BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keanggenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul karena adanya satu pihak yaitu pemilik (prinsipal) dengan pihak lain yaitu agen. Hubungan ini terjadi karena adanya kontrak yang disebabkan prinsipal menyewa pihak lain sehingga terjadi pendelegasian wewenang pemilik kepada agen untuk pengambilan keputusan. Agen harus melaksanakan tugas dan melaporkan segala bentuk pekerjaan oleh pihak prinsipal. Berdasarkan hal tersebut, prinsipal menilai segala bentuk pekerjaan agen. Dalam hal ini terjadilah pemisahan kepemilikan dan kontrol perusahaan. Teori keagenan terdapat salah satu biaya keagenan yaitu biaya pengawasan (monitoring cost) merupakan biaya untuk mengawasi segala bentuk kegiatan manajer baik itu dari strategi yang digunakan dalam pengelolaan keuangan. Kaitannya dengan proses audit, prisipal dan agen merupakan seseorang yang memiliki rasionalitas ekonomi, sehingga setiap kegiatannya dilakukan karena adanya motivasi oleh kepentingan pribadi atau akan memenuhi kepentingan pribadi sebelum memenuhi kepentingan orang lain. Agen selalu ingin dinilai pekerjaannya baik oleh pihak eksternal 10
maupun pemilik perusahaan. Sedangkan pihak prinsipal ingin agar agen melaporkan dengan sejujurnya apapun yang terjadi pada operasional perusahaan yang dibiayainya. Konflik keagenan akan muncul apabila terdapatnya asimetri informasi. Banyakmya informasi yang dimiliki oleh agen sehingga harus ada auditor independen yang bertugas untuk menguji dan memperkecil kecurangan agen. Auditor diberikan mandat untuk melaksanakan tugas dan bertanggung jawab untuk melakukan pengauditan atas laporan keuangan. Dengan adanya teori keagenan, konflik kepentingan yang dialami antara agen dan prinsipal dapat dipahami oleh auditor. Auditor independen mencegah terjadinya kecurangan keuangan yang dibuat oleh manajemen sekaligus dapat mengevaluasi kinerja agen untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan keadaan operasional untuk pengambilan keputusan investasi. Manajer memerlukan auditor memberikan legistimasi atas kinerja yang dilakukan sehingga auditor mendapat intensif atas pekerjaannya. 2.1.2. Audit Audit adalah kegiatan menentukan dan melaporkan informasi yang sesuai, dengan cara dikumpulkan dan dievaluasi atas bukti-bukti informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan apa yang tercermin dari pernyataan Mulyadi (2002:9) tentang auditing. 11
(Arens, dkk., 2006:4) menyatakan audit adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki kemampuan yang berkompeten dan independen yang menentukan dan melaporkan informasi yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti tentang informasi yang diukur tentang suatu entitas ekonomi. Dengan adanya penjelasan dari Mulyadi dan Aren maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri audit sebagai berikut: a. Kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti maupun informasi. b. Terdapat bukti-bukti yang dapat menjelaskan kesesuaian informasi yang dapat digunakan oleh auditor. c. Terdapat tingkat kesesuaian dan kriteria-kriteria tertentu. d. Auditor harus mempunyai kemampuan yang kompeten dan independen dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan. e. Terdapat penyampaian dan alat komunikasi kepada pihak-pihak yang memerlukan hasil audit. 2.1.3. Standar Auditing Waktu melakukan tugas audit atas laporan keuangan agar dapat terpenuhinya tanggung jawab profesi diperlukan suatu pedoman yaitu standar auditing (Arens, 2010:42). Adapun sepuluh standar yang terdapat dalam standar 12
audit referensi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: a. Standar Umum 1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2) Pada semuahal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3) Saat pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saatm dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. c. Standar Pelaporan 1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 13
2) Laporan auditor harus menunjukkan dan menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip tersebut dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi. 2.1.4. Jenis-jenis Auditor Dilihat dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah orang yang memiliki tugas memeriksa secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002). Auditor digolongkan m enjadi tiga kategori, yaitu: 1) Auditor Independen Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut umumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan. 14
2) Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. 3) Auditor Intern Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara atau swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan organisasi serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. 2.1.5. Kompleksitas Tugas Kompleksitas tugas didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas. Kompleksitas tugas dapat diartikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986). Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstuktur, membingungkan dan sulit (Sanusi dan Iskandar, 2007). Beberapa tugas audit sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain (Restuningdiah dan Indriantoro, 2000). Restu dan Indiriantoro (2000) juga menyatakan bahwa apabila kompleksitas dari suatu tugas tinggi maka 15
keterkaitan dengan tugas tersebut akan mengalami penurunan. Hubungannya dengan tugas audit yaitu bahwa apabila dalam kegiatan auditor dalam menghadapi tugas yang semakin kompleks maka menyebabkan adanya penurunan tugas audit dan berpengaruh terhadap kualitas audit karena sikap disfungsional. Chung dan Monroe (2001) mengemukakan argumen yang sama, bahwa kompleksitas tugas dalam melakukan audit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; 1. Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan. 2. Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya outcome (hasil) yang diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan. 2.1.6. Kualitas Audit Kualitas audit menurut Kane dan Vekuri (2005) adalah tingkat kemampuan dari kantor akuntan dalam pemahaman bisnis klien. Audit sendiri dalam arti luas merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan sehingga dapat disampaikan oleh pelaku kepentingan. 16
Simanjuntak (2008) menyatakan pendapat diatas dapat digambarkan yaitu: a) Audit dilaksanakan harus sistematis. audit harus dilaksanakan dengan perencanaan dan menggunakan orang-orang yang independen serta mental yang baik. b) Dapat membuktikan hasil investigasi dengan bukti-bukti hasil investigasi informasi keuangan yang dievaluasi sesuai dengan kriteria dan standar akuntansi yang ditetapkan. c) Menetapkan tingkat kesesuaian atau kewajaran antara asersi-asersi dalam laporan keuangan klien dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku umum. d) Menyampaikan hasil-hasil audit kepada pengguna yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan. De Angelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit adalah sebagai gabungan probabilitas auditor untuk menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dengan memanfaatkan pengetahuan dan keahlian auditor yang terjadi dalam akuntansi klien. Dimensi kualitas audit salah satunya dilihat dari hubungan antara kualitas audit yang dihasilkan dan berpengaruh terhadap informasi laporan keuangan (Simanjuntak 2008:17). Berdasarkan pengertian diatas kualitas audit adalah tingkat kemampuan auditor dalam menemukan dan melaporkan penyelewengan yang didukung dengan bukti-bukti untuk menguji kesesuaian penyajian laporan keuangan klien berdasarkan atas kriteria atau standar yang berlaku. 17
2.1.7. Integritas Integritas adalah kepatuhan tanpa kompromi untuk kode nilai-nilai moral, dan menghindari penipuan, kemanfaatan, kepalsuan, atau kedangkalan apapun. Integritas mempertahankan standar prestasi yang tinggi dan melakukan kompetensi yang berarti memiliki kecerdasan, pendidikan, dan pelatihan untuk dapat nilai tambah melalui kinerja (Mutchler, 2003). Integritas menurut Prinsip Etika Akuntan Indonesia adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Akuntan memiliki sifat integritas berguna untuk mengambil suatu keputusan yang merupakan dasar dari kualitas yang akan menjadi kepercayaan publik. Anggota harus melakukan segala bentuk pekerjaan audit untuk menghadapi aturan, standar, panduan khusus dan pertentangan pendapat untuk menguji keputusannya. Integritas juga mengaharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-hatian profesional. Integritas mengharuskan untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Mengharuskan anggota menaati bentuk dan standar dan etika. 18
