1.2 MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan. Peta lokasi daerah penelitian yang berada di Cekungan Jawa Timur bagian barat (Satyana, 2005). Lokasi daerah penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan minyak baru di Indonesia diyakini masih tinggi walaupun semakin sulit

BAB IV GEOKIMIA PETROLEUM

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kebutuhan energi terutama energi fosil yang semakin

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel...

Bab IV Hasil Analisis dan Diskusi

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya memiliki status plug and abandon, satu sumur menunggu

BAB I PENDAHULUAN. Zona Kendeng memiliki sistem minyak dan gas bumi yang masih terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah Cekungan Kutai. Cekungan Kutai dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian barat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Penentuan Total Organic Carbon ( TOC ) dengan Metode DlogR dan Multivariate Regression pada Brown Shale

BAB IV ESTIMASI SUMBER DAYA HIDROKARBON PADA FORMASI PARIGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II Kerogen II Kematangan II.2.2 Basin Modeling (Pemodelan Cekungan) II.3 Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN...

BAB I PENDAHULUAN. tempat terbentuk dan terakumulasinya hidrokarbon, dimulai dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan eksplorasi migas untuk mengetahui potensi sumber daya

BAB IV PROSPECT GENERATION PADA INTERVAL MAIN, DAERAH OSRAM

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia. Ini terbukti dengan semakin meningkatnya angka konsumsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.2 Latar Belakang, Tujuan dan Daerah Penelitian

PENELITIAN BATUAN INDUK (SOURCE ROCK) HIDROKARBON DI DAERAH BOGOR, JAWA BARAT

Geokimia Minyak & Gas Bumi

KARAKTERISASI DAN KORELASI GEOKIMIA BATUAN INDUK DAN MINYAK DI BLOK JABUNG, SUB-CEKUNGAN JAMBI, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Persebaran Total Organic Carbon (TOC) pada Lapangan X Formasi Talang Akar Cekungan Sumatera Selatan menggunakan Atribut Impedansi Akustik

FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Pemodelan geologi atau lebih dikenal dengan nama geomodeling adalah peta

PREDIKSI TOTAL ORGANIC CARBON (TOC) MENGGUNAKAN REGRESI MULTILINEAR DENGAN PENDEKATAN DATA WELL LOG

Bab III Interpretasi Data Geokimia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

STUDI GEOKIMIA DAN PEMODELAN KEMATANGAN BATUAN INDUK FORMASI TALANGAKAR PADA BLOK TUNGKAL, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. di Sulawesi Tenggara. Formasi ini diendapkan selama Trias-Jura (Rusmana dkk.,

PEMODELAN KEMATANGAN HIDROKARBON DAERAH KOTABUMI, KABUPATEN LAMPUNG UTARA, PROPINSI LAMPUNG

UNIVERSITAS DIPONEGORO STUDI FAMILI MINYAK DI LAPANGAN EDELWEISS DAN CRISAN SERTA KORELASI TERHADAP KEMUNGKINAN BATUAN INDUK, CEKUNGAN JAWA TIMUR

Minyak dan gas bumi merupakan sumber energi yang. tidak dapat diperbaharui. Kebutuhan minyak bumi tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya (International Energy Agency, 2004). Menurut laporan dari British

BAB III GEOLOGI UMUM 3.1 TINJAUAN UMUM

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH WINDESI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TELUK WONDAMA, PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Oleh : Ahmad Helman Hamdani NIP

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi permintaan akan energi yang terus meningkat, maka

Potensi Batuan Induk Hidrokarbon Serpih Gumai Di Talang Padang, Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung

KANDUNGAN MATERIAL ORGANIK DAN SIFAT GEOKIMIA BATULEMPUNG PALEOGEN DAN NEOGEN DI CEKUNGAN SERAYU: Suatu Analisis Potensi Batuan Induk Hidrokarbon

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Oil Sumatera Inc. Secara administratif blok tersebut masuk ke dalam wilayah

GENESIS DAN KARAKTERISASI GEOKIMIA DI LAPANGAN SUBAN, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN TESIS MAGISTER OLEH MOHAMMAD KUSUMA UTAMA NIM:

