BABI PENDAHULUAN. Setiap orangtua ingin memiliki anak yang cerdas. Namun cerdas dalam hal

dokumen-dokumen yang mirip
BABI PENDAHULUAN. Manusia adalah rnakhluk sosial sehingga sejak dari lahir sudah terbentuk

BABI PENDAHULUAN. Selama rentang waktu kehidupannya, manusta mengalami perubahanperubahan

BABI PENDAHULUAN. Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang memiliki aka! budi dan

BABI PENDAHULUAN. Anak yang dilahirkan ke dunia diibaratkan bagai kertas putih yang rnasih

BABI PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia diciptakan sebagai makhluk sosia1. Sebagai

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara

BABI PENDAHULUAN. Kehidupan perkawinan akan terasa lebih lengkap dengan hadirnya anakanak

BABI PENDAHULUAN. Dalam setiap sendi kehidupannya, manusia dibatasi oleh norma, baik itu norma

BABI PENDAHULUAN,, <

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta personal sosial mereka. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan yaitu

BABI PENDAHULUAN. Dunia pendidikan rnerupakan wadah utarna yang paling penting bagi

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

Tabell.l. Usia Harapan Hidup Lansia Tahun

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Matematika sudah sejak lama menjadi salah satu mata pelajaran yang

Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

BABI PENDAHULUAN. Pada zaman dahuiu kegemukan merupakan Iambang kemakmuran. Venus

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. peka terhadap rangsangan-rangsanganyang berasal dari lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

fenomena yang tidak asing lagi di telinga masyarakat luas. Biasanya pekelahian

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan hidup manusia, masa ini disebut masa keemasan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai

BABI PENDAHULUAN. Masa rernaja rnerupakan rnasa peralihan dari rnasa kanak-kanak rnenuju

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Herzberg motivasi kerja sendiri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor internal yang terdiri dari

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

Setiap anak perlu untuk berkembang secara optimal dalam kehidupannya. Perkembangan optimal tersebut adalah dambaan semua orang tua, karena anak pada

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

PERANCANGAN LANSKAP PEMUKIMAN VILA INDAH PAJAJARAN, BOGOR

Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran

11. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak pra sekolah adalah anak yang berumur bulan, pada masa ini

yang formal Dengan demikian, diperlukan perilaku-perilaku sukarela untuk Paduan Suara "X" berdiri sejak tahun Jadi hingga saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi yakni Sekolah

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja. Salzman dan Pikunas (dalam Syamsu, 2001: 71) mengatakan bahwa masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. dilupakan oleh generasi rnuda saat ini, khususnya bagi siswa di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

Setiap individu berhak mendapatk:an pendidikan yaitu dengan cara. orangtua tentang pentingnya sekolah, banyak orangtua memasukkan anak mereka

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk mencetak manusia yang berpribadi kuat, cerdas dan mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

Manusia dilahirkan daiam keadaan yang tidak berdaya sarna sekaii. Sejak dilahirkan

KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang. menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh

1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orangtua ingin memiliki anak yang cerdas. Namun cerdas dalam hal 1m tidak hanya pandai menghadapi soal-soal berhitung atau berbahasa saja, melainkan pandai dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di sekolah. Untuk mencapai kecerdasan secara menyeluruh dan optimal, anak membutuhkan perhatian, dukungan, serta kasih sayang dari orangtuanya. Hal ini penting bagi anak untuk memperoleh kesempatan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak, seperti kesempatan berolah raga, bermain, mendapatkan pendidikan, memperoleh berbagai stimulasi sesua1 dengan kebutuhannya agar anak dapat menjalankan tugas-tugas perkembangan sesua1 dengan tahap perkembangannya. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (1980: 2), manusia tidak pemah statis. Selama rentang waktu kehidupannya, semenjak pembuahan hingga ajal, manusia selalu mengalami perubahan-perubahan seiring dengan pertambahan usia, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis. Perubahan inilah yang disebut dengan perkembangan. Berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan individu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. 1

