BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI IATA MEMBERIKAN SERTIFIKAT IOSA TERHADAP GARUDA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang disebut dengan istilah Official schedule adalah schedule. penerbangan yang dihasilkan oleh operations center system dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-negara di dunia semakin mudah. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara

Kuesioner Efektivitas Pelatihan Initial New Hire. pada Awak Kabin Garuda Indonesia Airlines

2 Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tenta

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG

III ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 707 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menyebar luas di berbagai aspek kehidupan manusia. akurat, sehingga membuat organisasi memiliki keunggulan kompetitif.

BAB 5 SIMPULAN & SARAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN TRANSPORTASI UDARA BAGI JEMAAH HAJI REGULER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri penerbangan di Indonesia kian kompetitif seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dengan meningkatnya ketersediaan maskapai penerbangan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat dalam berbagai bidang, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 072 TAHUN 2018 TENTANG

PERANCANGAN ULANG IDENTITAS VISUAL MERPATI NUSANTARA AIRLINES TUGAS AKHIR. Oleh. Nama : Angela Leony NIM : Kelas : 08 PCU

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Universitas Bina Nusantara

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

Lampiran 1. Perancangan Sistem Manajemen Mutu. Pada PT. Garuda Indonesia. Pedoman Mutu. Sistem Manajemen Mutu Perusahaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Indikator yang dihasilkan adalah 19 variabel seperti yang dapat dilihat pada tabel

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama

Nilai Transaksi* Jml. Transaksi** Harga Terakhir Kapitalisasi Pasar***

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. 1. Pengembangan layanan yang dilakukan di dalam implementasi strategi

STRATEGI PENGGUNAAN JENIS PESAWAT DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. gegap gempita. Peta dunia industri penerbangan dalam negeri pun berubah.

FRACTIONAL AIRCRAFT OWNERSHIP

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 546 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peduli pada kualitas produk dan layanan.

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.


PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 50 / III / 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

C. Klasifikasi Ruang Udara dan Struktur Rute. D. Perencanaan Terbang/Flight Plans.

KRITERIA, TUGAS DAN WEWENANG INSPEKTUR PENERBANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis..

BAB III METODOLOGI. 3.1 Integrated Operation Control System. Gambar 3.1 IOCS yang di implementasikan di Garuda Indonesia

BAB V PENUTUP. melihat pengaruh pengaruh dari airlines service quality dan service recovery

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Perkembangan PT Indonesia Air Transport Tbk.

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

Integrasi Sistem Manajemen. Ihda Taftazani

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC)

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. sejarah PT Garuda Indonesia sebagai induk dari SBU Citilink. Sebagai national

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dipungkiri lagi bahwa kebutuhan kita akan berbagai informasi menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat meningkatkan kemampulabaannya. Strategi bersaing suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya blind spot pada lokasi. pesawat dengan pengawas lalu lintas udara di darat.

BAB II URAIAN TEORITIS. Reservasi adalah sebuah proses perjanjian berupa pemesanan sebuah

PUBLIC TRAINING SCHEDULE 2016

BAB I PENDAHULUAN. meraih keuntungan (profit). Dan keuntungan itu akan dapat diraih apabila perusahaan tersebut

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada.

2013, No LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 Tahun 2013 TANGGAL 19 November 2013

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

BAB I. PENDAHULUAN. Industri penerbangan merupakan salah satu industri high profile karena

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana

PEMILIHAN TIPE PESAWAT TERBANG UNTUK RUTE YOGYAKARTA JAKARTA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.

ANALISIS TERJADINYA APU AUTO SHUTDOWN Di PESAWAT AIRBUS A

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

Operation In Action. Centralized Flight Dispatch (CFD)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak penemuan roda sampai dengan penerbangan pesawat ulang-alik, daya tarikdan

BAB I PENDAHULUAN. The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

KEBUTUHAN FREKUENSI PENERBANGAN RUTE JAKARTA JOGYAKARTA JAKARTA PT INDONESIA AIR ASIA

Di era 2000-an itulah menjadi sasaran empuk

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

EMERGENCY RESPONSE PLAN GARUDA INDONESIA

SCHEDULE TRAINING 2016

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

1.3 Pedoman ini harus digunakan terutama oleh kapal master, operator dan pemilik untuk mengembangkan SEEMP tersebut.

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa

Menjadi Institusi yang Excellent

Transkripsi:

