4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian air melalui irigasi tetes serta interaksinya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Rerata tinggi tanaman pada tanaman cabai dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi tanaman cabai dengan pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian air melalui irigasi tetes. Pemberian Air Pupuk Kandang 50% 75% 100 % 125 % 150 % Ayam (ton/ha) Rerata B KL KL KL KL KL 15 96,0 70,0 79,6 72,0 98,5 83,2 20 78,3 76,5 85,0 108,5 79,3 85,5 25 90,3 100,0 78,0 100,0 70,5 87,8 Rerata A 88,2 82,7 80,9 93,5 82,7.KK = 18,33 %, KL = Kapasitas Lapang Tabel 1 menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berbeda nyata, hal ini diduga karena kebutuhan nutrisi dan air yang diberikan pada tanaman telah tercukupi untuk pertumbuhan tanaman, sehingga pertumbuhan tinggi tanaman sudah mencapai taraf yang optimal. Menurut Prajnanta (2003) tinggi optimum pada tanaman cabai berkisar antara 60-120 cm. Faktor lain yang mempengaruhi tinggi tanaman selain unsur hara dan air adalah suhu (temperatur). Diketahui suhu di dalam rumah kaca cukup tinggi sehingga transpirasi pada tanaman juga tinggi (lampiran 8), walaupun transpirasi menyebabkan kehilangan air dalam jumlah yang cukup besar bagi tanaman namun diketahui bahwa salah satu keuntungan transpirasi bagi tanaman adalah mempercepat laju pengangkutan unsur hara dari akar tanaman ke daun, sehingga unsur hara yang tersedia bagi tanaman lebih cepat dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis.
19 Suhu udara secara langsung mempengaruhi suhu tanah. Suhu udara yang tinggi akan menyebabkan kehilangan uap air (evapotranspirasi) yang tinggi pula. Lakitan (1996) menjelaskan bahwa defisit air terjadi apabila jumlah permintaan air oleh daun tidak sebanding dengan penyerapan air oleh akar dan kurangnya suplai air di daerah perakaran tanaman. Keadaan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, karena tanaman cabai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi pada kondisi lahan yang kering dari pada lahan yang basah atau tergenang, kenyataan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Meskipun demikian halnya ketersedianya air mutlak diperlukan bagi pertumbuhan tanaman karena air sangat membantu dalam kelangsungan hidup tanaman karena air berperan dalam pengangkutan atau transportasi unsur hara dari akar ke jaringan tanaman, sebagai pelarut garam-garaman dan mineral, serta yang terpenting air merupakan penyusun dari jaringan tanaman. Selain air, ketersediaan nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Di dalam pupuk kandang ayam terkandung nitrogen yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan pupuk kandang yang berasal dari hewan lainnya. Diketahui bahwa nitrogen merupakan unsur hara makro dan esensial yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Nitrogen adalah suatu unsur hara yang merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Tumbuhan mengasimilasi nitrogen dan nitrat yang digunakan untuk biosintesis protein maupun pembentukan asam-asam nukleat. Nitrat yang diserap akan direduksi menjadi NH3 dan dengan bantuan enzim glutamat yang merupakan kunci dari asam amino untuk pembentukan asam amino lainnya (Djadajadirana, 2000). Sarief (1985) menambahkan dengan adanya nitrogen yang cukup maka proses pembelahan sel akan berjalan dengan baik. Nitrogen mempunyai peranan utama untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya pertumbuhan batang sehingga memacu pertumbuhan tinggi tanaman.
