BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja (Soetjiningsih, 2004). Remaja mulai berfikir mengenai keinginan mereka sendiri, berfikir mengenai ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain membandingkan diri mereka dengan orang lain, serta mau berfikir tentang bagaimana memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis (Monks, 2005). Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah remaja di Indonesia usia 10-24 tahun adalah sebesar 64 juta jiwa, artinya 27,6 % dari total penduduk Indonesia (237,6 jiwa. Jumlah remaja yang ada di provinsi Jawa Tengah mencapai 5.687.846 jiwa (BPS, 2010). Jumlah tersebut merupakan jumlah yang cukup besar sehingga memerlukan perhatian berkaitan dengan tugas perkembangan yang akan dilalui oleh remaja. Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik. Jadi tidaklah mengherankan apabila sebagian besar energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini ditargetkan pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati diri. Selain itu penerimaan kelompok sebaya sangatlah penting. Dapat berjalan bersama dan tidak dipandang beda adalah motif yang mendominasi banyak perilaku sosial remaja awal ini (Sarlito, 2011). Dalam periode remaja, individu mencapai kedewasaan fisik dan seksual, mengembangkan kemampuan penalaran yang lebih baik, dan membuat berbagai keputusan yang akan membentuk karir 1
2 mereka kelak. Perubahan pada masa remaja memiliki implikasi untuk memahami berbagai resiko kesehatan yang biasa dialami para remaja, tingkah laku beresiko yang mereka jalani, dan berbagai kesempatan peningkatan kesehatan yang ada dalam masyarakat (Wong, 2008). Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan adalah proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan bereproduksi. Pada usia remaja awal (usia SLTP) remaja putri mengalami pubertas yakni perubahan fisik yang terkadang belum mencapai taraf proporsional. Hal ini menyebabkan mereka kurang percaya diri terhadap penampilannya Cara berpakaian, dan berdandan mempunyai faktor besar pada kepercayaan diri mereka. Remaja putri berusaha mengikuti tren atau sesuai dengan mode anak seusia mereka. Perubahan yang terlihat jelas pada anak perempuan saat memasuki pubertas pertama-tama adalah payudara kemudian bagian panggul dan paha akan berisi, diikuti dengan melebarnya bagian tubuh disekitar panggul sebagai jalan kelahiran bayi, setelah itu tumbuh rambut di bagian tubuh tertentu seperti ketiak dan sekitar alat kelamin, pertumbuhan tinggi dan berat badan, pertumbumbuhan tulang dan otot, kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi sehingga mengalami menstruasi (Sarwono, 2005). Perubahan fisik pubertas tersebut dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya seperti kurang percaya diri, tetapi
3 bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004). Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang. Tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan masalah pada diri seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat karena dengan kepercayaan diri, seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi dirinya. Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang urgen untuk dimiliki setiap individu. Kepercayaan diri diperlukan baik oleh seorang anak maupun orang tua secara individual maupun kelompok (Gufron & Risnawitaa, 2010). Wjayanti (2009) yang meneliti tentang hubungan komunikasi orang tua dan anak dengan rasa percaya diri remaja putri awal menemukan bahwa ciriciri individu yang mempunyai kepercayaan diri adalah memiliki suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal yang disukai, mampu berinteraksi dengan orang lain, mampu mempunyai dorongan berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Dampak dari seseorang yang memiliki kepercayaan diri adalah rendah diri. Orang yang kurang percaya diri ini akan merasa kecil, tidak berharga, tidak ada artinya, dan tidak berdaya menghadapi tindakan orang lain. Orang seperti ini biasanya takut melakukan kesalahan dan juga takut ditertawakan orang lain. Fenomena kurang percaya diri banyak terjadi pada remaja putri. Ketidakpuasan terhadap perubahan yang terjadi pada fisik atau tubuh remaja lebih banyak terjadi pada remaja putri. Remaja putri cenderung merasa tidak puas bukan hanya dengan tinggi badan dan berat badannya, melainkan juga bentuk tubuhnya yakni pada ukuran lingkar tubuh (dada, pinggang, dan panggul), kulit, dan juga wajah mereka. Gangguan akan perasaan kurang puas terhadap diri remaja putri tersebut akan mempengaruhi kepercayaan diri remaja putri. Studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Sayung Demak dketahui bahwa jumlah siswa pada kelas 7 sebanyak 337 siswa dengan jumlah