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI IATA MEMBERIKAN SERTIFIKAT IOSA TERHADAP GARUDA INDONESIA Pada bab empat ini menulis akan membahas tentang Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi IATA memberikan Sertifikat IOSA terhadap Garuda Indonesia. IATA sebagai salah satu badan Internasional atau Organisasi Internasional, bisa dikatakan berhasil dalam menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik dan benar. Dalam ini IATA yang sudah dikatakan berhasil dalam menjalankan semua fungsinya, terutama dalam fungsi pengawasan yang IATA terapakan pada semua anggotaanggotanya yakni maskapai-maskapai penerbangan yang tergabung. Hal ini IATA terapkan terhadap maskapai unggulan Indonesia yakni Garuda Indonesia, menerapan yang di lakukan IATA salah satunya adalah tentang pengauditan yang dilakukan terhadap suatu maskapai dengan proses yang begitu panjang, sehingga dengan demikian maskapai yang memenuhi syarat dan standart yang di berikan oleh IATA akan mendapat sertifikat IOSA, yang artinya suatu masakapai akan dianggap mempunyai standar yang bagus sesuai standar yang ada di IATA, jika sudah menjadi IOSA Airlines. A. Garuda Indonesia Tahun 2008 Pada tahun 2008 Garuda Indonesia, berada pada titik atau tahap Turnaround, di atas landasan yang kokoh yang telah terbangun sejak beberapa tahun yang lalu. Di 67

tahun 2008 ini Garuda Indonesia akan melakukan transformasi yang nantinya juga akan berlanjut pada upaya-upaya dari Garuda Indonesia dalam meningkatkan sistem keselamatan penerbangan, kualitas yang di berikan terhadap penumpang atau pengguna jasa dari maskapai tersebut, serta juga adanya peremajaan dari armada, yang nantinya akan membuka cakrawala yang lebih luas dengan berbagi peluang dan pertumbuhan dari Garuda Indonesia. 76 Pada tahapan ini Garuda Indonesia, mengaharuskan adanya pembangunan keseluruhan dalam organisasi dan manajemen, hal ini di bangun kembali dengan tujuan, agar tercipatanya organisasi yang efektif serta mempunyai fokus yakni pada restrukturisasi hutang, peningkatan aspek produk dan pelayanan serta persiapanpersiapan menuju privatisasi melalui penawaran perdana di pasar modal (IPO) sehingga perusahaan Garuda Indonesia bisa dapat berkembang dan maju yakni bisa di sejajarkan dengan perusahaan-perusahaan penerbangan Internasional lainnya. 77 Tahun 2008 berhasil Garuda Indonesia tutup dengan pertumbuhan laba bersih konsolidasi yang sangat baik dari Rp. 60,18 Miliar di tahun 2007 menjadi Rp. 669,47 Miliar di tahun 2008 ini. Adapun beberapa indikator yang mengalami peningkatan tercermin dari berbagai prestasi dan penghargaan-penghargaan yang didapat oleh Garuda Indonesia. Pencapaian yang paling tinggi dan penting dari Garuda Indonesia adalah keberhasilan Garuda Indonesia dalam mendapatkan sertifikat keselamatan 76 Garuda Indonesia, Annual Report Tahun 2008 : Hal 01 https://www.garuda-indonesia.com/iwovresources/pdf/annual-report/ar-ga-2008.pdf, diakses tanggal 07 Maret 17, 17 : 05 WIB 77 ibid., 21 68

penerbangan IOSA (IATA Opertional Safety Audit ) dari IATA dimana artinya maskapai Garuda Indonesia sudah memenuhi standar internasional yang sudah ditetapkan oleh IATA, dimana hal ini membawa Garuda Indonesia menjadi satusatunya maskapai yang ada di Indonesia yang mendapat pengakuan dunia Internasional bahwa Garuda Indonesia sudah layak disejajarkan dengan maskapaimaskapai besar lainnya yang ada di dunia. 78 B. Meningkatkan Sistem Keselamatan dan Aspek Operasional Lainnya Dengan semangat Turnround yang disini selalu mengedepankan dan memprioritaskan sistem keselamatan dan kehandalan yang merupakan sebagai salah satu prioritas utama, dalam perjalanannya di tahun 2008, Garuda Indonesia telah berhasil mencapai Milestone menjadi salah satu maskapai terkemuka di kancah internasional dengan memperoleh sertifikat IOSA dan masuk menjadi perusahaan penerbangan satu-satunya di Indonesia yang telah terdaftar sebagai IOSA Airlines pada 14 Mei 2008. IOSA merupakan sertifikat terhadap keselamatan dan keamanan dunia penerbangan yang telah terakreditasi secara Internasional dengan menganalisa delapan aspek operasional organisasi & manajemen (organization & management), operasional penerbangan (flight operations), sistem kontrol penerbangan & keberangkatan pesawat (operational control & flight dispatch), penanganan pesawat di darat (ground handling), sistem perawatan & enginering pesawat (maintenance), 78 ibid., 31 69

