hutan secara lestari.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KABUPATEN BOGOR DALAM MENDUKUNG KABUPATEN BOGOR TERMAJU DI INDONESIA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

Tabel 2.8 Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Urusan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MALANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

RENSTRA DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA KUNJUNGAN MENTERI KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM KEGIATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA TAHUN 2014 DI KAB

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

Tabel Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Maju Tahun 2016 Kota Ambon. Rencana Tahun Target Capaian Kinerja

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak

WALIKOTA TASIKMALAYA

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PELAYANAN PUBLIK DAN SYARAT-SYARAT PENGAJUAN KEGIATAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. Perumusan visi dan misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

TERCAPAINYA SWASEMBADA BENIH PADI UNGGUL BERSERITIFIKAT SEBAGAI SALAH SATU PENCIRI KABUPATEN BOGOR TERMAJU DI INDONESIA TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Selain isu kerusakan hutan, yang santer terdengar akhir - akhir ini adalah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman kayu putih sebagai salah satu komoditi kehutanan

SASARAN DAN INDIKATOR PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN

BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

Tabel 4.1. Perkembangan Luas Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan Per Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 s/d 2005

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

PAPARAN DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TENGAH PROGRES CAPAIAN KEGIATAN TAHUN 2015 & RENCANA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal. Pengelolaan hutan di Negara Indonesia sepenuhnya diatur dan

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) RIMBA MAS Tetap Hijau Dimusim Kemarau Oleh : Endang Dwi Hastuti

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME) DAN KEGIATAN (OUTPUT) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. potensial dapat mensubstitusi penggunaan kayu. Dalam rangka menunjang

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

RENCANA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

Tanam Jati Kuatkan Korsa. Oleh Fungsional PEH BPDAS Solo Rabu, 27 April :41

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN WONOGIRI

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

Renstra BKP5K Tahun

REVITALISASI KEHUTANAN

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN PADA UPACARA BENDERA HARI SENIN 30 MEI Senin, 30 Mei 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.51/Menhut-II/2008 TENTANG

S M U BE B R E D R A D Y A A Y A TA T N A A N H

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D

Laporan Kinerja Tahun 2014

MATRIKS RENCANA KERJA TA DINAS KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

STATISTIK KEHUTANAN TAHUN 2005

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

Transkripsi:

UPAYA REVITALISIASI SEKTOR KEHUTANAN DI KABUPATEN BOGOR Ir. Siti Nurianty, MM Kadistanhut Kab.Bogor Selama periode tahun 2014 2015, Distanhut telah berhasil meningkatkan persentase luas penanganan rehabilitasi hutan dan lahan kritis dari 175,95 % menjadi 303,96 %, atau naik 57,89 %. Peningkatan tersebut merupakan implementasi dari upaya-upaya penanganan rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang telah dilakukan melalui kegiatan vegetatif maupun sipil teknis berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan secara lestari. Pengelolaan hutan secara lestari yang dimaksud adalah suatu praktek pengelolaan hutan untuk mendapatkan manfaat dan nilai - nilai sumberdaya hutan bagi generasi sekarang dengan tidak mengorbankan produktivitas dan kualitasnya bagi kepentingan generasi yang akan datang. Pengelolaan hutan ini dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) aspek utama, yaitu : 1. Kepastian dan keamanan kawasan; 2. Kelangsungan produksi; 3. Konservasi flora dan fauna serta tingkat dampak lingkungan yang dapat diterima; 4. Manfaat sosial ekonomi dan partisipasi masyarakat; dan 5. Kelembagaan. Upaya penanganan hutan di Kabupaten Bogor dilakukan secara vegetatif dan sipil teknis. Pada tahun 2016, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor melaksanakan/memfasilitasi beberapa upaya penanganan hutan secara vegetatif yaitu Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang diimplementasikan dengan pendistribusian bibit tanaman, pembuatan persemaian, penghijauan Daerah Tangkapan