4 siswa putri sebanyak 186 siswi. Berdasarkan hasil wawancara awal yang peneliti lakukan terhadap siswa putri kelas VII yaitu terhadap 10 siswa seluruhnya menyatakan adanya permasalahan mengenai percaya diri yang berkaitan dengan perubahan fisik yang terjadi pada mereka menyangkut cara berpakaian dan berdandan. Fenomena yang ada pada siswi SMP Negeri 1 Sayung bahwa siswi mengalami perubahan fisik meliputi haid pertama (menarche), dan perubahan bentuk pada anggota tubuh tertentu seperti pinggul dan dada. Perubahan fisik yang terjadi itu mempengaruhi keadaan psikis mereka yang berdampak kepercayaan diri. Penampilan mereka yang kurang mendukung perubahan fisik pada masa pubertas tersebut menimbulkan rasa kurang percaya diri jika tidak sesuai dengan model trend teman sebaya mereka disekolah, hal ini dirasakan khususnya pada waktu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dimana siswa putri tidak menggunakan pakaian seragam seperti biasanya. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan bantuan guru Bimbingan Konseling (BK) juga menemukan bahwa siswa putri yang mengalami krisis kepercayaan diri tersebut memiliki kemampuan komunikasi yang kurang baik yang ditunjukkan dengan nampak adanya keragu-raguan dalam berkomunikasi dan kesulitan dalam berinteraksi. Remaja putri tersebut tidak pernah mendapatkan pemahaman tentang sikap dan pengetahuan dalam menghadapi perubahan fisik yang harus dialaminya pada masa pubertas. Remaja putri mengaku jarang berkomunikasi dengan orang tua tentang hal tersebut karena dianggap tabu. Berdasarkan fenomena tersebut diatas peneliti ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri dengan komunikasi interpersonal pada remaja putri di SMP Negeri 1 Sayung Demak. B. Rumusan Masalah Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh remaja menimbulkan adaynya perubahan baik fisik dan psikis. Perubahan-perubahan yang terjadi jika tidak dipahami dengan benar oleh remaja dapat menimbulkan rasa minder atau kurang percaya diri. Kepercayaan diri yang rendah ini akan
5 berimplikasi dalam kehidupan remaja terutama pada nilai sekolah, kemampuan bersosialisasi serta kemampuan berkomunikasi. Hasil studi pendahuluan menemukan bahwa remaja putri di SMP Negeri 1 Sayung menemukan adanya remaja yang memiliki rasa ketidakpuasan dengan perubahan fisik yang tidak sesuai dengan keinginannya. Perubahan ini kemudian secara psikis mempengaruhi kepercayaan diri remaja yang bersangkutan dan efeknya adalah remaja putri tersebut menjadi pendiam dan lebih senang menyendiri dalam pergaulannya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di depan, maka rumusan masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan komunikasi interpersonal pada remaja putri di SMP Negeri 1 Sayung Demak? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan komunikasi interpersonal pada remaja putri di SMP Negeri 1 Sayung Demak. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan kepercayaan diri remaja putri di SMP Negeri 1 Sayung Demak b. Mendeskripsikan komunikasi interpersonal remaja putri di SMP Negeri 1 Sayung Demak. c. Menganalisis hubungan antara kepercayaan diri dengan komunikasi interpersonal pada remaja putri di SMP Negeri 1 Sayung Demak. E. Manfaat Penelitian Manfaat diadakannya penelitian ini adalah : 1. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada dunia ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang keperawatan
6 tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan komunikasi interpersonal. 2. Bagi Orang tua Memberikan masukan kepada orang tua akan pentingnya intensitas komunikasi antara orang tua dan anak yang merupakan salah satu faktor penting terbentuknya rasa percaya diri remaja putri awal. 3. Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam dunia keperawatan khususnya berkaitan dengan kepercayaan diri remaja putri. F. Bidang Ilmu Penelitian ini berkaitan dengan ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa G. Originalitas Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul Nama Desain Hasil Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII dan VIII di SLTPN 1 Lumbang Pasuruan Hubungan antara intensitas komunikasi orang tua dan anak dengan motivasi belajar anak Diah Nuraini (2010) Hodijah (2005) Kuantitatif dengan analisis korelasi Kuantitatif dengan analisis korelasi Hasil analisis data menunjukkan tingkat kepercayaan diri berada pada kategori tinggi ada 33 siswa dengan prosentasi 40% dan kecemasan komunikasi interpersonal siswa berada pada kategori rendah ada 62 siswa dengan prosentase 75%. Berdasarkan hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal Hasil analisis menunjukkan ada korelasi positif yang signifikan yang menyatakan bahwa ada hubungan antara intensitas komunikasi orang tua dan anak dengan motivasi belajar anak
7 Hubungan antara kepercayaan diri dengan komunikasi interpersonal pada remaja putri di smp negeri 1 sayung demak Eko Sugianto (2013) Kuantitatif dengan analisis korelasi Penelitia ini berbeda dengan penelitian yang sebelumnya yaitu pada penelitian Nuraini (2010) terletak pada vaariabel terikatnya yaitu kecemasan komunikasi interpersonal. Perbedaan dengan penelitian Hodijah (2005) adalah terletak pada variabel terikat yaitu motivasi belajar.