20 4.2. Umur Berbunga Hasil sidik ragam umur berbunga pada tanaman cabai memperlihatkan bahwa interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian air melalui irigasi tetes serta kombinasinya memberikan pengaruh yang tidak nyata (lampiran 7.b). Rerata umur berbunga pada tanaman cabai dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata umur berbunga tanaman cabai pada pemberian dosis pupuk kandang ayam dan pemberian air melalui irigasi tetes. Pemberian Air Pupuk Kandang 50% 75% 100 % 125 % 150 % Ayam (ton/ha) KL KL KL KL Rerata B KL 15 20,7 19,7 18,0 22,0 19,0 19,9 20 21,7 22,0 18,3 19,7 21,7 20,7 25 19,0 18,0 18,7 19,7 17,7 18,6 Rerata A 20,4 19,9 18,3 20,4 19,4 KK = 13,53 %, KL = Kapasitas Lapang Data Tabel 2 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata. Hal ini diduga karena pembentukan bunga lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dari tanaman cabai tersebut. Tanaman yang memiliki genetik yang sama akan memperlihatkan munculnya bunga yang relatif bersamaan. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa umur berbunga atau saat muncul bunga pertama dari varietas yang ditanam pada waktu dan lingkungan yang sama maka kemungkinan umur berbunga pada tanaman juga hampir sama. Pada Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa umur berbunga atau saat muncul bunga pertama sesuai dengan diskripsi tanaman cabai yaitu pada umur 18-23 hari setelah tanam. Pada driskripsi tanaman cabai (lampiran 4) memperlihatkan bahwa tanaman cabai mulai berbunga pada umur 17-21 hari setelah tanam atau sekitar 60-70 hari setelah persemaian. Selain faktor genetik, faktor lingkungan juga mempengaruhi proses terbentuknya bunga. Adapun faktor lingkungan yang mempengaruhi terbentuknya bunga antara lain suhu, lama penyinaran, jumlah unsur hara dan faktor lingkungan lainnya.
21 Suhu secara langsung mempengaruhi fotosintesa, respirasi, absorpsi air dan unsur hara serta transpirasi. Wiryanta (2002) menyatakan bahwa suhu ideal untuk pertumbuhan cabai adalah 22-28 *^C. Suhu harian yang melebihi batas optimum pada tanaman dapat mempercepat terjadinya pembungaan (lampiran 8). Kondisi ini disebabkan karena tanaman akan lebih cepat mengumpulkan satuan panas sehingga berdampak pada lebih cepatnya tanaman untuk membentuk bunga. Menurut sitompul dan Guritno (1995) kecepatan pembentukan suatu fase dan lama fase itu berlangsung menentukan hasil tanaman. Fase generatif yang terlambat terbentuknya akan mengurangi masa generatif itu sendiri sehingga jumlah asimilat yang ditranslokasikan ke bagian generatif seperti biji akan berkurang, dengan perkataan lain, masa fase generatif yang panjang diperlukan untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi untuk tanaman yang dipenen pada bagian vegetatif
22 4.3. Jumlah Buah Per Tanaman Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter jumlah buah per tanaman, namun pemberian air melalui irigasi tetes dan interaksinya memberikan pengaruh yang nyata (lampiran 7.c). Hasil uji lanjut BNJ pada taraf 5 % disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rerata jumlah buah pertanaman pada tanaman cabai dengan pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian air melalui irigasi tetes. Pupuk Pemberian Air Kandang Ayam 50% 75% 100% 125 % 150% Rerata B (ton/ha) KL KL KL KL KL 15 30,0 79,7 abc 88,3 a 56,0 a-d 34,3 ed 57,7 20 29,3 d 67,3 a-d 46,0 a-d 47,7 a-d 68,0 a-d 51,7 25 60,7 a-d 72,0 a-d 50,0 a-d 85,7 ab 38,7 bed 61,4 d Rerata A 40,0 d 73,0 b 61,4 bed 63,1 be 47,0 ed Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji BNJ. a-d = Notasi mulai dari a sampai d. KL = Kapasitas Lapang Tabel 3 menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk kandang ayam 15 ton/ha yang diikuti pemberian air pada kapasitas lapang cenderung meningkatkan jumlah buah pertanaman, namun bila jumlah pemberian air di kurangi atau dilebihkan dari kapasitas lapang serta pemberian pupuk kandang ayam 25 ton/ha cenderung menurunkan jumlah buah pertanaman kecuali pada interaksi pemberian pupuk kandang ayam 15-20 ton/ha dengan pemberian air 50 % dari kapasitas lapang menurunkan jumlah buah pertanaman. Jumlah buah per tanaman terendah terdapat pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam dosis rendah (15-20 ton/ha) dengan pemberian air 50 % dari kapasitas lapang. Di duga hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut terjadi defisit air, sehingga penyerapan unsur hara oleh akar berjalan lambat dan translokasi unsur hara ke daun juga lambat. Begitu juga dengan perlakuan air pada kondisi 125 % dan 150 % dari kapasitas lapang, jumlah buah per tanaman yang terbentuk juga cenderung