Air (DTA), penanaman bambu, rehabilitasi DAS besar di Jawa Barat, pengayaan tanaman, dan upaya penanaman secara swadaya, sedangkan upaya penanganan secara sipil teknis dilakukan melalui fasilitasi pembangunan dam penahan, gully plug, dan sumur resapan. Kedua upaya penanganan tersebut bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan daya dukung lahan yaitu dengan cara meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah untuk meningkatkan penyimpanan air, mengurangi laju aliran permukaan, mengendalikan endapan, dan alur air pada permukaan tanah yang berasal dari daerah tangkapan air di bagian hulu, sebagai sumber air pertanian berskala kecil sehingga menghambat material tanah dan hara terhanyut. Hal ini berdampak pada ketersediaan air, dimana ketersediaan air sepanjang tahun sangat penting bagi pertanian. Strategi percepatan rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan melalui upaya-upaya yang melibatkan seluruh komponen masyarakat sesuai dengan surat edaran Bupati tentang gerakan penanaman 1 milyar pohon. Hal ini untuk meningkatkan kesadaran semua pihak (PNS, BUMD, BUMN/Swasta, dan Masyarakat) untuk menanam dan memelihara pohon. Pada tahun 2015 telah tertanam sebanyak 3.949.640 pohon, jumlah tersebut dipenuhi oleh sektor kehutanan dan non kehutanan. Salah satu jenis tanaman yang mendukung prinsip pengelolaan hutan secara lestari yaitu bambu, tanaman ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan di masa depan. Bambu adalah tanaman pengganti kayu dari hutan tropis yang dapat tumbuh dengan cepat dan mampu meregenerasi dirinya sendiri secara alami. Saat tangkai bambu dipanen, maka tunas baru akan muncul dan menggantikannya dalam waktu beberapa bulan. Jika dibandingkan dengan tanaman kayu yang hanya dapat dipanen dengan rotasi beberapa tahun, bambu dapat dipanen secara rutin pertahun. Tergantung dari jenisnya, usia produktif penanaman bambu dapat lebih dari 50 tahun. Panen perdana tanaman bambu dapat dimulai setelah usia tanaman mencapai 5-7 tahun. Namun, ketersediaannya di alam semakin berkurang akibat adanya permintaan pasar yang sangat besar dan terus meningkat dengan cepat dari sektor industri. Oleh karena itu, meningkatnya kebutuhan/permintaan bambu dan adanya peraturan yang

mengatur mengenai pelarangan eksploitasi sumber penghasil kayu menjadi dasar produksi dan pengembangan pasar bambu. Pada tahun 2016, Distanhut memfasilitasi gerakan penanaman bambu yang dilakukan di Kecamatan Jonggol seluas 3 Ha dan Kecamatan Cijeruk seluas 2 Ha. Adapun jenis bambu yang dikembangkan adalah bambu hitam dan bambu tali. Gambar. Bibit Tanaman Bambu Gambar. Penanaman Bambu di Desa Sukajaya Kecamatan Jonggol

Adapun produk turunan yang dapat dihasilkan dari bambu sehingga memberikan nilai tambah bagi para petani di Kabupaten Bogor antara lain bilik bambu, tangga, gazebo/saung, peralatan rumah tangga (kursi, tempat nasi, saringan/tetampah, kukusan, dan tusuk sate), serta barang-barang kerajinan tangan (topi, anyaman, dan tempat parsel). Sejalan dengan hal ini, berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), Dinas Pertanian dan Kehutanan turut berupaya mengurangi kerusakan kawasan hutan melalui pemberdayaan masyarakat sekitar hutan dengan mengembangkan kegiatan berbasis komoditi HHBK yang ada di Kabupaten Bogor antara lain budidaya jamur kayu, budidaya lebah madu, dan budidaya sutera alam. Sentra komoditas jamur kayu di Kabupaten Bogor tersebar di beberapa kecamatan terutama di Kecamatan Cisarua, Ciawi, dan Megamendung. Upaya yang telah dilakukan Distanhut dalam rangka pengembangan sentra komoditas jamur kayu yaitu melalui penyaluran bantuan berupa bibit jamur kayu, tangki sterilisasi, rumah produksi jamur, dan pelatihan/bimtek. Bimbingan teknis (bimtek) tentang budidaya dan penanganan pasca panen (pengolahan) jamur tiram dan lebah madu dilakukan dengan harapan dapat memberikan pemahaman kepada petani/pelaku usaha tentang teknologi budidaya maupun pasca panen/pengolahan jamur tiram dan lebah madu, termasuk juga pelatihan tentang pembuatan bibit jamur tiram. Gambar. Bimbingan Teknis Budidaya Lebah Madu

