Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat
|
|
- Vera Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penataan tepi pant ai kini menjadi suatu hal yang diutamakan dalam pengembangan potensi wisata kelautan, perikanan maupun pengembangan kawasan kota. Sebagai negara bahari yang besar tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar pengemba ngan kawasan di Indonesia harus mempertimbangkan keberadaan kawasan tepian air. Dalam meningkatkan kualitas di bidang kelautan diperlukan adanya wadah untuk pengembangan penelitian atau penemgbangan lembaga riset kelautan dan perikanan. Kabupa ten Pangandara n yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Ciamis di pada tahun 2012 berdasarkan UU no 21 Tahun 2012 memiliki batas selatan yang berupa Samudra Hindia dan menjadi salah satu alasan perlunya perencanaan untuk kawas an tepi air di sepanjang batas K abupaten Pangandaran tersebut. Selain itu, Pangandaran juga memilki banyak potensi antara lain: potensi perikanan, biodiversity, pariwisata, letak strategis dalam jalur perdagangan dunia maupun tingkat provinsi sehingga diperlukan stimulan yang bai k untuk mengembangkan setiap potensi yang ada di Kabupaten Pangandaran tersebut. Kawasan tepi air di Kabupaten Pangandaran memiliki karakteristik/ keunikan dan amat bervariasi berdasarkan keadaan geografis, sejarah, budaya, kepentingan politik dan berbagai potensi yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Keberhasilan utama dari upaya peng embangan k awasan tepi air ditentukan oleh bagaimana reaksinya terhadap kualitas karakteristik dan penyediaan ruang publik di tepi air. Kawasan tepi air merupakan bagi an elemen f isik kota yang sanga t potensial untuk dikembangkan dan dijadikan suatu kawasan hidup dan tempat berkumpul masyarakat. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai aktivitas yang dapat diwadahi di kawasan tepi air. Berdasarkan beber apa keunikan tersebut, K abupat en Pangandaran menjadi lkasi yang sesuai sebagai embrio pengembangan kele mbagaan riset di Jawa Barat. Dengan I-1
2 adanya kegiatan Perencanaan Pembangunan Kelembangaan Riset Kelautan Dan Perikanan di Pangandaran diharapkan pengembangan terseb ut tepat sasaran sesuai dengan karakter kawasan nya sehingga dapat meningkatkan p otensi kelautan dan perikanan Indonesia sekaligus dapat kualitas hidup masyarakat di Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya. 1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN Maksud dan Tujuan Keg iatan Maksud dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya Dokumen Perencanaan Pembangun an Kelembangaan Riset Kelautan d an Perikanan di Pangandaran yang sesuai dengan karak ter dan potensi kawasan sekaligus mampu mewada hi sektor pari wisata, perikanan, teknologi dan konservasi sehingga dapat menunjang Pangandaran sebagai Pusat Kegiatan Nasional Provinsi yang memiliki skala pelayanan Internasional. Tujuan dari penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Kelembangaan Riset Kelautan dan P erikanan di Pangandaran ini adalah sebagai pusat pengembangan riset kel autan dan perikanan yang terintegrasi dan dapat meningkatkan kualitas bidang kelautan dan perikanan di Indonesia Sasaran Kegiatan Sasaran dan manfaat kegiatan Pembangunan Kelembangaan Riset Kelautan Penyu sunan Dokumen Perencanaan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat adalah : 1. Tersusunnya Dokumen Perencanaan Pembangun an Kelembangaan Riset Kelautan d an Perikanan di Pangandaran yang akan menjadi acuan bagi segenap pemangku kepentingan terkait, baik secara lintas sektor maupun kewilayahan, dalam mendukung upaya pengembangan kawasan. 2. Tersedianya fasilitas lembaga riset di Kabupaten Pangandaran yang dapat menjadi sarana edukasi masyarakat sekaligus dapat meni ngkatkan kualitas hidup nelayan maupun masyarakat sekitar. 3. Meningkatnya kualitas lingkungan di Kawasan Tepi Pantai Kabupaten Pangandaran seba gai salah satu destinasi wisata dengan potensi kelautan dan perikanan di Indonesia. I-2