awak pesawat (cabin operations), penanganan operasional kargo (cargo operations), dan keamanan operasional penerbangan (aviation security), delapan aspek tersebut mencakup 900 standar operasional penerbangan. dan Garuda Indonesia merupakan satu-satunya maskapai yang telah memenuhi standar dari IOSA, standar yang begitu sangat ketat. Garuda Indonesia mempersiapkan segalanya hingga akhirnya Garuda mendapat hasil yang begitu memuaskan sejak tahun 2004, dengan pelbagai programprogram yang Garuda Indonesia jalankan yakni memperkenalkan IOSA, meningkatkan kinerja Safety Internal Audit, IOSA Gap Analysis Audit, menunjukkan lembaga audit, IOSA Preparation Audit, IOSA Certification Audit pada september 2006, serta menyelesaikan segala temuan audit sehingga secara resmi Garuda Indonesia terdaftar sebagai IOSA Operator pada 14 Mei 2004. 79 Penyerahan sertifikat IOSA dilaksakan pada saat Annual General Meeting yang ke-64 pada saat itu bertempat di Istanbul, Turki pada tanggal 1-3 Juni 2008. Keberhasilan mempunyai banyak dampak baik untuk Garuda Indonesia sebabnya beberapa maskapai-maskapai dunia telah merancang dan merencanakan untuk membuka kembali kerjasama operasional (code share) dengan Garuda Indonesia, karena maskapai-maskapai dunia lainnya telah menganggap bahwa Garuda Indonesia 79 ibid., 78 70

mempunyai level yang sama dengan masuknya Garuda Indonesia sebagai IOSA Airlines dan memegang sertifikat IOSA. 80 Mendapatkan sertifikat IOSA merupakan pembuktian dan komitmen perusahaan terhadap aspek keamanan dan keselamatan. Sejak dulu aspek Safety merukan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam budaya sebuah perusahaan. Garuda Indonesia selalu melakukan penyempurnaan manajemen keselamatan dan kemanan dengan adanya perbaikan-perbaikan pada Safety Managemen System dan Security Management System serta adanya pembaruan-pembaruan pada Mandatory Company Operations. Aspek Safety di Garuda indonesia di kelola oleh Aviation Safety dan Securty Department secara keseluruhan, dan kemampuan Safety Speacialist yang dimiliki oleh perusahaan secara terus menerus ditingkatkan melalui berbagai program dan pengembangan. Selain itu, diadakan Safety Recurrent Training yang telah diikuti oleh 1.200 awak kabin yakni dalam rangka membangkitkan kesadaran terhadap aspek Safety dan kemudian dengan demikian akan ikut bersumbangsi dalam penurunan Incident Rate yang disebabkan oleh awak kabin itu sendiri. Sepanjang tahun 2008, Incident yang di sebabkan oleh awak kabin sebesar 0,01/1.000 Departure, dimana angka tersebut jauh sekali di bawah target 0,09/1.000 Departure.sudah sangat jelas 80 Fanny Octavianus, Sertifikat IOSA, http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1212488241/sertifikatiosa, diakses tanggal 08 Maret 17, pukul 14:43 WIB 71

bisa kita lihat bahwa aspek safety pada jajaran awak kabin mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. 81 Gambar 4. 1 Incident Rate Sumber : Garuda Indonesia, Annual Report Tahun 2008 Ditambah lagi dari tahun 2005, perusahaan telah mencanangkan sistem Opertional Hazard Report (OHR) hal ini dalam menyusun langkahnya untuk mengurangi Incident dan atau Serious Incident agar tidak lagi terjadi kecalakaankecelakaan (Zero Accident). Pada tahun 2008, laporan dari OHR berjumlah 773 buah, yang menindikasikan bahwa budaya pelaporan dalam hal Safety dan Security telah jauh berkembang. Hal tersebut tercemin adanya penurunan pada Incident rate pada tahun 2008. Pencapaian Incident rate pada tahun 2008, adalah merupakan yang 81 Indonesia, Op. Cit., 79-80 72

terkecil di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yang artiya kualitas safety dan security dari Garuda indonesia masih belum mempuni. a. Upaya-upaya Garuda Indonesia dalam menanggulangi terjadinya insiden Upaya-upaya Garuda Indonesia dalam menanggulangi dan pencegahan terjadinya insiden-insiden serta peristiwa-peristiwa seperti terjadinya kecelakaankecelakaan dengan menemukenali hazard untuk kemudian di analisa dan di terapkan upaya perbaikan-perbaikan terhadap sistem dan prosedur maupun terhadap kompetensi sumber daya manusianya. Berdasarkan data tahun 2002 hingga tahun 2008 telah terjadi tren penurunan incident rate. 82 1) Realisasi Program Kerja Operasi Program kerja yang dilakukan oleh Direktorat selama tahun 2008 adalah : a) Adanya peningkatan Safety Management System, Security Management, ERP dan Environmental friendly. Finalisasi Environment Program Manual dan telah menyelesaikan audit untuk empat stasiun domestik. 83 b) Adanya peningkatan manajemen operasional dari Garuda Indonesia, kinerja cockpit, IOSA compliane, Responsibility Evaluation, Rivew Sispro, 82 Indonesia, Op. Cit., 79-80 83 Indonesia, Op. Cit., 80 73

