BAB I PENDAHULUAN. gangguan aktivitas fungsional pada orang dewasa (irfan, 2012)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. peran keluarga dalam pencegahan dekubitus responden. dimana pengetahuan responden Ny.M mendapat 62,5%

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB III METODE STUDI KASUS. jumlah variable yang diteliti sangat luas (Nursalam, 2008).

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG. Naskah Publikasi

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. oleh penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Magelang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD).

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang. pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CerebroVascularAccident (CVA), merupakan gangguan sistem saraf pusat yang paling sering ditemukan dan merupakan penyebab utama gangguan aktivitas fungsional pada orang dewasa (irfan, 2012) Banyak orang takut akan bahaya CVA, karena penyakit ini sangat mematikan. Serangannya mendadak dan tidak bisa diprediksi. Sekali menyerang, CVA mampu mengakibatkan penurunan aktivitas tubuh. Namun disamping itu selain mengakibatkan penurunan kemampuan aktivitas fungsional individu, CVA mampu mengakibatkan berbagai komplikasi medis serius yang disebabkan oleh aterosklerosis (iskemia/ infark miokard), tirah baring yang lama dan mobilitas rendah (ulkus dekubitus, DVT, emboli paru, depresi, malnutrisi). Dekubitus adalah kerusakan jaringan terlokalisir yang disebabkan karena adanya penekanan jaringan lunak di atastulang yang menonjol (bony prominence) akibat adanya tekanan dari luar dalamjangka waktu lama yang menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan (Sari, 2007 dalam Setiyawan, 2010). Ada beberapa faktor resiko untuk terbentuknya ulkus dekubitus yaitu immobilitas, kerusakan persepsi sensori dan/atau kognisi, penurunan perfusi jaringan, friksi dan gaya tarikan, peningkatan kelembaban, dan pertimbangan gerontologi (Smeltzer, 2012). 1

2 Berdasarkan data pravalensi Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0 ), sedangkan berdasarkan diagnosis Nakes/gejala di-perkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1 ), Provinsi Jawa Barat memiliki estimasi jumlah pen-derita terbanyak yaitu sebanyak 238.001 orang (7,4 ) dan 533.895 orang (16,6 ), se-dangkan Provinsi Papua Barat memiliki jumlah penderita pal-ing sedikit yaitu sebanyak 2.007 orang (3,6 ), sedangkan di Jawa Timur sendiri terbilang cukup besar yaitu (6,6%) atau sebanyak 190.449 orang (Depkes RI, 2013). Berdasarkan penelitian di Indonesia yang dilaporkan dari Annas, HA cit Purwaningsih (2000 dalam Rismawan, 2014) menyebutkan bahwa dari 78 orang pasien tirah baring yang dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar sebanyak 12 orang (15,8%) mendapatkan dekubitus. Setyajati (2001) juga melakukan penelitian yang menghitung angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring di RS Muwardi Surakarta, pada bulan Oktober 2002 angka kejadian dekubitus sebanyak 38,18%. Penelitian tentang angka kejadian dekubitus juga dilakukan oleh Purwaningasih (2000 dalam Rismawan, 2014) di Ruang Al, B1, C1, D1 dan ruang B3 IRNA I RSUP DR. sardjito pada bulan Oktober 2001, didapatkan hasil dari 40 pasien tirah baring, angka insidens mencapai 40%. Angka ini relative tinggi dan akan semakin meningkatkan jika tidak dilakukan upaya dalam mencegahnya. (Setiawati, 2010 dalam Supiganto dkk, 2014) Spredly dan Allener (dalam Setyowati, 2008) mendefinisikan keluarga adalah suatu atau lebih individu yang tinggal bersama, mempunyai ikatan