2 Perkernbangan rnanusia terdiri dari beberapa tahap, dirnana setiap tahap perkernbangan kehidupan selalu ditandai dengan tugas -tug as perkernbangan yang harus dipenuhi (Monks, 1998: 22). Tugas-tugas perkernbangan ini sangat berperan penting untuk rnenentukan arah perkernbangan berikutnya. Jika individu rnengalarni harnbatan dalarn rnenjalankan suatu tugas pada tahap usia tertentu, rnaka hal tersebut akan berpengaruh pada penguasaan tugas-tugas pada tahap berikutnya. Hurlock (1980: 10) rnengernukakan adanya dua rnacarn konsekuensi yang serius dari kegagalan dalarn rnenguasai tugas-tugas perkernbangan. Yang pertarna adalah pertirnbangan sosial yang kurang rnenyenangkan yaitu para anggota kelornpok sebaya individu rnenganggapnya sebagai belurn rnatang, cap yang rnernbawa stigma pada usia berapapun. Hal ini rnengakibatkan penilaian diri kurang rnenyenangkan dan akhimya rnenurnbuhkan konsep diri yang kurang rnenyenangkan juga. Sedangkan yang kedua adalah dasar untuk penguasaan tugas-tugas berikutnya dalarn perkernbangan rnenjadi tidak adekuat. Sebagai landasan bagi penguasaan tugas perkernbangan usia selanjutnya, rnasa kanak-kanak rnenjadi sangat penting. Masa kanak-kanak rnerupakan rnasa dirnana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Seperti halnya tahap usia yang lain, pada rnasa kanak-kanak terdapat berbagai tugas perkernbangan yang harus dilalui sebelurn anak rnernasuki tahap perkernbangan berikutnya. Salah satu tugas perkernbangan rnasa kanak-kanak adalah belajar rnenyesuaikan diri dengan ternan-ternan sebayanya. Bagi ahli psikologi (dalam Hurlock, 1980: 147), akhir rnasa kanak-kanak adalah usia berkelornpok, dirnana perhatian utarna anak tertuju pada keinginan untuk diterirna oleh ternan-ternan

3 sebayanya sebagai anggota kelompok, khususnya kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Hal ini yang membuat anak ingin menyesuaikan diri dengan standart yang disetujui kelompok, baik dalam penampilan, berbicara, dan perilaku. Selanjutnya ahli psikologi menyebut periode ini sebagai usia penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan pembentukan pola-pola aktivitas dan sikapsikap yang lain sesuai dengan keadaan yang baru (Gunarsa & Gunarsa, 2004: 105). Penyesuaian diri ini memiliki arti yang penting, sebab jika seorang anak memiliki penyesuaian diri yang baik maka ia akan lebih mandiri, lebih mudah diterima oleh ternan sebayanya, serta lebih besar kemungkinan untuk mengerjakan sesuatu sesum kemampuannya dibandingkan dengan anak yang penyesuman dirinya buruk. Oleh karena itu, kemampuan penyesuatan diri seorang anak merupakan faktor yang penting untuk melalui dan menguasai tugas -tugas perkembangan pada masa kanak-kanak dan proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri ini harus diperhatikan sejak awal masa kanak-kanak karena penyesuaian diri tersebut akan menuju pada kesehatan mental dimana individu dapat memecahkan masalahnya dengan cara realistik, menerima dengan baik sesuatu yang tidak dapat di elakkan, mengerti dan menerima kekurangan yang ada pada dirinya dan kekurangan orang lain yang bekerja dengannya. Menurut Gunarsa (2004: 11), awal masa kanak-kanak juga dapat disebut sebagai masa prasekolah sehingga anak juga memiliki tugas perkembangan dalam menyesuaikan diri di sekolah. Berkaitan dengan penyesuaian diri di sekolah, anak