23 menurun, hal ini disebabkan karena pupuk kandang ayam mengikat air pada partikel tanah sehingga air tidak tersedia bagi tanaman, selain itu hal tersebut terjadi karena air yang diberikan pada kondisi berlebih, sehingga tanah jenuh akan air dan sirkulasi udara menjadi tidak normal, pada akhimya mempengaruhi jumlah buah yang terbentuk. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) ada dua faktor yang mempengaruhi jumlah buah yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar dipengaruhi oleh suhu sedangkan faktor dalam dipengaruhi oleh pembagian berat kering tanaman. Perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu udara yang tinggi akan mengakibatkan kehilangan air dalam jumlah yang tinggi pula, sehingga menyebabkan tanaman akan kehilangan air dalam jumlah yang besar dan tanaman akan menjadi layu. Pada kondisi seperti ini tanaman cenderung menggugurkan daun maupun bunga untuk kelangsungan hidupnya sehingga jumlah buah yang dihasilkan tidak optimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Pracaya (1994) bahwa jumlah dan berat buah juga dipengaruhi oleh suhu dimana suhu dapat menyebabkan rontoknya buah dan bunga sehingga akan mempengaruhi jumlah dan berat buah yang dihasilkan. Selain suhu, faktor lain yang mempengaruhi jumlah buah adalah ketersediaan unsur hara. Unsur hara yang paling berperan dalam pembentukan buah adalah P dan K. Pupuk kandang ayam memiliki kandungan N, P dan K yang cukup tinggi dari pada pupuk kandang sapi atau kambing. Menurut Sutanto (2006) unsur hara yang dikandung pupuk kandang ayam sebesar 1-2,1 % N, 8,9-10 % P, dan 0,4 % K. Unsur fosfor sangat mempengaruhi pembentukan dan pembesaran buah. Menurut Lingga dan Marsono (2001) unsur fosfor dibutuhkan tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, sebagai bahan dasar untuk pembentukan
24 protein, membantu dalam proses asimilasi serta mempercepat proses pembungaan, pemasakan biji dan buah, sedangkan unsur kalium berguna untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah gugur dan meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan. Ketersediaan unsur P dan K yang cukup akan memberikan dampak pada pembentukan bahan kering tanaman yang optimal. Jumin (1994) menerangkan bahwa untuk mencapai jumlah bahan kering yang besar harus diusahakan pertumbuhan bagian tanaman yang mempunyai nilai ekonomis meningkat. Pada tanaman cabai bagian tanaman yang memiliki nilai ekonomis adalah buah cabai itu sendiri, sehingga apabila unsur hara yang diberikan dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhannya maka jumlah buah yang dihasilkan akan tinggi.
25 4.4. Berat Buah Segar (gram) Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter berat buah segar, sedangkan untuk perlakuan pemberian air melalui irigasi tetes dan interaksinya memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji lanjut BNJ pada taraf 5 % dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rerata berat buah segar tanaman cabai dengan pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian air melalui irigasi tetes. Pupuk Kandang Pemberian Air Ayam (ton/ha) 50% 75% 100 % 125 % 150% KL KL KL KL KL Rerata B 15 77,4 209,1 a 193,8 ab 135,2 abc 63,2 c 135,7 e 20 60,9 168,4 abc 105,4 abc 105,8 abc 158,4 abc 119,8e 25 77,0 157,3 abc 99,3 be 192,2 ab 71,7 c 119,5 e Rerata A 71,8 c 178,3 a 132,8 ab 144,4 ab 97,9 be Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji BNJ. KL = Kapasitas Lapang Pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian air melalui irigasi tetes memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap berat buah segar tanaman cabai. Berat buah tertinggi terdapat pada perlakuan B1A2 (pemberian pupuk kandang ayam 15 ton/ha dan pemberian air pada kondisi 75 % dari kapasitas lapang. Hal ini diduga karena adanya hubungan yang saling mendukung antara pupuk kandang ayam dengan jumlah air yang diberikan (sinergis), sedangkan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan B2A1 (pemberian pupuk kandang ayam 20 ton/ha dengan pemberian air 50 % dari kapasitas lapang). Hal ini diduga karena tidak adanya keseimbangan antara pupuk kandang ayam dan air yang diberikan, sehingga walaupun unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup namun air tidak tersedia bagi tanaman, maka proses translokasi unsur hara tersebut berjalan lambat sehingga sangat mempengaruhi berat buah segar.
