khas yang dimiliki dapat membentuk kepekaan setiap orang terhadap suatu tempat (sense of place). Arah perkembangan kota belum tentu dapat menyelamatkan karakter yang telah membentuk identitas kota. Hal ini dikarenakan perkembangan kota memberi dampak yang besar, berupa perubahan secara bentuk fisik kota hingga gaya hidup masyarakat sehingga karakter yang menjadi identitas kota tidak dapat dipertahankan. Saat ini terdapat beberapa kota yang telah berusaha menjaga dan meningkatkan identitas dengan menjadikan visi pembangunan, sehingga memunculkan program-program pembangunan yang berupaya mendukung keberlanjutan identitas kota. Adapun kota yang telah menjadikan identitas sebagai branding dari kota diantaranya Kota Surabaya, Bali, Yogyakarta sedangkan sebagian besar kota-kota di Indonesia masih sedikit memberi perhatian lebih pada identitas kota. 1

Salah satu kota yang turut merasakan dampak dari perkembangan kota yaitu Kota Meulaboh yang merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Pertumbuhan Kota Meulaboh telah dihiasi oleh sejarah perjuangan salah satu pahlawan nasional yaitu Teuku Umar dan keluarga serta para pejuang tanah air lainnya saat melawan Belanda. Tidak hanya sebagai saksi perjuangan Teuku Umar dalam mempertahankan tanah air dari tangan Belanda, Kota Meulaboh juga menjadi tempat lahir dan gugurnya pahlawan Teuku Umar serta dimakamkan pada salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Barat. Hal tersebut menjadikan Kota Meulaboh dikenal dengan sebutan Bumi Teuku umar. Identitas Kota Meulaboh sebagai Bumi Teuku Umar ditandai dengan berbagai peninggalan sejarah dan situs-situs yang dibangun untuk mengenang jasa pahlawan. Salah satu situs sejarah yaitu Monumen Kupiah Meukeutop, berbentuk seperti topi yang biasanya digunakan oleh Teuku Umar. Kupiah Meukeutop telah menjadi simbol yang dapat menggambarkan Teuku Umar hingga saat ini. Namun Monumen Kupiah Meukeutop yang dibangun sebagai penanda lokasi gugurnya pahlawan Teuku Umar, kini dalam keadaan yang tidak terawat dan tidak terkelola sehingga situs ini tidak memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Ketidakpedulian tersebut juga membuat Kawasan Kupiah Meukeutop nyaris tidak berkembang dan terbengkalai. Padahal bentuk Monumen Kupiah Meuketop telah menjadi wajah dari identitas Kota Meulaboh sebagai Bumi Teuku Umar. Oleh karena itu, penyediaan kawasan rekreasi sebagai upaya peningkatan identitas kota merupakan salah satu alternatif yang diambil untuk meningkatkan daya tarik kawasan sehingga dapat mempertahankan identitas. Konsep kawasan rekreasi berbasis edukasi akan mengedepankan edukasi sejarah perjuangan para pahlawan dan edukasi sejarah kebencanaan sehingga dapat memberi ingatan, pembelajaran dan pengetahuan kepada masyarakat terhadap apa yang telah terjadi dimasa lalu. Dengan demikian, sejarah yang tumbuh di Kota Meulaboh dapat diingat, dicintai dan dilestarikan oleh semua kalangan masyarakat lokal dan juga memberikan pengetahuan 2