Bab II Kerangka Geologi

Geokimia Organik 5. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi - Pembentukan Minyak Bumi - Pentingnya Waktu dan Suhu dalam Pembentukan Minyak Bumi

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

EVALUASI BATUAN INDUK SAMPLE BATUAN SEDIMEN FORMASI TALANG AKAR DI DAERAH LENGKITI, OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN

Potensi Batuan Induk Batu Serpih dan Batu Lempung di Daerah Watukumpul Pemalang Jawa Tengah

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISIS GEOKIMIA HIDROKARBON DAN ESTIMASI PERHITUNGAN VOLUME HIDROKARBON PADA BATUAN INDUK AKTIF, CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori

BAB II KERANGKA GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA UTARA

Qi Adlan Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

MEMFOKUSKAN TARGET EKSPLORASI MIGAS DI KAWASAN TIMUR INDONESIA. Rakhmat Fakhruddin, Suyono dan Tim Assesmen Geosains Migas

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Eksplorasi hidrokarbon memerlukan analisis geomekanika untuk. menghindari berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan sumur

Prediksi Log TOC dan S2 dengan Menggunakan Teknik Log Resistivity

ANALISIS GEOKIMIA HIDROKARBON LAPANGAN X CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. usia produksi hidrokarbon dari lapangan-lapangannya. Untuk itulah, sebagai tinjauan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI BAGIAN BAWAH, DAERAH BALIKPAPAN DAN SEKITARNYA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Salah satu reservoir utama di beberapa lapangan minyak dan gas di. Cekungan Sumatra Selatan berasal dari batuan metamorf, metasedimen, atau beku

KARAKTERISTIK CONTO BATUAN SERPIH MINYAK FORMASI SANGKAREWANG, DI DAERAH SAWAHLUNTO - SUMATERA BARAT, BERDASARKAN GEOKIMIA ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. fosil, dimana reservoir-reservoir gas konvensional mulai mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi

PERHITUNGAN VOLUME HIDROKARBON BERDASARKAN DATA GEOKIMIA PADA LAPISAN SERPIH FORMASI SINAMAR, SUMATRA. M.H. Hermiyanto Zajuli

BAB I PENDAHULUAN. Kerogen tipe III. - H/C < 1,0 dan O/C > 0,3 - Menghasikan minyak. Kerogen tipe IV

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hidrokarbon masih menjadi sumber energi utama di dunia yang digunakan baik di industri maupun di masyarakat. Bertolak belakang dengan meningkatnya permintaan, hidrokarbon semakin sulit ditemukan, dihitung dan diproduksi. Masalah ini adalah suatu tantangan untuk perusahaan minyak dan gas bumi untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi. Menurut Bishop (2001), Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan yang terbentuk oleh kegiatan tektonik yang merupakan salah satu lokasi eksplorasi minyak dan gas bumi yang potensial untuk dikembangkan. Peluang untuk meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi, khususnya di Cekungan Sumatra Selatan, harus didukung oleh penelitian mendalam yang terdiri dari penelitian geologi, geofisika dan geokimia untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Penelitian geokimia telah banyak dilakukan guna meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi. Mulai dari penelitian tentang komposisi kimia minyak bumi hingga korelasi antar minyak bumi atau antara minyak bumi dan batuan induk. Penelitian ini dilakukan menggunakan biomarker pada minyak bumi yang merupakan fosil molekul yang tidak mudah hilang pada minyak bumi. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.2.1 MAKSUD a. Melakukan penentuan komposisi kimia sampel minyak bumi berdasarkan data geokimia sampel minyak bumi. b. Melakukan penentuan derajat kematangan dari batuan induk berdasarkan data geokimia sampel minyak bumi. 1