26 Pada Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa pada perlakuan air 50 % dari dan 150 % dari kapasitas lapang memberikan berat buah segar yang cenderung menurun, hal ini disebabkan tidak tersedianya air bagi tanaman karena air terikat kuat dalam poripori tanah sehingga air tidak dapat diserap olah tanaman sehingga berdampak pada berat buah yang dihasilkan. Ketersediaan air sangat membantu dalam kelangsungan hidup tanaman. Menurut Jumin (2002) air sangat berperan dalam pengangkutan atau transportasi unsur hara dari akar ke jaringan tanaman, sebagai pelarut garamgaraman dan mineral, serta yang terpenting air merupakan penyusun dari jaringan tanaman. Jika dilihat pada Tabel 4 berbedanya berat buah cabai ini diduga karena selama proses pertumbuhan dan perkembangan buah terjadi defisit air terutama pada perlakuan pemberian air 50 % dari kapasitas lapang. Pada perlakuan 75 % dari kapasitas lapang dan perlakuan 125 % dari kapasitas lapang yang dikombinasikan dengan 15 ton/ha merupakan batasan atau ambang toleran tanaman terhadap ketersediaan air, hal ini terlihat pada Tabel 4, bahwa pada perlakuan 50 % dari dan 150 % dari kapasitas lapang berat buah cabai cenderung menurun. Diduga hal ini teijadi karena adanya defisit air dalam jangka waktu yang lama, dimana air tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman terutama pada fase generatif Fase generatif tersebut merupakan fase dimana tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang besar yang berguna untuk pembentukan dan pembesaran buah, apabila air yang tersedia di daerah perakaran dalam jumlah yang sedikit maka akan menyebabkan ukuran buah kecil dan secara otomatis akan mempengaruhi berat serta kualitas buah yang dihasilkan. Selain itu, apabila air yang diberikan pada tanaman dalam jumlah yang besar maka akan menyebabkan medium akan jenuh dengan air, sehingga akan
27 mengakibatkan aerasi tanah menjadi jelek karena kurangnya oksigen dalam tanah. Selain itu pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah adalah meningkatkan kemampuan menahan air, merangsang granulasi agregat dan memantapkannya, sehingga air yang diberikan tersebut berada dalam kondisi yang berlebihan dan mengakibatkan perakaran tanaman terganggu untuk menyerap unsur hara dan air sehingga berdampak pada berat buah segar yang dihasilkannya. Selanjutnya Osman (1989 dalam Rivana 1997) menambahkan bahwa bahan organik juga berperan sebagai penyerap air sehingga daya simpan air pada tanah inceptisol meningkat. Menurut Lakitan (1996) ukuran dan berat buah lebih dipengaruhi oleh kondisi lingkungan selama perkembangannya, terutama buah yang banyak menghasilkan biji dan buah yang berdaging. Faktor lingkungan yang diketahui dapat mempengaruhi ukuran dan berat buah adalah kondisi kekeringan. Jumin (2002) menegaskan bahwa defisit air memperlihatkan pengaruhnya melalui terhambatnya translokasi fotosintat kebagian organ penumpukan cadangan makanan (limbung), menurunkan aktivitas enzim, mengurangi pembelahan sel dan sintesis protein.