Optimalisasi Ground staff dan pengembangan kualitas dari sumber daya manusia. c) Implementasi IOCS dengan adanya peningkatkan Operational Communication Network, Sentralisasi flight plan, Digitalisasi manual operasional, centralized flight plan yang telah melaksanakan untuk 21 stasiun domestik dan Operations manual Status yang sudah di umumkan dan di publikasikan. d) IT based for training record dan recurrent. e) Memperbaiki Operation Monotoring dan Control menggunakan IOCS yaitu dengan adanya pemantauan penyebab keterlambatan Karena airport facilities, teknik dan Flight Operations (flops) dan menjalankan perbaikan OTP. f) Program perbaikan OTP, berkoordianasi dengan semua pihak yang terlibat untuk menurukan keterlambatan di sebabkan karena flight operations. g) Efesiensi pengolaan bahan bakar serta penghematan bahan bakar yaitu dengan diadakannya analisa terhadap fuel usage dan fuel costs dan juga menjalankan economical tinkering, redispact, optimum center of gravity, optimalisasi penggunakan GPU dan penurunan high comsumption engine. 74

h) Meningkatkan kinerja dari Flight Attendant dan melaksakan safety recurrent training dan penyempurnaan modul pelatihan untuk seluruh awak kabin i) Implementasi standar kerja dari Flight Attendant dengan melaksanakan program Coaching dan Counseling untuk awak kabin dan pemantauan terhadap komplain-komplain dari para pengguna jasa. j) Implementasi Fly Hi untuk Flight Attendant dengan adanya penandatanganan Code of Conduct oleh awak kabin. k) Program pengembangan Personil Safety, penyertaan personil dalam pelatihan Flight Operations Safety Oversight ICAO dan forum AAPA Security. l) Corporate Quality System dengan adanya pembaharuan atau pengkinian dari Corporate Quality Management System. m) Optimasi dari biaya-biaya Operational dengan adanya perubahan sistem permintaan dan data operational flight plan dari jeppesen ke Garuda Operation control System dengan pembuatan crew rotation pattern (CROPA) yang optimal untuk mengurangi jumlah ekstra crew. n) Efektivitas biaya penerbangan haji dengan adanya pengiriman Give Away kepada Jemaah haji, kontak hotel di Jeddah dan Madinah, Ground 75

handling, dan finalisasi kontrak dengan pihak yang memberikan penyewaan. 84 2) Teknik dan teknologi sistem pendukung, aspek keselamatan dan operasional Program-program yang dilaksanakan oleh Direktorat, ditujukan untuk meningkatkan keselamatan penerbangan serta kenyamanan pesawat. Programprogram tersebut adalah 85 : a) Safety : pengurangan dan pencegahan Technical incident dan Implementasi terhadap Safety Management System (SMS), dalam proses sosialisasi awareness SMS. b) Realibility : Improve Aircraft Realibility dan Implement Manufactures Recomendation telah dilakukan workshop dengan rekomenadasi 13 perbaikan. c) Aircraft Availability : penyempurnaan fungsi maintence control serta integrasi dengan unit pemasaran dan operasi. d) Cabin Comfort : Cabin recondition untuk boeing 737 telah dilaksanakan 11 buah pesawat dan persiapan cabin refurbishment untuk boeing 747-400 dan Airbus A330-300 84 Indonesia, Op. Cit., 81-82 85 Indonesia, Op. Cit., 82 76

e) Maintence Cost : Perbaikan business process cost controlling, pembuatan serta pemantauan Service Level Agreement (SLA) dengan masing-masing maintence provider. f) Organization and People : penyederhanaan organisasi, penyusunan EPP (Employee Performance Plan), pelatihan untuk auditor. Selanjutnya dari sisi pengimplementasian program strategi dan teknologi informasi meliputi 86 : a) Penyelarasan strategi teknologi informasi dengan strategi bisnis, yang saat ini dalam tahap penilaian. b) Implementasi Management Information System, yang saat ini sedang dalam persiapan implementasi. c) Proses pengadaan Implementasi / Upgrade Passenger Reservation System (PSS). 86 Indonesia, Op. Cit., 82 77