c. Melakukan penentuan lingkungan pengendapan batuan induk yang memproduksi sampel minyak bumi berdasarkan data geokimia sampel minyak bumi. d. Melakukan korelasi sampel satu dengan yang lain pada sumur Dita-1 berdasarkan data geokimia sampel minyak bumi. 1.2.2 TUJUAN a. Mengetahui komposisi kimia sampel minyak bumi pada sumur Dita- 1. b. Mengetahui derajat kematangan dari batuan induk yang memproduksi sampel minyak bumi pada sumur Dita-1. c. Mengetahui lingkungan pengendapan dari batuan induk yang memproduksi sampel minyak bumi pada sumur Dita-1. d. Mengetahui hubungan antara minyak bumi dari korelasi sampel satu dengan yang lain pada sumur Dita-1. 1.3 IDENTIFIKASI MASALAH Untuk mengkorelasikan sampel minyak bumi yang satu dengan sampel minyak bumi yang lain, maka harus diketahui beberapa parameter yang membantu dalam mengkorelasikan sampel minyak bumi yang satu dan yang lain. Parameter itu antara lain adalah lingkungan pengendapan dan derajat kematangan. Jika parameter lingkungan pengendapan dan derajat kematangan berkorelasi antara sampel minyak bumi yang satu dengan yang lain, maka dapat dikatakan sampel minyak bumi berasal dari batuan induk yang sama. Berdasarkan hal tersebut, maka identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apa sajakah komposisi kimia sampel minyak bumi pada lokasi penelitian? b. Apakah sampel-sampel pada lokasi penelitian sudah masuk dalam fase kematangan? 2

c. Dimana lingkungan pengendapan dari batuan induk yang memproduksi sampel minyak bumi pada lokasi penelitian? d. Bagaimana hasil korelasi sampel yang satu dengan yang lain? 1.4 PEMBATASAN MASALAH a. Penentuan lingkungan pengendapan sampel Reservoir 5 (906 909m), Reservoir 4 (1206 1210m), dan Reservoir 2 (1479 1482m). b. Penentuan derajat kematangan sampel Reservoir 5 (906 909m), Reservoir 4 (1206 1210m), dan Reservoir 2 (1479 1482m). c. Korelasi geokimia antara sampel sampel Reservoir 5 (906 909m), Reservoir 4 (1206 1210m), dan Reservoir 2 (1479 1482m). 1.5 WAKTU DAN DAERAH PENELITIAN Penelitian dilaksanakan selama dua bulan, mulai tanggal 18 Juli 2016 hingga 18 September 2016 di PT Geoservices Ltd. Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir di PT. Geoservices Ltd. No Kegiatan Juli 2016 Agustus 2016 September 2016 3 4 1 2 3 4 1 2 1 Studi Literatur 2 Akuisisi Data 3 Analisis Data 4 Interpretasi Data 5 Evaluasi dan Pembuatan Laporan 6 Konsultasi Lokasi penelitian berada di Formasi Gumai, Formasi Baturaja, dan Formasi Talangakar pada Cekungan Sumatra Selatan (Gambar 1.1). Data yang 3

digunakan adalah data 3 sampel minyak bumi dari 3 reservoir berbeda pada sumur pemboran yang sama. Ketiga reservoir itu adalah Reservoir 5 (906 909m), Reservoir 4 (1206 1210m), dan Reservoir 2 (1479 1482m). Gambar 1.1 Lokasi Penelitian Tugas Akhir di Cekungan Sumatra Selatan (Bishop, 2001). 1.6 PENELITI TERDAHULU 1. Kasim, S. A. dan Armstrong, J. 2015. Oil-oil Correlation of The South Sumatra Basin Reservoirs. Penelitian ini membahas tentang korelasi minyak ke minyak dari reservoir pada Cekungan Sumatra Selatan. Penelitian ini membandingkan empat kelompok minyak yang memiliki karakter yang 4