2.2. Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit. Kompleksitas tugas erat kaitannya dengan kualitas audit. Kompleksitas tugas adalah persepsi auditor tentang kesulitan suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas dan daya ingat serta kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah. Sedangkan kualitas audit adalah tingkat kemampuan yang dimiliki oleh auditor dalam menemukan dan melaporkan penyelewengan yang didukung dengan bukti-bukti untuk menguji kesesuaian penyajian laporan keuangan klien berdasarkan atas kriteria atau standar yang berlaku umum. Kompleksitas yang tinggi akan menurunkan keberhasilan tugas yang dikerjakan. Penyebabnya adalah kesulitan tugas dan struktur tugas yang kurang jelas, sehingga tidak mampu membuat suatu keputusan. Akuntan publik merupakan profesi yang sering menjadi sorotan dimasyarakat. Terkadang akuntan publik tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik sehingga terjadi kegagalan dalam mengaudit laporan keuangan klien. Kepentingan klien sering lebih didahului untuk menjamin kelangsungan pemakai jasa dibandingkan dengan kepentingan konstituen. Adanya kesulitan tugas yang tinggi dan adanya struktur tugas yang kurang jelas yang dihadapi profesi akuntan publik menyebabkan kompleksitas tinggi akan mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Menurut Andini Ika Setyorini (2011:45) meningkatkan kompleksitas tugas dapat menurunkan keberhasilan tugas. Tidak konsisten petunjuk 19
informasi dan tidak mampu dalam mengambil suatu keputusan akan menjadikan sebuah tugas semakin kompleks. Menurut Libby dan Lipe (1992) dan Kennedy (1993) menyatakan bahwa kompleksitas penugasan audit sebagai alat untuk meningkatkan kualitas kerja. Dari penjelasan diatas apabila ingin mendapatkan kualitas hasil audit yang baik maka diperlukan usaha auditor. Penelitian Prasita dan Adi (2007) menunjukan bahwa kompleksitas audit mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Kompleksitas tugas audit muncul karena semakin tinggi variabilitas dan ambiguitas dalam tugas pengauditan sehingga menjadi indikasi penyebab turunnya kualitas audit dan kinerja auditor. Cecilia Engko dan Gunodo (2007) menyatakan kompleksitas audit mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Widiarta (2013) menyatakan bahwa kompleksitas audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sesuai dengan penelitian Andini Ika Setyorini (2011:45), Libby dan Lipe (1992) dan Kennedy (1993) Prasita dan Andi (2007), serta Widiarta (2013), berdasarkan pernyataan tersebut peneliti membuat hipotesis sebagai berikut, apabila tugas audit mempunyai tingkat kompleksitas tinggi maka auditor akan kesulitan dalam mengerjakan tugas akan menurunkan kualitas laporan keuangan yang dihasilkan: H 1 : Kompleksitas tugas berpengaruh negatif pada kualitas audit. 20
2.2.2 Integritas Memoderasi Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit. Akuntan harus memiliki sifat integritas berguna untuk mengambil suatu keputusan yang merupakan dasar dari kualitas yang akan menjadi kepercayaan publik. Integritas adalah kepatuhan tanpa kompromi untuk kode nilai-nilai moral, dan menghindari penipuan, kemanfaatan, kepalsuan, atau kedangkalan apapun. Integritas mempertahankan standar prestasi yang tinggi dan melakukan kompetensi yang berarti memiliki kecerdasan, pendidikan, dan pelatihan untuk dapat nilai tambah melalui kinerja (Mutchler, 2003). Anggota harus melakukan segala bentuk pekerjaan audit sesuai aturan, standar, panduan khusus dan pertentangan pendapat untuk menguji keputusannya. Adapun beberapa tugas audit yang tidak bisa diselesaikan dengan baik. Kompleksnya tugas akan mempengaruhi kemampuan mengaudit suatu laporan keuangan perusahaan. Adanya tugas yang kurang terstruktur dengan baik dan tingkat kesulitan yang berbeda akan menimbulkan kekeliruan yang fatal dan menurunkan kualitas audit. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-hatian profesional. Auditor yang merasakan kompleksnya tugas audit yang tinggi akan menurunkan kualitas hasil audit. Integritas merupakan dasar dalam melaksanakan tugas audit dan akuntan harus selalu dapat meningkatkan pengetahuan dengan melakukan usaha-usaha untuk memaksimalkan mutu pekerjaannya. Perlunya akuntan menanamkan integritas 21
untuk meningkatkan kualitas audit dalam kesulitan memeriksa laporan keuangan. Integritas yang tinggi menunjukkan karakter kemampuan seseorang untuk mewujudkan yang disanggupi serta yakin kebenaran dan kenyataan. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti membuat hipotesis sebagai berikut: H 2 : Integritas memperlemah pengaruh kompleksitas tugas terhadap kualitas audit. 22