Untuk teknologi pasca panen/pengolahan jamur tiram, petani diberikan pelatihan membuat produk makanan yang berbahan dasar dari jamur tiram, seperti nugget dan baso jamur serta jenis produk olahan lainnya dengan harapan dapat membuat diversifikasi olahan makanan berbahan dasar jamur yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Gambar. Pelatihan Pengolahan Jamur Tiram Gambar. Produk Olahan Jamur Tiram Dalam rangka memasyarakatkan dan mempromosikan produk tersebut Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor melakukan dan mengikuti beberapa event promosi, seperti pasar tani dan juga pameran yang diadakan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dan OPD lain. Dalam event tersebut dipamerkan produk segar dan olahan dari jamur tiram putih, serta beberapa produk madu yang dihasilkan oleh petani (madu kaliandra, multiflora, akasia, dan termasuk juga madu klanceng/teuweul). Selain ajang promosi, distanhut juga memfasilitasi lomba cipta menu makanan dan minuman berbahan dasar jamur dan madu yang diikuti oleh para petani (poktan) dan juga masyarakat umum. Mengingat pada tahun 2016 terdapat 155

petani jamur tiram putih yang tersebar hampir di 35 kecamatan di Kabupaten Bogor, dengan total produksi sebanyak 1.770.610 kg/tahun dan omzet sekitar Rp. 16.781.010.000,-/tahun. Sedangkan untuk petani lebah madu sebanyak 97 petani dengan total produksi sebanyak 8.518 liter/tahun dan omzet sekitar Rp. 1.419.600.000,-/tahun yang tersebar di Kecamatan Tenjo, Parung Panjang, Jasinga, Cigudeg, dan Caringin. Gambar. Lomba Cipta Menu Selain untuk meningkatkan pendapatan petani, kegiatan budidaya jamur tiram dan lebah madu diharapkan dapat menekan tingkat pencemaran lingkungan dengan pemanfaatan limbah penggergajian kayu menjadi bahan baku media tanam (baglog) jamur tiram dan pemanfaatan tanaman/tegakan sebagai sumber nectar dan pollen (sumber pakan) dalam budidaya lebah madu. Sejalan dengan itu, dalam melanjutkan strategi pengelolaan hutan rakyat yang terintegrasi dan berkesinambungan, pada tahun 2016 telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1) Pembentukan 3 (tiga) unit koperasi usaha hutan rakyat baru yang berlokasi di Kecamatan Caringin, Kecamatan Pamijahan, dan Kecamatan Nanggung. Sampai saat ini sudah memasuki proses pengesahan dari notaris dan Kementerian Koperasi dan UKM serta proses sertifikasi legalitas untuk hutan rakyat.

2) Pelaksanaan bimbingan teknis kepada 80 orang peserta yang berasal dari anggota koperasi yang sudah terbentuk. Dalam bimbingan teknis ini disampaikan materimateri teknis yang akan menjadi bagian utama dalam pengelolaan usaha hutan rakyat yang meliputi teknis penanaman, pemeliharaan tanaman, budidaya bawah tegakan, budidaya ternak, perhitungan potensi tegakan, penebangan dan pembagian batang, pengukuran dan penatausahaan hasil tebangan, penggergajian kayu, serta pengelolaan limbah hasil industri. Gambar. Bimbingan Teknis Pengelolaan Usaha Hutan Rakyat 3) Para pengelola koperasi mengikuti magang pada kegiatan industri hasil hutan yang bertujuan agar para pengelola koperasi mendapatkan wawasan yang luas dalam mengembangkan segala potensi hutan rakyat yang dimilikinya serta wawasan tentang prospek pengelolaan hasil hutan rakyat kedepan. Gambar. Magang Kegiatan Industri Hasil Hutan

Dengan demikian, maka dari tahun 2014 sampai tahun 2016 ini telah terbentuk sebanyak 8 unit koperasi usaha kayu rakyat yang memiliki sertifikasi legalitas kayu, serta bertambahnya wawasan dan kemampuan pengelolaan usaha kayu rakyat yang diharapkan akan memperkuat dan mempercepat capaian hasil maupun manfaat yang ingin diperoleh, sehingga dapat memberikan andil dalam mewujudkan Kabupaten Bogor menjadi kabupaten termaju di Indonesia, terlebih lagi dalam pengelolaan hutan rakyatnya. Seluruh pencapaian kemajuan revitalisasi sektor kehutanan yang telah dilakukan selama ini tidak terlepas dari peran aktif seluruh personil pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang dimiliki Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor melalui para petugas pertanian di lapangan/kecamatan serta adanya dukungan para penyuluh pertanian.