3 Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran 1.3 RUANG LING KUP AMATAN Secara administratif lingkup wilayah Penyusunan Pembangunan Kelembangaan Riset Kelautan Jawa Barat ini berada di Kawasan Cikidang Dokumen Perencanaan d an Perikanan di Pangandaran Provinsi dengan batas sebagai berikut: Sebelah utara : Jalan Raya Pangandaran Sebelah timur : Bulaksetra Babakan Sebelah barat : Pantai Pangandaran Sebelah selatan : Samudra Hindia Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Gambar 1. 1 Lingkup Area Pe rencanaan Sumber: L aporan A khir Penyusunan Dokumen Penyiapan Desain Kawasan IMET 1.4 Pangandaran, 2015 LANDASAN HUKUM Peraturan perundang -undangan yang digunakan sebagai dasar hukum dalam kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangun an Kelembangaan Riset Kelautan dan Pe rikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat antara lain: 1) Permen No. 8 Tahun 2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan; 2) Kepmen KP No. 45 Tahun 2014 Tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional; 3) Permen KP No. 17 Tahun Tentang Kawasan Konservasi P3K d an Kawasan Konservasi Perairan; 4) Permen KP No. 30 Tahun 2010 Tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP; I -3
4 5) Permen PU no 63 tahun 1993 tentang garis sempadan dan sungai; 6) PP no 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang; 7) PP no 26 tahun 2008 rencana tata ruang wilayah nasional; 8) PP no 34 tahun 2009 tentang pedoman pengelolaan kawasan perkotaan; 9) PP no 39 tahun 2006 tentang tatacara pengendalian dan evaluasi rencana pembangunan ; 10) UU no 26 ta hun 2007 tentang penataan ruang; 11) Undang -Undang No. 32 Tahun 2009 tenta ng Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 12) Undang -Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara nomor 4377); 13) Undang -Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung ; 14) Peraturan Pe merintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang -Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); 15) Peraturan Menteri PU Nom or 29/PRT/2006 tentang Pedoman Teknis Bangunan Gedung; 16) Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Fasilitas dan aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; 17) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan H ak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660); 18) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lemb aran Negara Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721); 19) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang; I-4
5 1.5 METOD OLOGI PERENCANAAN Metodologi penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Kelembangaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran dilakukan melalui tahapan kegiatan meliputi: A. Tahap Persiapan Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan, diantaranya: 1) Pembentukan tim pelaksana 2) Penyiapan metodologi dan jadwal pelaksanaan 3) Kajian referensi dan studi terkait 4) Penyiapan pelaksanaan menyangkut penyusunan program kerja (alur pikir & jadwal), penyusunan instrumen pendataan (peralatan, ba han & tenaga) yang akan dilibatkan. B. Tahap Pengumpulan Data 1) Melakukan pengumpulan data primer; yaitu melalui survey lapangan (dokumentasi dan pengukuran ) sebagai pengumpulan data situasi kawasan serta aspirasi masyarakat dari segi: Potensi fungsi kawasan/l ingkungan Potensi ekonomi/sosial Kondisi fisik kawasan/lingkungan yang berupa prasarana/sarana dan fasilitas kawasan Karakteristik lingkungan yang dianggap perlu. 2) Melakukan pengumpulan data sekunder dari institusi terkait yang berupa : Data -data eksisting lanskap /studi/masterplan yang pernah dilaksanakan di Kawasan Tepi Air Kabupaten Pangandaran Peta -peta dan peraturan Kabupaten Pangandaran Studi pustaka dengan pemahaman literatur yang berhubungan dengan lingkup pekerjaan. I-5
6 C. Tahap Kompilasi dan Pemrosesan Data Melakukan kompilasi data dan melakukan analisis data menggunakan teknik -teknik analisis kuantitatif dan kualitatif serta membuat kesimpulan hasil analisis dan menyajikan prioritas dan alternatif serta prioritas. D. Tahap Analisis dan Justifikasi Penyusu nan program penataan dilakukan melalui analisis kawasan dan wilayah perencanaan termasuk mengenai analisis dampak, dan analisis pengembangan pembangunan. 1) Analisis Kawasan Perencanaan Salah satu p endekatan analisis kawasan perencanaan di K awasan Tepi Pant ai Kabupaten Pangandaran adalah dengan metode analisis SWOT (Strength - Weakness - Opportunity - Threat ): Kekuatan/Potensi ( Strength ) yang dimiliki kawasan perencanaan, yang selama ini tidak atau belum diolah secara maksimal, atau pun terabaikan keberadaannya Kelemahan/Permasalahan ( Weakness ) internal yang selama ini dihadapi dalam kawasan perencanaan Prospek/Kesempatan ( Opportunity ) pengembangan yang lebih luas (pada skala perkotaan -perdesaan/regional pada masa yang akan datang Kendala/Hambatan ( Threat ) yang dih adapi wilayah perencanaan, terutama yang berasal dari faktor eksternal. Secara sistematis, analisis dilakukan dengan meninjau aspek -aspek sebagai berikut: a) Daya Dukung dan daya tampung Fisik dan Lingkungan : kemampuan fisik, lingkungan dan lahan potensial se bagai lokasi penataan. I-6