bagi pengunjung dari luar daerah secara menarik. Penguatan identitas kota diharapkan dapat memunculkan brand Bumi Teuku Umar hingga dapat dikenali secara luas dan memicu pengembangan rekreasi dan pariwisata sejarah. 1.2 Permasalahan Identitas kota sangat penting untuk dipertahankan agar tidak menghilangkan karakter dan sejarah yang dimiliki suatu kota. Melalui identitas, Kota Meulaboh akan lebih dikenal dengan unsur yang khas dan unik yang tidak ditemui didaerah lain. Namun setelah melihat kondisi saat ini, identitas Kota Meulaboh memiliki permasalahan yang ditunjukkan dari identitas fisik yang cenderung tidak memberikan daya tarik akibat tidak adanya upaya pemeliharaan dan kurangnya kegiatan disekitarnya. Oleh karena itu, indikasi penurunan identitas kota Meulaboh menjadi permasalahan utama yang ditemukan. Selain itu, ditemukan beberapa permasalahan identitas kota yang terdapat pada Kawasan Kupiah Meukeutop. Gambar 1.1 Permasalahan Kawasan Perencanaan Sumber : Analisis Penulis (2015) 3

Adapun kelompok masalah yang diambil sebagai permasalahan utama pada Kawasan Kupiah Meukeutop diantaranya : a. Penurunan kualitas visual lingkungan b. Rendahnya aktivitas pada kawasan c. Rendahnya makna dan transfer pengetahuan sejarah Ketiga permasalahan diatas merupakan komponen utama pembentuk identitas kota sehingga menjadi prioritas masalah yang harus ditangani agar terbentuknya keberlanjutan identitas kota. 1.3 Tujuan Perencanaan Tujuan utama perencanaan yang dilakukan adalah merumuskan rencana kawasan rekreasi sejarah yang dapat mengedukasi masyarakat sebagai upaya mendukung dan mempertahankan identitas kota dalam bentuk fisik, visual dan kegiatan pada Kawasan Kupiah Meukeutop. Dengan demikian dapat memberikan daya tarik pada identitas Kota Meulaboh serta menjadi peluang pengembangan rekreasi dan pariwisata. Adapun rincian tujuan perencanaan yang dimaksud, meliputi : a. Mengidentifikasi kondisi eksisting identitas Kota Meulaboh sebagai Bumi Teuku Umar. b. Mewujudkan penataan ruang pada kawasan Monumen Kupiah Meukeutop dengan penguatan karakter identitas kota sesuai dengan fungsi yang tepat. c. Merencanakan identitas fisik yang menjadi inti dari ruang rekreasi berupa atribut fisik yang mengandung nilai sejarah sebagai rekreasi historis dan landmark kawasan d. Merencanakan identitas non fisik, berupa kegiatan sosial, ekonomi sebagai pendukung aktivitas masyarakat dikawasan rencana e. Merencanakan sarana dan prasarana penunjang kawasan untuk meningkatkan pelayanan rekreasi dan peningkatan aksesibilitas f. Meningkatkan kualitas visual lingkungan agar dapat memberikan daya tarik 4

1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup digunakan untuk pembatasan lingkup perencanaan agar tidak terjadi perluasan perencanaan. Adapun ruang lingkup yang dimaksud terdiri dari lokasi, fokus, periode dan produk perencanaan, dengan uraian sebagai berikut : 1.4.1 Lokasi Perencanaan Perencanaan kawasan berada di kawasan keberadaan Monumen Kupiah Meukeutop. Setelah melakukan delineasi, kawasan tersebut kemudian disebut dengan Kawasan Kupiah Meukeutop yang menjadi kawasan perencanaan. Terletak dibagian pesisir Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan. Pantai dan monumen akan diintegrasikan untuk mewujudkan peningkatan daya tarik sebagai kawasan rekreasi historis dan rekreasi alam. Secara administratif, kawasan perencanaan berbatasan : a. Sebelah Utara : Desa Suak Ribee b. Sebelah Barat : Samudera Hindia c. Sebelah Timur : Desa Ujong Baroh d. Sebelah Selatan : Samudera Hindia = Lokasi Kawasan Perencanaan Gambar 1.2 Orientasi Kawasan Perencanaan terhadap Kota Meulaboh Sumber : Bappeda Kab. Aceh Barat (2010) 5