4 akan belajar rnenyesuaikan diri dengan segala sesuatu yang ada di sekolah, salah satunya adalah rnenyesuaikan diri dengan ternan sebayanya. Selarna awal rnasa kanak-kanak, anak juga rnerniliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara (Hurlock, 1980: 112). Hal ini disebabkan karena belajar berbicara rnerupakan sarana pokok dalam bersosialisasi. Anak-anak yang lebih rnudah berkornunikasi dengan ternan sebaya akan lebih rnerniliki kernudahan dalarn bersosialisasi daripada anak yang kernampuan berkornunikasinya terbatas karena anak yang rnerniliki kernarnpuan berkornunikasi akan lebih rnudah rnelakukan kontak sosial dan lebih rnudah diterirna sebagai anggota kelornpok. Hal ini dapat rnernbantu anak dalarn rnenyesuaikan diri di sekolah karena dengan kernarnpuan anak dalarn berkornunikasi, anak akan lebih rnudah rnenjalin relasi dengan ternan dan juga guru di sekolah. Selain itu, belajar berbicara juga rnerupakan sarana untuk rnernperoleh kernandirian. Jika anak tidak dapat rnengatakan kepada orangtua atau pengasuh bahwa ia ingin rnencoba rnenyisir rarnbut sendiri, orangtua atau pengasuh akan terns rnernbantu karena ia dianggap rnasih terlalu kecil untuk dapat rnelakukannya sendiri. Hal ini dapat rnengharnbat anak untuk rnenjadi percaya diri dan rnandiri sehingga kernauan anak untuk rnelibatkan diri dalarn aktivitas-aktivitas di sekolah rnenjadi lebih kecil dibandingan anak yang kernarnpuan berbicaranya lebih baik serta rnerniliki rasa percaya diri dan rnandiri. Berdasarkan penjelasan tersebut, tarnpak adanya kaitan antara kernarnpuan berbicara dengan penyesuaian diri anak di sekolah karena kernarnpuan berbicara dapat rnernudahkan anak dalarn berkornunikasi dan rnernperoleh kernandirian sehingga anak rnarnpu rnenjalin relasi yang baik dengan

5 ternan dan guru, serta memiliki kemauan untuk melibatkan diri dengan aktivitasaktivitas di sekolah. Hal ini akan membantu anak dalam belajar menyesuaikan diri di sekolah. Selain itu, teori yang baru-baru ini menjelaskan mengenai kemampuan awal menyesuaikan diri di sekolah ( dalam Suprobo, 2004: para. 6) menyatakan bahwa tingkat anak beradaptasi pada tantangan ini dan menj adi nyaman serta berhasil di lingkungan sekolah yang baru, sebagian besar tergantung dari banyaknya dukungan yang mereka terima dari guru, orangtua, dan ternan kelas. Dengan melihat banyaknya kebutuhan anak, semakin banyak pula lembaga atau sekolah-sekolah dini (baby school) yang berdiri dengan berbagai macam kurikulum pendidikan guna menstimulasi perkembangan anak sejak usia dini. Salah satu contoh baby school (toddler) di Surabaya adalah Buah Hati. Di Buah Hati ini terdapat kelas toddler (Wee Joy), playgroup, dan juga taman kanakkanak. Wee Joy merupakan kelas toddler yang terdiri dari anak-anak dengan rentang usia antara 1 sampai 2 tahun. Di Wee Joy, anak beraktivitas bersama guru dengan didampingi oleh orangtua atau pengasuh. Hal ini dapat memenuhi sebagian kebutuhan anak yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri anak di playgroup, yaitu dukungan guru, orangtua, dan ternan kelas. Di Wee Joy anak beraktivitas bersama dengan guru, ternan kelas yaitu anak lain yang juga mengikuti program toddler, dan juga orangtua. Orangtua atau pengasuh juga terlibat langsung dalam setiap aktivitas yang ada, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan mengikuti program Wee Joy anak akan memperoleh