7 b) Perkembangan dan prospek pertumbuhan ekonomi kawasan : gambaran kegiatan ekonomi kawasan termasuk kondisi kegiatan usaha. c) Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan: seperti jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, dan kapasitas pelayanan. E. Tahap Penyusunan Skenario atau konsep Desain Lembaga Riset Tahap penyusunan skenario atau konsep dasar Desain Lembaga Riset Pangandaran merupakan hasil dari tahapan analisis program penataan keseluruhan yang memuat gambaran dasar penataan pada wilayah perencanaan yang selanjutnya ditindak lanjuti dengan penjabaran gagasan desain secara lebih detail dari masing -masing elemen desain. F. Tahap Penyusunan Masterplan Tahap penyusunan masterplan ini merupakan tahap lanjutan dari tahap konsep yang akan memuat gambar perencanaan masterplan berupa, siteplan, situasi, denah bangunan, tampak kawasan dan rencana anggaran biaya. G. Tahap Penyusunan DED Tahap penyusunan ini merupakan tahap lanjutan dari tahap penyusunan masterplan yang berupa gambar kerja det ail yang dilengkapi dengan RAB dan RKS. I-7
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus
Lebih terperinciBab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan
Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR
PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas lautan hampir 70% dari total luas wilayahnya, memiliki keberagaman dan kekayaan sumber daya laut yang berlimpah. Pemanfaatan
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 I. UMUM Jawa Barat bagian Selatan telah sejak lama dianggap
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.08/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PEKALONGAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pengelolaan sampah merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi setiap wilayah di dunia tidak terkecuali Indonesia. Hampir di seluruh aspek kehidupan manusia
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciKawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kebijakan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil DISAMPAIKAN OLEH Ir. Agus Dermawan, M.Si DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA,
Lebih terperinciBAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
BAB 5 PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
Lebih terperincivii Tinjauan Mata Kuliah
vii B Tinjauan Mata Kuliah uku Materi Pokok (BMP) Studio Perencanaan Kota ini merupakan sarana untuk membantu Anda dalam memahami dan mengerti secara lebih jelas pelaksanaan mata kuliah studio perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identitas kota merupakan salah satu unsur penting yang dapat menggambarkan jati diri dari suatu kota. Namun globalisasi turut memberikan dampak pada perkembangan kota
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR 2016 PEKERJAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN 2016 PANGANDARAN-JAWA BARAT LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR 2016 PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN 2016 PANGANDARAN-JAWA BARAT PEKERJAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGANDARAN-JAWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah,
Lebih terperinciPENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1 2 3 4 1 A Pembangunan Perumahan TIDAK SESUAI dengan peruntukkan lahan (pola ruang) Permasalahan PENATAAN RUANG dan PERUMAHAN di Lapangan B Pembangunan Perumahan yang SESUAI dengan peruntukkan lahan,
Lebih terperinciModul B-3 Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan
Modul B-3 Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga (Permen PU No. 03/PRT/M/2013)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciKebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki
Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana Direktur Perkotaan 26 Oktober 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Outline Pentingnya Jalur Pejalan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Bakauheni yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan merupakan gerbang masuk menuju Pulau Sumatera dari Pulau Jawa. Pulau Sumatera memiliki peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat
Lebih terperinciBAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH Bab IV tediri dari ; Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai dengan pencapaian kota
Lebih terperinciGambar 4. Lokasi Penelitian
19 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama sembilan minggu, mulai akhir bulan Februari 2011 sampai dengan April 2011. Kegiatan penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciMETODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4