28 4.5. Persentase Buah Bermutu Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dengan pemberian air melalui irigasi tetes serta interaksinya memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentas buah bermutu (lampiran 7.e). Hasil uji lanjut BNJ pada taraf 5 % dari masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rerata persentase buah bermutu pada tanaman cabai dengan pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian air melalui irigasi tetes.. Pemberian Air 75% 100% 125% 150%~ Rerata B Ayam (ton/ha) KL KL KL KL KL 15 73,2 ab 74,0 ab 70,8 abc 79,4 ab 68,7 abc 73,2 b 20 49,8 be 80,7 a 77,4 ab 79,9 a 76,1 ab 72,8 b 25 59,3 abc 68,1 abc 43,0 c 66,4 abc 75,0 ab 62,4 c Rerata A 60,7 c 74,3 be 63,7 be 75,2 b 73,2 be Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji BNJ. KL = Kapasitas Lapang Tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian air melalui irigasi tetes pada tanaman cabai memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap parameter persentase buah bermutu. Interaksi terbaik diperlihatkan pada pemberian pupuk kandang ayam 20 ton/ha dengan pemberian air 75 % dari kapasitas lapang dan produksi terendah terdapat pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam 25 ton/ha dengan pemberian air pada kondisi kapasitas lapang. Interaksi pemberian pupuk kandang ayam 20 ton/ha dengan pemberian air 75 % dari kapasitas lapang (B2A2) memperlihatkan persentase buah bermutu tertinggi yaitu 80,7 % dan tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan kecuali pada perlakuan B2A1 dan B3A3. Tingginya persentase buah bermutu pada interaksi tersebut diduga karena terdapat keseimbangan antara ketersediaan unsur hara dan jumlah air untuk kebutuhan tanaman, selain itu dengan pemberian pupuk kandang ayam dapat memperbaiki daya rekat tanah pada tanah inceptisol sehingga agregat tanah tersebut lebih mantap dan kemampuan menyimpan aimya lebih tinggi.
29 Selain itu, diduga karena adanya keseimbangan antara kedua perlakuan tersebut sehingga menciptakan kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan tanaman. Diduga pada kondisi tersebut agregat tanah menjadi lebih baik akibat pemberian pupuk kandang ayam. Selain itu, pupuk kandang ayam tersebut mampu meningkatkan daya simpan air pada koloid tanah dan mampu mensuplai unsur hara, sehingga dengan pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian air 75 % dari kapasitas lapang telah mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Selain itu dengan kondisi air yang tidak berlebihan, sirkulasi udara dalam tanah menjadi baik sehingga dengan aerasi yang baik didalam tanah akan mempermudah akar dalam menyerap unsur hara. Rendahnya produksi yang dihasilkan pada perlakuan 50 % dari kapasitas lapang meskipun dikombinasikan dengan pupuk kandang ayam 20 dan 25 ton/ha. Diduga karena terjadinya defisit air secara terus menerus sehingga unsur hara yang telah tersedia untuk tanaman akan lambat ditranslokasikan pada jaringan tanaman karena kurangnya ketersediaan air bagi tanaman. Lakitan (1996) menambahkan bahwa fungsi air antara lain adalah sebagai pelarut garam dan mineral serta mentranslokasikannya dalam jaringan tanaman. Apabila air yang tersedia bagi tanaman dalam jumlah sedikit maka transportasi unsur hara ke daun akan terhambat sehingga akan berdampak pada produksi yang dihasilkan.
