BAB 1 PENDAHULUAN. Memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. essensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan (Maslow, 1970

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan yang selalu menimpa anak taman kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) yang di lakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN, ) di bidang kesehatan yang mencakup programprogram

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN KOTA UPTD PUSKESMAS SEMEMI

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat. tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

RINGKASAN DAN SUMMARY PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa yang menentukan keberhasilan bangsa. Balita harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja sebagai orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara seksama terutama perhatian terhadap tumbuh dan kembangnya. Meskipun proses tumbuh kembang anak berlangsung secara alamiah, proses tersebut sangat bergantung kepada orang tua. Apalagi usia bawah lima tahun (balita) adalah periode penting dalam tumbuh kembang anak dan merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis dan inteligensia (Soetjiningsih, 2001). Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi baik individu maupun populasi. Oleh karena itu, orang tua perlu menaruh perhatian pada aspek pertumbuhan anak bila ingin mengetahui keadaan gizi mereka (Khomsan, 2003). Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling memengaruhi secara kompleks. Ditingkat rumah tangga, keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan keluarga menyediakan pangan di dalam jumlah dan jenis yang cukup serta pola asuh yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, perilaku dan keadaan kesehatan keluarga.

Salah satu penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah akibat pola asuh anak yang kurang memadai (Soekirman, 2000). Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat dan mendidik anak yang masih kecil. Menurut Wagnel dan Funk yang dikutip dalam Sunarti (2009) menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga, memerhatikan serta memberi bimbingan menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan. Kurangnya perhatian pada proses tumbuh kembang usia balita akan menyebabkan status gizi balita menjadi kurang baik. Penanganan yang serius terhadap status gizi balita tidak hanya dari pemerintah tetapi juga dari peran keluarga sebagai orang yang paling dekat dengan balita. Apabila pada masa tumbuh kembang ini perawatan dan makanan yang bergizi diberikan secara baik dan benar dapat membentuk generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas dan produktif. Kondisi status gizi dalam suatu daerah dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat di tingkat kabupaten/kota. Berdasarkan peringkat IPKM, kabupaten/kota yang menduduki 5 besar teratas dari 440 kabupaten/kota seluruh Indonesia adalah kota Magelang (0,70895), kabupaten Gianyar (0,706451), kota Salatiga (0,704497), Kota Yogyakarta (0,694835), dan Kabupaten Bantul (0,691480). Kota Medan (0,659259) menduduki peringkat ke-14 dan satu-satunya wakil dari Propinsi Sumatera Utara yang menduduki peringkat 20 besar. Sementara itu kabupaten Mandailing Natal

(0,359507) berada pada urutan ke 421 yang masuk ke dalam peringkat 20 terbawah (Depkes RI, 2010). Melihat pencapaian IPKM Propinsi Sumatera Utara khususnya kabupaten Mandailing Natal masih jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah lain, berdasarkan hal ini dapat dideskripsikan bahwa kondisi kesehatan masyarakat khususnya kesehatan balita masih jauh dari visi pembangunan kesehatan yang ada. Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor yang menjadi penyebab permasalahan keadaan ini adalah kondisi sosial ekonomi keluarga, pengetahuan ibu yang masih kurang tentang pola asuh, jumlah keluarga yang banyak, pendidikan ibu yang masih rendah, pola pemberian ASI Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI yang belum baik serta sosial budaya yang kurang selaras dengan konsep pelayanan kesehatan. Berbagai kondisi yang menyebabkan permasalahan yang disebutkan di atas sebenarnya dapat diatasi jika pemerintah bersama-sama dengan keluarga dapat saling mendukung kegiatan peningkatan status gizi balita. Beberapa program peningkatan status gizi telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi permasalahan ini khususnya pada kelompok keluarga yang dikategorikan miskin, namun dalam kenyataan indeks status gizi balita masih belum bergeser ke arah nilai yang lebih baik. Pada keluarga miskin permasalahan ini sebenarnya dirasakan semakin tumpang tindih mengingat kondisi sosial ekonomi keluarga yang berpengaruh terhadap daya

beli pangan untuk pemenuhan gizi keluarga yang tidak mencukupi ditambah lagi dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu yang masih rendah. Kontroversi penanggulangan permasalahan gizi pada keluarga miskin yang memiliki balita sudah banyak dibicarakan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kasus gizi kurang banyak terjadi pada keluarga miskin akan tetapi beberapa penelitian justru menyebutkan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan status sosial ekonomi yang rendah (miskin) mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan baik (tidak kurang gizi). Mereka dapat keluar dari permasalahan yang sama (kekurangan gizi) ketika keluarga-keluarga miskin lainnya terbelenggu dalam masalah kekurangan gizi. Padahal secara sosial ekonomi mereka sama dan hidup dalam lingkungan yang sama serta memiliki akses yang sama pula terhadap fasilitas kesehatan. Keberhasilan seseorang dalam situasi yang tidak mendukungnya oleh beberapa pakar disebut sebagai penyimpang positif atau Positive Deviance (PD). Pendekatan PD pada keluarga miskin ternyata terbukti mampu mengeliminasi kasus gizi kurang secara signifikan. Selain itu keluarga penyimpang positif dapat berhasil atau sukses karena memiliki perilaku-perilaku dan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang tidak dilakukan oleh keluarga lainnya. Dalam rangka mengeliminasi kasus kekurangan gizi dikalangan keluarga miskin di Provinsi Sulawesi Selatan dilakukan penelitian pengembangan pendekatan PD di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Makassar, Takalar dan Jeneponto. Setelah diikuti selama tiga bulan, penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pendekatan PD