Lokasi perencanaan berada diantara perbatasan Desa Ujong Kalak dan Desa Kuta Padang, dekat dengan pusat Kota Meulaboh. Batasan kawasan perencanaan dilakukan berdasarkan batasannya dengan tepi air yaitu sungai dan laut. Sedangkan ketertarikan terhadap lokasi dikarenakan kawasan memiliki potensi dari situs sejarah yang dimiliki dan berada di tepian pantai dengan panorama yang indah. Namun kawasan masih sepi kunjungan dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk aktivitas sehari-hari masyarakat. = Lokasi Monumen = Batas Lokasi Perencanaan Gambar 1.3 Kawasan Kupiah Meukeutop Sumber : Google Earth (2015), survei lapangan (2015) 6

1.4.2 Fokus Perencanaan Fokus pada perencanaan ini adalah peningkatan identitas kota melalui tiga komponen utama yaitu lingkungan fisik, aktivitas serta menciptakan makna kawasan. Ketiga komponen tersebut merupakan permasalahan utama yang akan diselesaikan melalui perencanaan beberapa elemen, diantaranya guna lahan, ruang terbuka dan tata hijau, sirkulasi, fasilitas dan utilitas, tata kualitas lingkungan serta aktivitas. Selain itu, Kawasan Kupiah Meukeutop menjadi fokus perencanaan karena memiliki nilai historis dan terdapatnya situs sejarah Teuku Umar serta lokasi yang strategis berada didekat pusat Kota Meulaboh. 1.4.3 Periode Perencanaan Waktu yang diperlukan dalam perencanaan diperkirakan kurang lebih 7(tujuh) bulan, dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2015 yang dimulai dengan tahap perencanaan dan tahap implementasi sesuai tahun penganggaran. Sedangkan waktu implementasi rencana diperkirakan dalam jangka waktu 20 tahun. 1.4.4 Produk Perencanaan Proses perencanaan akan menghasilkan suatu keluaran atau capaian. Adapun produk perencanaan kawasan rekreasi edukasi, diantaranya : a. Analisis Permasalahan dan Potensi Merupakan analisis secara rinci kondisi eksisting kawasan dengan penilaian terhadap kriteria yang ditetapkan. Dengan demikian terlihat adanya ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dan teori yang berkembang. Analisis ini sangat penting dalam proses perencanaan yang menentukan arahan pengembangan kawasan pada tahap perencanaan. b. Konsep Pengembangan Kawasan Merupakan arahan rencana terhadap Kawasan Kupiah Meukeutop yang memiliki tujuan sesuai dengan konsep pengembangan yang digunakan. Pada bagian ini terdapat visi dan misi pengembangan Kawasan Kupiah Meukeutop 7

yang disertai dua alternatif rencana yang berbeda. Selain itu juga menghasilkan peta masterplan yang berasal alternatif rencana terpilih. c. Konsep Desain Merupakan rencana fisik terhadap elemen rencana yang telah ditetapkan diantaranya guna lahan, ruang terbuka dan tata hijau, sirkulasi, fasilitas dan utilitas, tata kualitas lingkungan serta aktivitas. d. Peta Tematik Berupa peta hasil analisis maupun rencana Kawasan Kupiah Meukeutop dengan skala 1 : 2.800. Sedangkan pendetailan spot-spot rencana dilakukan dengan skala 1 : 100. e. Desain 3D Berupa gambar-gambar hasil rencana fisik Kawasan Kupiah Meukeutop yang ditunjukkan pada Bab IV (rencana) yang menggambarkan detail rencana kawasan secara visual dalam bentuk tiga dimensi. 1.5 Penelitian dan Perencanaan Terkait Dalam merumuskan perencanaan, penulis memperoleh berbagai informasi dari penelitian terkait yang dapat mendukung analisis dan perencanaan. Terdapat beberapa penelitian mengenai identitas kota, namun belum terdapat mengenai perencanaan. Berikut adalah beberapa penelitian yang mendukung, diantaranya : a. Pemanfaatan Kawasan Tepi Pantai Untuk Rekreasi Dalam Mendukung Kota Tanjungpinang Sebagai Waterfront City, tahun 2005 Oleh : M. Tahir Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan ruang kawasan tepi pantai dengan identifikasi kondisi eksisting menggunakan analisis SWOT. Adanya permasalahan belum optimalnya pemanfaatan potensi kawasan pesisir Kota Tanjungpinang terutama kawasan tepi pantai sebagai kawasan rekreasi pantai memberikan ketertarikan penulis untuk mengkaji masalah dan potensi menemukan 8