30 4.6. Klasifikasi Mutu Cabai Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap klasifikasi mutu cabai, terlihat bahwa perlakuan B3A4 (pemberian pupuk kandang ayam 25 ton/ha dan pemberian air 75 % dari kapasitas lapang) memberikan kualitas atau mutu cabai terbaik. Persentase mutu cabai dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase klasifikasi mutu cabai masing-maisng perlakuan dengan pemberian pupuk kandang ayam dan pemberian air melalui irigasi tetes. NO Perlalcuan Mutu I (%) Mutu II (%) Mutu HI (%) 1 BlAl 20.23 39.08 40.69 2 B2A1 21.49 38.78 39.73 3 B3A1 27.42 35.18 37.40 4 B1A2 31.72 44.94 23.34 5 B2A2 28.02 44.80 27.18 6 B3A2 23.77 49.66 26.58 7 B1A3 26.39 38.52 35.09 8 B2A3 20.13 38.35 41.52 9 B3A3 25.93 41.89 32.18 10 B1A4 28.61 51.09 20.30 11 B2A4 30.02 38.34 31.64 12 B3A4 33.89 43.71 22.39 13 B1A5 30.77 43.21 26.02 14 B2A5 31.28 41.51 27.21 15 B3A5 20.23 52.71 27.06 Pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa mutu I yang tertinggi terdapat pada perlakuan B3A4 (pemberian pupuk kandang ayam 25 ton/ha dan pemberian air 75 % dari kapasitas lapang) dengan persentase 33,89 %, untuk mutu II terdapat pada perlakuan B3A5 (pemberian pupuk kandang ayam 25 ton/ha dan pemberian air 150 % dari kapasitas lapang) dengan persentase sebesar 52,71 %, sedangkan untuk mutu III terdapat pada perlakuan B2A3 (pemberian pupuk kandang ayam 20 ton/ha dan pemberian air kapasitas lapang) dengan persentase sebesar 41,52 %. Hal ini diduga terjadi karena pada perlakuan B3A4 unsur hara dan air yang diberikan dalam jumlah yang cukup dan seimbang dengan demikian kebutuhan unsur hara bagi tanaman terpenuhi sehingga berpengaruh terhadap kualitas atau mutu dihasilkan. yang
31 Untuk menghasilkan kualitas atau mutu yang baik diperlukan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman seperti ketersediaan unsur hara dan kebutuhan air yang tercukupi. Diduga pada perlakuan B3A4 dan B3A5 pupuk kandang ayam yang diberikan telah mampu mencukupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman terutama unsur hara fosfor. Unsur hara fosfor yang terkandung dalam pupuk kandang ayam cukup tinggi bila dibandingkan kotoran hewan sapi maupun kambing dan unsur fosfor itu sendiri sangat mempengaruhi kualitas hasil dari tanaman. Menurut Nyakpa dkk (1988) unsur fosfor berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, dapat meningkatkan produksi tanaman ataupun bahan kering tanaman, meningkatkan kualitas hasil dan mempercepat pemasakan buah. Selain ketersediaan unsur hara, faktor lain yang mempengaruhi kualitas atau mutu cabai adalah tersedianya air dalam jumlah yang cukup. Diduga pemberian air 125 % dari kapasitas lapang telah mampu mencukupi kebutuhan tanaman, karena untuk menghasilkan buah yang baik membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Air merupakan senyawa penyusun jaringan tanaman terbesar termasuk buah dan biji. Diduga pemberian air 125 % dari kapasitas lapang merupakan jumlah air yang optimum untuk menghasilkan buah yang baik, dapat dilihat pada Tabel 6. Dengan pemberian air 50 % dari kapasitas lapang, 75 % dari kapasitas lapang dan pada kondisi kapasitas lapang menunjukkan persentase mutu yang lebih rendah, karena jumlah air yang diberikan belum mampu mencukupi kebutuhan tanaman karena untuk menghasilkan kualitas cabai yang baik diperlukan air dalam jumlah yang cukup dan seimbang, sedangkan untuk perlakuan 150 % dari kapasitas lapang juga menunjukkan persentase buah bermutu yang lebih rendah. Hal ini diduga karena
32 jumlah air yang diberikan terlalu banyak sehingga tanah jenuh akan air dan menyebabkan kandungan oksigen didalam tanah rendah karena pori-pori tanah telah dipenuhi oleh air sehingga perakaran tanaman menjadi tidak baik dan pada akhimya akan berdampak pada produksi yang dihasilkan. Semakin tinggi mutu I dan mutu II maka hasil atau produksi yang diperoleh akan semakin baik, karena untuk menilai buah cabai yang bermutu digunakan ketentuan buah cabai mutu I dan mutu II. Berbeda halnya untuk mutu III, semakin tinggi mutu III maka semakin rendah pula mutunya.