mampu mengeliminasi/mengurangi prevalensi gizi kurang sebanyak 30%. Dalam penelitian ini, dengan penerapan Grand Theory Inovation oleh Carl Roger (awarness, interes, evaluation, trial, and adoption) mampu menunjukkan perubahan pola asuh (perilaku asupan makan dan pengasuhan) ibu dari keluarga miskin terhadap balitanya (Sirajuddin, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya et all (2009) di Bungus Barat Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Madya Padang menyebutkan bahwa dari 126 anak yang diteliti terdapat 92 (73,02%) anak memiliki status gizi baik dan 31 (25%) anak kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk). Diantara anak yang memiliki status gizi baik tersebut tidak semuanya berasal dari keluarga mampu, terdapat enam orang anak yang berasal dari keluarga miskin. Menurut Sanjaya, enam orang anak dari keluarga miskin inilah yang disebut dengan keluarga penyimpang positif. Kasus PD dari keluarga miskin yang memiliki balita gizi baik ditunjukkan dari pola asuh ibu yang baik yaitu cara memberi makan, perawatan, pengasuhan dan menjaga kebersihan anak. Hasil penelitian Turnip (2008) yang meneliti tentang pengaruh PD terhadap status gizi anak usia 12 24 bulan pada keluarga miskin di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi menunjukkan bahwa tidak selamanya keluarga miskin memiliki anak dengan gizi buruk. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukannya bahwa status gizi anak pada keluarga miskin dipengaruhi oleh pola pengasuhan, kebersihan diri dan pelayanan kesehatan. Ketiga faktor yang memengaruhi status gizi keluarga miskin tersebut, faktor kebiasaan dalam kebersihan

diri merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap status gizi. Faktor kebersihan diri terutama kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan akan memberi peluang mencegah kejadian penyakit infeksi, dimana penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab langsung terjadinya kurang gizi. Penelitian lainnya oleh Sundari (2006) juga menyebutkan bahwa dari 67 balita dalam keluarga dengan status sosio ekonomi rendah (miskin), terdapat 40 balita yang mampu tumbuh kembang dengan baik oleh karena pola asuh yang baik. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa terdapat hubungan pola pemberian makan dan kebersihan diri dengan status gizi balita, yang memberi makna bahwa diperlukan peningkatan pola asuh pada balita baik pola asuh pemberian makan, pola asuh higiene dan sanitasi serta pola asuh kesehatan. Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah disebutkan di atas menunjukkan bahwa penanganan status gizi pada keluarga miskin dapat dilakukan melalui pendekatan PD. Hal ini diharapkan agar jumlah kasus kurang gizi tidak bertambah pada keluarga miskin yang saat ini jumlahnya semakin tinggi. Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia berdasarkan data BPS Maret 2010 sebesar 31,02 juta jiwa (13,33%) berkurang 1,51 juta jiwa dibandingkan dengan Maret 2009 sebesar 32,53 juta jiwa (14,15%). Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada bulan Maret 2010 sebesar 1.490.900 orang (11,31%). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 1.499.700 orang (11,51%). Sementara di Kabupaten

Mandailing Natal terdapat 175.187 jiwa (40,75%) penduduk miskin sesuai dengan data kepesertaan Jamkesmas tahun 2009 (Dinas Kesehatan Kabupaten Madina, 2010). Hasil survei awal diperoleh data dari laporan kegiatan posyandu dan kantor kepala desa/kelurahan di Kecamatan Panyabungan Utara yang terdiri dari 11 desa dan 1 kelurahan memiliki keluarga miskin sebanyak 1.756 kepala keluarga (KK), dari jumlah tersebut terdapat 450 jumlah keluarga miskin yang memiliki balita. Berdasarkan status gizi balita dari keluarga miskin tersebut ditemukan 5,7% balita gizi buruk, 8,2% balita gizi kurang, dan 86% balita gizi baik. Angka ini menunjukkan bahwa di dalam keluarga miskin persentase jumlah balita yang memiliki status gizi baik cukup tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa di dalam keluarga miskin masih banyak balita yang mendapatkan pola asuh yang baik dari keluarganya. Pola asuh yang baik ini biasa disebut dengan perilaku menyimpang dimana di dalam kondisi yang kurang mendukung keluarga masih mampu mempertahankan kondisi kesehatan balitanya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pola asuh ibu (asuhan pemberian makan, asuhan perawatan dasar anak, asuhan higiene dan sanitasi) terhadap status gizi balita dari keluarga miskin di Kecamatan Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh pola asuh ibu (asuhan

pemberian makan, asuhan perawatan dasar anak, asuhan higiene dan sanitasi) terhadap status gizi balita pada keluarga miskin di Kecamatan Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pola asuh ibu (asuhan pemberian makan, asuhan perawatan dasar anak, asuhan higiene dan sanitasi) terhadap status gizi balita pada keluarga miskin di Kecamatan Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh pola asuh ibu (asuhan pemberian makan, asuhan perawatan dasar anak, asuhan higiene dan sanitasi) terhadap status gizi balita pada keluarga miskin di Kecamatan Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat a. Untuk meyakinkan masyarakat khususnya ibu tentang potensi diri yang dimilikinya dengan berperilaku kearah yang positif di dalam pengasuhan anak sehingga diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya. b. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita tentang pola asuh yang baik dalam keluarga yang meliputi asuhan pemberian makan, asuhan perawatan dasar anak, asuhan higiene dan sanitasi.

2. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai informasi untuk mengambil kebijakan dalam pengelolaan program gizi khususnya penerapan pola asuh ibu yang baik terhadap balita dalam rangka penanggulangan masalah kekurangan gizi pada keluarga miskin. 3. Menjadi masukan untuk penelitian serta kajian ilmiah lainnya tentang pola asuh ibu yang baik terhadap balita.