Lebih terperinciMENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1. PERENCANAAN EKONOMI SERINGKALI BERSIFAT TAK TERBATAS 2. SETIAP AKTIVITAS SELAL
KESERASIAN TATA RUANG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA Ani Rahmawati, S.Pi, M.Si Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA MENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Belitung terletak antara 107 08 BT sampai 107 58 BT dan 02 30 LS sampai 03 15 LS dengan luas seluruhnya 229.369 Ha atau ±2.293,69 Km2. Pada peta dunia Pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berlakunya Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, memiliki implikasi yang sangat luas dan menyeluruh dalam kebijaksanaan dan pengelolaan daerah. Wilayah
Lebih terperinciDefinisi dan Batasan Wilayah Pesisir
Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Daerah peralihan (interface area) antara ekosistem daratan dan laut. Batas ke arah darat: Ekologis: kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Bab III. III. III. IV. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Kegunaan Penelitian...
Lebih terperinciMETODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu
19 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciUTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia termasuk dalam universitas yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan yang ketat di
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok
Lebih terperinciKONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)
KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN) Pembahasan Poin-poin yang akan dibahas pada kuliah ini: 1 KONSEP 2 PRESENTASI GAMBAR 3 CONTOH PROYEK 1. Berisi KONSEP pengertian,
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kawasan Gerbangkertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya- Sidoarjo-Lamongan) merupakan salah satu Kawasan Tertentu di Indonesia, yang ditetapkan dalam PP No.
Lebih terperinciGambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)
10 III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu,
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AUDIT
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN GLAGAH KAB. KULON PROGO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan salah satu prasarana kunci untuk pengelolaan dan pemanfaatan potensi suatu kawasan. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai propinsi dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian inii dilakukan di Kawasan Wisata Ujung Genteng, Sesuai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian inii dilakukan di Kawasan Wisata Ujung Genteng, Sesuai dengan data Profil Desa Ujung Genteng Tahun 2008, Ujung Genteng merupakan daerah pesisir
Lebih terperinci3 KERANGKA PEMIKIRAN
55 3 KERANGKA PEMIKIRAN Pulau kecil merupakan habitat yang terisolasi dari habitat lain. Keterisolasian suatu pulau akan menambah keanekaragaman organisme yang hidup di pulau tersebut dan membentuk kehidupan
Lebih terperinci3.2 METODOLOGI PERENCANAAN
BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam mengatur suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah-langkah
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom
No.1513, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Audit Tata Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas
Lebih terperinciEkowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan hal yang terpenting bagi suatu negara atau daerah, yang dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau daerah
Lebih terperinciPendahuluan. Bab Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari beberapa gugusan pulau mulai dari yang besar hingga pulau yang kecil. Diantara pulau kecil tersebut beberapa
Lebih terperinciTUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balai Kota Denpasar di Lumintang 1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini akan diuraikan pendahuluan dari pemilihan judul perancangan balai kota di Denpasar yang menjabarkan beberapa sub bab. Mulai dari latar belakang dari pemilihan judul, rumusan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Satker Nama PPK KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SULAWESI TENGGARA : Destinasi Pariwisata : Aswad Laembo, SE Nama Pekerjaan : Perencanaan
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciPertemuan 3. PSDA! Indradi Wijatmiko
Pertemuan 3 PSDA! Indradi Wijatmiko Pola Pengelolaan SDA Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air! Data dan Informasi Penyusunan Pola! Rencana Induk Pengelolaan Sumber Daya Air! Disiplin Ilmu yang Terkait!