berbeda yaitu minyak bumi yang berasal dari laut atau lakustrin, minyak bumi yang berasal dari lingkungan pengendapan darat, minyak bumi yang berasal dari lingkungan pengendapan lakustrin dan minyak bumi yang terbiodegradasi. 2. Wenger, M.L., Davis, L.C., dan Isaksen, H.G. 2002. Multiple Controls on Petroleum Biodegradation and Impact on Oil Quality. Penelitian ini membahas tentang minyak bumi yang terbiodegradasi. Pada penelitian ini disebutkan bahwa biodegradasi dapat disebabkan oleh bercampurnya minyak bumi dan air atau minyak bumi yang berada di reservoir yang lebih dangkal dan memiliki temperatur yang lebih rendah. 3. Setyawan, R, Nugroho, H, Krisna, W, dan Teguh S, Beiruny S, 2011, Korelasi Geokimia Antara Minyak bumi dengan Batuan Induk Melalui Karakter Biomarker di Lapangan Namib, Mohave, Gobi dan Kalahari, Cekungan Sumatra Selatan S. N. K. F. S. Penelitian ini membahas tentang korelasi geokimia antara minyakbumi dan batuan induk pada Cekungan Jambi. Batuan reservoir pada penelitian adalah batupasir Formasi Talangakar dan Formasi Air Benakat serta basement obyektif baru sebagai eksplorasi. Penelitian ini menggunakan data 15 sumur pada 3 lapangan yang berbeda. Sampel batuan induk dari Sahara-2 memiliki oil window pada Formasi Talangakar Atas (7550ft) dengan Ro 0,73 yang menghasilkan kerogen tipe II dan gas window pada Formasi Talangakar Bawah (9160ft) dengan Ro 1,13 yang menghasilkan kerogen tipe III. Lingkungan pengendapan dari daerah penelitian adalah lingkungan transisi pada kondisi oksik dengan material organik tumbuhan darat dan alga laut. Berdasarkan korelasi minyak-minyak dan minyak-batuan induk, minyak bumi dan batuan induk pada daerah penelitian memiliki karakteristik yang sama yaitu memiliki lingkungan pengendapan transisi dan material asal darat. 4. Aditya, D.A., 2014, Kualitas Geokimia batuan Induk Hidrokarbon, Sumur X dan Sumur Y, Formasi Brownshale Kelompok Pematang, Cekungan 5

Sumatra Tengah. Pada penelitian ini diketahui bahwa Sumur X Formasi Brownshale memilik TOC antara 1,76-7,02%, nilai PY antara 6,68 37,18 kg/ton batuan, nilai HI mencapai 639 mg HC/g TOC yang mengidikasikan bahwa Sumur X menunjukkan kategori kekayaan material organik menengah hingga tinggi dengan kerogen termasuk tipe II-I dan termasuk dalam oil prone dengan indentifikasi nilai vitrinite reflectance tergolong barren atau miskin, namun memiliki nilai Tmaks 429 443 o C dan menunjukkan tingkat kematangan termal yang masih tergolong early mature. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa Sumur Y Formasi Brownshale memilik TOC antara 0,74 5,60%, nilai PY antara 2,91 39,55 kg/ton batuan, nilai HI mencapai 540 mg HC/g TOC yang mengidikasikan bahwa Sumur Y menunjukkan kategori kekayaan material organik menengah hingga tinggi dengan kerogen termasuk tipe II-III dan termasuk dalam oil prone dengan indentifikasi nilai vitrinite reflectance 0,54 0,73%, namun memiliki nilai Tmaks 433 447 o C dan menunjukkan tingkat kematangan termal yang masih tergolong mature. 5. Novrian, B., 2016, Studi Karakteristik Minyak Bumi Batuan Induk Berdasarkan Data Geokimia Biomarker dan Isotop Karbon Stabil pada Sumur Bayan-2, Cekungan Jawa Timur Utara, Jawa Timur. Penelitian ini membahas tentang korelasi antara sampel minyakbumi dan batuan induk pada sumur Bayan-2. Pada penelitian ini diketahui bahwa sampel batuan induk pada kedalaman 3206 3208m memiliki lingkungan pengendapan transisi atau campuran dengan material organik yang berasal dari darat dan laut. Sampel minyak bumi DST-1 dan DST-3 memiliki lingkungan pengendapan darat dengan material organik yang berasal dari tumbuhan tingkat tinggi. Dengan demikian, sampel batuan induk dan minyak bumi memiliki korelasi yang negatif. Batuan induk dan minyak bumi tidak berasal dari material organik dan lingkungan pengendapan yang sama. 6