6 dukungan-dukungan dari berbagai sumber yang dibutuhkan bagi setiap anak sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan hasil observasi, anak di kelas Wee Joy diajak beraktivitas bersama, dimana aktivitas-aktivitas tersebut mengarah pada perkembangan motorik anak usia 1 sampai 2 tahun dan juga pengenalan bahasa. Dengan mengajak anak bemyanyi, perbendaharaan kata seorang anak dapat bertambah karena melalui nyanyian anak dapat mendengar berbagai kata-kata bam. Selain itu, anak juga selalu diajak berkomunikasi sehingga anak terdorong untuk belajar berbicara. Dengan kemampuan berbicara, anak akan lebih mudah berkomunikasi dengan ternan sebaya sehingga anak mampu menjalin relasi dengan guru dan teman-temannya. Hal ini dapat dilihat pada saat jam istirahat, anak yang pemah mengikuti kelas Wee Joy tidak diam di kelas melainkan mau beraktivitas bersama dengan ternan dan juga guru pendamping. Sedangkan untuk keterlibatan anak dengan kegiatan di sekolah, dapat terlihat pada saat aktivitas di kelas, dimana anak mau diajak beraktivitas secara berkelompok, seperti melipat kertas menjadi sebuah baju, mau maju ke depan untuk bemyanyi, dll. Sedangkan dari hasil wawancara, wakil kepala sekolah Buah Hati mengatakan bahwa saat pertama kali anak masuk Playgroup Buah Hati, orangtua atau pengasuh diperbolehkan mendampingi anak dan membantu anak supaya dapat berkenalan dan menjalin relasi yang baik dengan guru dan ternan kelasnya. Namun setelah 1 minggu, anak tidak lagi didampingi oleh orangtua atau pengasuh, melainkan oleh guru mereka. Pada saat awal memasuki playgroup tanpa didampingi oleh orangtua atau pengasuh, tampak ada perbedaan antara anak

7 yang sebelumnya telah mengikuti kelas Wee Joy dan tidak. Anak-anak yang telah mengikuti kelas Wee Joy tampak lebih mudah menjalin relasi dengan guru dan ternan kelas mereka, seperti bermain bersama saat istirahat, serta mampu melibatkan diri dengan aktivitas di kelas. Hal ini menunjukkan adanya kemauan anak dalam melibatkan diri dengan kegiatan di sekolah serta kemampuan anak dalam menjalin relasi dengan ternan dan guru. Selain itu, mereka juga lebih mudah mengikuti rutinitas yang ada di sekolah karena saat di Wee Joy, anak mulai dilatih untuk melakukan aktivitas-aktivitas pokok, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, berdoa sebelum makan, serta berdoa sebelum dan sesudah kegiatan sekolah. Sebaliknya, anak-anak yang sebelumnya tidak mengikuti kelas Wee Joy tampak takut dan menangis saat tidak lagi didampingi oleh orangtua atau pengasuh. Mereka tidak mudah menjalin relasi dengan ternan dan guru pendamping sehingga guru perlu melakukan pendekatan yang lebih. Selain itu, mereka juga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat mengikuti rutinitas di sekolah karena mereka belum pemah mendapatkan aktivitas yang sama dengan anak-anak yang telah mengikuti kelas Wee Joy. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, peneliti melihat bahwa kelas Wee Joy merupakan sekolah dini bagi anak usia 1 sampai 2 tahun dengan sistem pendidikan yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Dengan demikian anak berkesempatan mengembangkan kemampuannya, sehingga mempermudah penyesuaian diri anak saat masuk ke playgroup. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti hubungan antara status keikutsertaan anak di kelas toddler dengan penyesuaian diri anak saat di playgroup.

8 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang hendak peneliti ajukan adalah: "Apakah ada hubungan antara status keikutsertaan anak di kelas toddler dengan penyesuaian diri anak di playgroup?" 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara status keikutsertaan anak di kelas toddler dengan penyesuaian diri anak di playgroup. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan di bidang Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai kekayaan dalam referensi dalam kaitannya dengan teori penyesuaian diri anak usia dini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru (Sekolah) Bila hipotesis penelitian ini diterima, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru atau pihak sekolah untuk mempertahankan suasana serta berbagai aktivitas yang dapat

9 memberi dukungan-dukungan yang dibutuhkan oleh anak untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyesuaikan diri di playgroup dan tetap mempertimbangkan kebutuhan anak dalam memenuhi tugastugas sesuai dengan tahap perkembangan anak pada saat merancang program pembelajaran. b. Bagi Orangtua Bila hipotesis penelitian ini diterima, maka orangtua diharapkan dapat mempertimbangkan kebutuhan anak dalam memilih sekolah yang tepat bagi anak usia dini, yaitu yang memiliki program atau aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada tugas-tugas perkembangan anak.