Lebih terperinciKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN FERRY INDARTO, ST DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR Malang, 24 Oktober 2017 DEFINISI KLHS : RANGKAIAN ANALISIS
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode Survey Deskriptif Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif. Metode survey deskriptif merupakan metode untuk
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Ali Masduqi Penyediaan Air Minum Aspek Teknis Unit Air Baku Unit Produksi Unit Distribusi Unit Pelayanan Unit Pengelolaan Aspek Keuangan Aspek Sosial Tanggap Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang, penyelenggaran penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata dapat menciptakan suasana kehidupan yang besifat aktif dan kehidupan yang sehat jasmani dan rohani. Melalui pariwisata kita dapat menyelami kebudayaan, adatistiadat,
Lebih terperinciREKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu-
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu- ASISTEN DEPUTI URUSAN PENATAAN RUANG DAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Jakarta, 12 Februari 2014 Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2018 TENTANG RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL TERTENTU PULAU SENUA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2018-2038 DENGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai
BAB I P E N D A H U L U A N Bab I atau Pendahuluan ini secara garis besar berisikan latar belakang isi buku rencana selain itu dalam sub bab lainnya berisikan pengertian RTRW, Ruang Lingkup Materi Perencanaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya air atau water resources harus dikembangkan dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemberdayaan air berguna untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBab. I Pendahuluan. KHARISMA KARYA, pt Engineering Consultant Review Master Plan dan DED Drainase Kota Kabupaten Majene I.
Bab I Pendahuluan I.1 LATAR BELAKANG Pada tahun anggran 2009 di Kabupaten Majene telah dilaksanakan kegiatan pembuatan rencana induk /master plan drainase melalui biaya APBD, akan tetapi hasil perencanaan
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Jarak Situ Ciburuy ke Kabupaten Bandung
Lebih terperinciBAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU
BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih
Lebih terperinciBAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG
BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG 5.1 Analisis SWOT Analisis strengths, weakness, oppurtunities dan threats (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN WISATA PANTAI TELENG RIA DI PACITAN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TELENG RIA DI PACITAN Diajukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciRANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2018 TENTANG
RANCANGAN KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi, melestarikan, dan
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dari hasil penetapan wilayah penanganan prioritas maka dapat di susun rencana pengembangan sanitasi untuk air limbah, persampahan dan drainase. Pengembangan sanitasi
Lebih terperinciKebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Dr,Ir. Subandono Diposaptono, MEng Direktur Perencanaan Ruang Laut Hp. 081585659073 Disampaikan Pada : FGD Reklamasi FB ITB Bandung, 28
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pariwisata di indonesia saat ini telah tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu kehidupan manusia yang serba ingin tahu mengenai segala sesuatu hal, peristiwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah diketahui bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
Lebih terperinciPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM OUTLINE I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Maksud & Tujuan 3. Ruang Lingkup Pedoman 4.
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS
1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km. Di sepanjang garis pantai ini terdapat
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL
IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan yang sedang berkembang menjadi kota jasa, perkembangan tempat komersil terjadi dengan begitu pesat dan hampir merata
Lebih terperinci