3 emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran, dan tugas. Setyowati (2008) menjelaskan keluarga juga berperan atau berfungsi melaksanakan asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa keluarga yang mampu menjalankan peran sesuai dengan tugas kesehatan keluarga berarti mampu menyelesaikan masalah kesehatannya. Di dalam struktur keluarga terdapat peran keluarga yang dibedakan menjadi dua yaitu peran formal dan informal. Di dalam peran informal terdapat peran keluarga sebagai pendorong dan perawat keluarga. Dua peran tersebut akan sangat membantu dalam mencegah terjadinya dekubitus pada pasien stroke, khususnya dalam mencegah faktor risiko yang dapat menimbulkan dekubitus. Setelah mengetahui tentang kejadian dan fenomena diatas salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan pendidikan kesehatan yang mana pendidikan adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi seorang individu, kelompok maupun masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pendidik, sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan sehingga meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, praktek individu, kelompok maupun masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya dalam hal ini dapat meningkatkan peran keluarga dalam pencegahan dekubitus pada pasien CVA. Pendidikan kesehatan juga dapat diartikan proses dari individu, kelompok maupun masyarakat dari yang semula

4 tidaktahu menjadi tahu, dengan usaha/kegiatan untuk membantu seorang individu, kelompok, maupun masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya baik pengetahuan, sikap, keterampilan/praktik untuk mencapai hidup sehat secara optimal dalam hal ini adalah peningkatan tentang pengetahuan, sikap, maupun keterampilan dalam pencegahan dekubitus pada pasien CVA (Notoatmodjo, 2012). Tugas atau peran dari keluarga adalah mencakup peran formal dan informal dalam sebuah keluarga agar mampu mencapai tujuan tertentu untuk menjalankan sebuah keluarga. Akan tetapi, setelah peneliti melaksanakan studi pendahuluan pada 8 anggota keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita penyakit stroke, 4 diantaranya mengalami dekubitus. Menurut pengalaman peneliti saat praktik klinik di puskesmas kedungkandang kota Malang pada tahun 2016, selama ini untuk peran formal telah dijalankan sebagaimana mestinya, contohnya peran sebagai suami (ayah) dan istri (ibu), tetapi untuk peran informal sebagai pendorong dan pemeliharaan kesehatan belum berjalan dengan maksimal. Dan berdasarkan hasil studi pendahuluan juga peneliti melihat bahwa peran informal dari anggota keluarganya ada yang belum berjalan dengan baik. Diantaranya yaitu pada pemeliharaan kesehatan dan mendorong untuk memotivasi anggota keluarganya yang menderita stroke tersebut, karena pasien tersebut tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan pada pelayanan kesehatan terdekat, pasien tidak dilakukan kegiatan ROM (Range of Motion), pasien kurang diperhatikan pada kesehatan kelembaban kulitnya sebab para anggota keluarga yang merawat pasien tersebut hanya memberikan makan tepat waktu saja tidak menekankan pada

5 pemeliharaan kesehatan kulit pasien juga. Jadi, dalam hal ini pasien mengalami komplikasi penyakit lain yaitu dekubitus. Diantaranya pada hasil pengamatan peneliti pada studi pendahuluan peran informal yang ditekankan adalah peran pemeliharaan kesehatan dan sebagai pendorong untuk memotivasi pasien agar meminimalisir terjadinya komplikasi penyakit berlanjut. Dari uraian diatas tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap keluarga penderita CVA dengan judul Gambaran Peran Keluarga dalam Pencegahan Dekubitus pada Pasien CVA Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang diangkat adalah Bagaimanakah Gambaran Peran Keluarga dalam Pencegahan Dekubitus Pada Pasien CVA di rumah sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam pencegahan dekubitus pasien CVA sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Responden Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk menambah informasi dan penerapan tentang pencegahan dekubitus pada pasien CVA yang benar. 1.4.2 Bagi Puskesmas

6 Sebagai masukan kepada oihak puskesmas tentang peran keluarga dalam pencegahan dekubitus pada pasien CVA serta penatalaksanaannya melalui konseling dan penyuluhan-penyuluhan kepada warga-warga tentang pentingnya peran keluarga dalam pencegahan dekubitus pada pasien CVA. 1.4.3 Bagi Peneliti Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk menambah informasi tentang pencegahan dekubitus pada pasien CVA dam sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai gambaran peran keluarga dalam pencegahan dekubitus pada pasien CVA. 1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan Diharapakan penelitian ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan diperpustakaan atau referensi untuk mahasiswa.