strategi yang tepat untuk pemanfaatan ruang kawasan tepi pantai Kota Tanjungpinang. b. Pengaruh Waktu Terhadap Identitas dan Image Kawasan, tahun 2008 Oleh : Tito Alfani Penelitian ini memberi gambaran mengenai peran waktu dalam membentuk identitas dan image suatu kawasan dan bagaimana elemen-elemen fisik dan non fisik dalam suatu kawasan dapat berubah karena pengaruh waktu. Selain itu juga melihat hubungan antara identitas dan image serta peran dari image sebagai suatu interpretasi dari seseorang maupun masyarakat. Adapun metode yang digunakan yaitu deduktif kualitatif dengan studi literatur dan membandingkan teori dengan apa yang terjadi. Penelitian ini berbeda fokus dengan perencanaan yang dilakukan, namun memiliki tinjauan beberapa tinjauan teori yang sama seperti identitas kota dan hubungannya dengan citra serta dapat mengetahui bagaimana waktu dapat mempengaruhi identitas. c. Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Suatu Tempat, tahun 2011 Oleh : Jenny Ernawati Penelitian ini mengkaji konsep place identity dan dengan fokus menggali faktor apa saja yang menjadi dasar evaluasi masyarakat terhadap place identity di perkotaan. Melalui prinsip-prinsip identitas yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dirumuskan lima aspek identitas tempat yang menjadi dasar evaluasi yang dilakukan masyarakat, diantaranya continuity, attachment, familiarity, commitment, dan external evaluation. Adapun hasil yang temukan berupa faktor yang paling mendasari evaluasi masyarakat terhadap identitas tempat. Penelitian dilakukan di Kota Malang mencakup lima kecamatan yang merupakan kota bersejarah bekas hunian peninggalan kolonial yang kaya akan artefak dan bangunan bersejarah dengan sampel seluruh masyarakat di Kota Malang. Dengan metode deskriptif penelitian dilakukan melalui survei yang kemudian diolah. Penelitian ini mendukung perencanaan dalam menentukan aspek identitas tempat 9

yang digunakan sebagai kriteria perencanaan, namun tetap dilakukan adaptasi dengan kondisi empiris wilayah perencanaan. d. Identifikasi Citra Kota Cimahi Sebagai Kawasan Militer Berdasarkan Persepsi Masyarakat, tahun 2011 Oleh : Rahadiyan Eka Putera Penelitian ini dilakukan di Kota Cimahi dengan lokasi sampel yang dipilih yaitu di Kecamatan Cimahi Tengah dikarenakan sebagian besar sarana dan prasarana kegiatan militer terdapat di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi citra Kota Cimahi berdasarkan persepsi masyarakat kaitannya penetapan Kota Cimahi sebagai Kawasan Militer pada tahun 2010 oleh pemerintah. Selain itu penulis juga mengidentifikasi terlebih dahulu elemen pembentuk citra Kota Cimahi sebagai kawasan militer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk mengukur persepsi masyarakat terhadap elemenelemen pembentuk citra Kota Cimahi. Penelitian ini mendukung perencanaan dalam hal melihat hubungan identitas dan citra kota. Namun fokus penelitian sangat berbeda dan berbeda pula metode yang digunakan. e. Pembentukan Identitas Kota Solo oleh Pemerintah Kota Solo, tahun 2012 Oleh : Elizabeth Widiati Pertiwi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Pemkot Solo dalam pembentukan city branding sebagai kota festival yang dimulai dengan membahas pembentukan identitas kota Solo sebagai Kota Festival terlebih dahulu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan mendalam pada subjek penelitian yaitu Pemerintah Kota Solo, strategi dan program pemerintah mengenai city branding. City branding menjadi fokus penelitian ini. Terdapat perbedaan antara penelitian dan perencanaan yang dilakukan penulis terutama pada fokus yang digunakan. 10

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Kudus Mengenai Identitas Kota Kabupaten Kudus Sebagai Kota Kretek, tahun 2013 Oleh : Tities Okta Vianingrum Kristianty Penelitian ini membahas tentang identitas kota di Kabupaten Kudus yang memiliki sejarah dan budaya kretek hingga menjadi tumpuan ekonomi masyarakat Kudus. Fokus dari penelitian yakni faktor-faktor fisik yang dapat dilihat langsung hingga membentuk persepsi masyarakat Kudus. Penelitian menggunakan metode deskriptif. Adapun hasil yang diharapkan yaitu adanya persepsi masyarakat Kudus mengenai identitas kota Kudus yang mampu mencerminkan kreativitas dan kekuatan warga Kudus sebagai peracik rokok kretek yang digemari dan diakui secara nasional bahkan internasional. Penelitian ini memiliki landasan teori identitas kota yang merupakan persamaan dengan perencanaan yang dilakukan. Namun elemen pembentukan identitas yang digunakan berbeda karena pada penelitian berfokus pada persepsi masyarakat terhadap identitas fisik yang terlihat sedangkan perencanaan akan merumuskan identitas fisik dan identitas non fisik. g. Rencana Kawasan Wisata di Pesisir Meuraxa Mengunakan Konsep Recreational Riverfront, tahun 2015 Oleh : Nasril Azmi Perencanaan ini dilatarbelakangi dari potensi kawasan yang dapat memicu pengembangan pariwisata dan dapat mengakomodasi minat rekreasi masyarakat. Kurangnya sarana dan prasarana bagi kegiatan rekreasi serta permasalahan pada sirkulasi menjadi fokus permasalahan kawasan sehingga diperlukan upaya perencanaan kawasan pariwisata dengan menggunakan konsep Recreational Riverfront. Dalam perencanaan yang penulis lakukan, juga menggunakan konsep recreational waterfront sehingga dapat diketahui cara analisis hingga merumuskan rencana kawasan rekreasi. Namun berbeda fokus, karena penulis mengutamakan nilai identitas kota dalam merencanakan kawasan rekreasi. 11

Tabel 1.1 Daftar Penelitian dan Perencanaan yang Terkait No Judul Peneliti Lokasi Keterangan 1 Pemanfaatan Kawasan M. Tahir Kawasan Tepi Tesis Tepi Pantai Untuk Laut Kota Universitas Rekreasi Dalam Tanjungpinang Diponegoro Mendukung Kota Tanjungpinang Sebagai Waterfront City (2005) 2 Pengaruh Waktu Tito Lebayoran dan Skripsi Terhadap Identitas dan Image Kawasan (2008) Alfani Menteng Jakarta Universitas Indonesia 3 Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Suatu Tempat (2011) Jenny Ernawati Kota Malang Jurnal Universitas Bawijaya 4 Identifikasi Citra Kota Cimahi Sebagai Kawasan Militer Berdasarkan Persepsi Masyarakat (2011) 5 Pembentukan Identitas Kota Solo oleh Pemerintah Kota Solo (2012) Rahadiyan Eka Putera Elizabeth Widiati Pertiwi Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah, Cimahi Selatan Kota Solo Skripsi UNIKOM Skripsi Universitas Kristen Satya Wacana 6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Kudus Mengenai Identitas Kota Kabupaten Kudus Sebagai Kota Kretek (2013) 7 Rencana Kawasan Wisata di Pesisir Meuraxa Mengunakan Konsep Recreational Riverfront (2015) Sumber : Analisis Penulis (2015) Tities Okta V. Nasril Azmi Kabupaten Kudus Kawasan Pesisir Meuraxa Kota Banda Aceh Skripsi Universitas Atmajaya Yogyakarta Skripsi Universitas Gadjah Mada 12