PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BANYUANYAR II SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share (TPS). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK termasuk penelitian kualitatif karena data yang dikumpulkan sampai dengan analisis diutamakan pada proses yang dapat diperoleh melalui pengamatan. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 35 siswa terdiri atas 23 lakilaki dan 12 perempuan. Sumber data yang digunakan adalah informan, peristiwa, dan dokumen. Validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber data, triangulasi metode pengumpulan data dan validitas isi. Prosedur penelitian ini dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif komparatif dan analisis kritis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada kondisi awal siswa yang tuntas belajar sebanyak 16 siswa (46%). Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 25 siswa (71%), sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 31 siswa (89%). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dapat diterima. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share (TPS), Hasil Belajar IPS. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Proses pembelajaran yang berkualitas dapat tercipta apabila siswa dan guru berperan aktif di dalamnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, hasil belajar pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II 1 ) Alumni, 2,3 ) Dosen Prodi PGSD FKIP-UNISRI 1
Surakarta sebagian besar masih di bawah batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 68. Faktorfaktor yang menyebabkan hasil belajar IPS kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta rendah antara lain : (1) siswa tidak berani bertanya saat mengalami kesulitan; (2) siswa berbicara dengan teman sebangku selama proses pembelajaran berlangsung; (3) siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran karena siswa hanya mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru. Faktor penting dalam pendidikan adalah hasil belajar, karena hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu pendidikan. Menurut Nana Sudjana (2014:3) hasil belajar hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. IPS sebagai bagian dari pendidikan yang umumnya memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. IPS adalah istilah untuk menamai satu bidang studi/pelajaran, yang mencakup sejumlah ilmu-ilmu sosial yang diorganisir untuk program-program pembelajaran di sekolah-sekolah (Dadang, 2015:16). Pembelajaran IPS diarahkan untuk mencapai tingkat keberhasilan belajar peserta didik, tidak hanya sekedar menyampaikan materi yang harus dihafal oleh siswa. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analitis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam kehidupan yang dinamis. Tujuan IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Etin dan Raharjo, 2012:15). Jadi dapat disimpulkan hasil belajar IPS adalah skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS dengan cara mencari berbagai informasi berupa pengetahuan, perubahan sikap, dan keterampilan. 2
Hasil belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta akan semakin menurun apabila permasalahan tersebut tidak segera diatasi, sehingga untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa diperlukan suatu inovasi yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Suatu inovasi dalam pembelajaran perlu disesuaikan dan bervariasi dengan penerapan model atau strategi yang baru. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share (TPS). Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran secara aktif. Menurut Johnson & Johnson dalam Isjoni (2013:23) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Menurut Miftahul Huda (2015:132) teknik TPS, pertama-tama siswa diminta untuk duduk berpasangan. Guru mengajukan satu pertanyaan kepada mereka. Setiap siswa diminta untuk berfikir sendirisendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangan di sebelahnya untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka berdua. Setelah itu guru meminta setiap kelompok pasangan untuk berbagi, menjelaskan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada siswa-siswa di ruang kelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik TPS adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara aktif untuk berpikir-berpasangan-berbagi, dengan membagi siswa ke dalam kelompokkelompok kecil secara berpasangan dengan tujuan untuk meningkatkan kerja sama dalam diskusi kelompok. Jumanta Hamdayama (2014:203-205) merangkum kelebihan model pembelajaran kooperatif teknik TPS. Kelebihan model pembelajaran kooperatif teknik TPS yaitu: (1) 3
meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; (2) memperbaiki kehadiran; (3) angka putus sekolah berkurang; (4) sikap apatis kurang; (5) penerimaan terhadap individu lebih besar karena semua siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran; (6) hasil belajar lebih mendalam; (7) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah Meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta tahun ajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama enam bulan yaitu bulan Desember sampai Mei 2016. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 35 siswa, terdiri atas 23 laki-laki dan 12 perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. PTK termasuk penelitian kualitatif karena data yang dikumpulkan sampai dengan analisis diutamakan pada proses yang dapat diperoleh melalui pengamatan. Prosedur dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan strategi model siklus. Konsep inti penelitian tindakan kelas yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin dalam Tukiran Taniredja, Irma Pujiati, dan Nyata (2009:23), bahwa dalam satu siklus terdiri empat langkah, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini, menggunakan teknik, diantaranya; observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. HASIL PENELITIAN Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi awal pada kelas V terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPS 4
yaitu selama proses pembelajaran berlangsung guru masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Guru jarang sekali membentuk kelompok diskusi selama pelajaran IPS berlangsung. a. Hasil Observasi Aspek Afektif Kondisi Awal Hasil observasi aspek afektif kondisi awal menunjukkan bahwa siswa yang mencapai indikator sebanyak 16 siswa (46%) dan siswa yang belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sebanyak 19 siswa (54%), sehingga dapat disimpilkan bahwa aktivitas belajar pada aspek afektif kondisi awal dilihat dari aspek kerja keras, disiplin, dan kerjasama masih rendah. b. Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi kondisi awal mengenai aspek psikomotorik yang dinilai pada saat mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan artikulasi yang jelas dan intonasi yang baik, serta menyimpulkan hasil kerja kelompok dengan lancar menunjukkan bahwa dari 35 siswa, yang mencapai indikator keberhasilan sebanyak 16 siswa (46%) dan yang belum mencapai indikator keberhasilan sebanyak 19 siswa (54%). c. Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal Hasil belajar IPS pada kondisi awal, siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 16 siswa (46%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 19 siswa (54%) dengan rata-rata kelas sebesar 64. Hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: 60% 46% 54% 40% 20% 0% 16 siswa 19 siswa Persentase Tuntas Tidak tuntas Siklus I Perencanaan Tindakan Siklus I Tahap perencanaan tindakan siklus I meliputi merancang skenario pembelajaran IPS, menyusun RPP dan menyusun instrumen penelitian berupa seperangkat tes dan lembar observasi. 5
Pelaksanaan Tindakan Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Alokasi waktu masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit. Observasi Siklus I Tahap observasi atau pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi ini menggunakan lembar observasi dalam menilai aspek afektif dan aspek psikomotorik. Pada pertemuan pertama siswa terlihat masih bingung terhadap model pembelajaran kooperatif teknik TPS yang sedang dilaksanakan karena model ini baru diterapkan di kelas. Pengamatan pada pertemuan kedua beberapa siswa yang sebelumnya pasif mulai terlihat aktif. Hasil penelitian siklus I didasarkan pada hasil observasi dan hasil evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil penelitian siklus I dapat disajikan sebagai berikut: a. Kemampuan Afektif Siswa 1) Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus I Pertemuan 1 Hasil observasi aspek afektif pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan siswa yang mencapai indikator sebanyak 22 siswa (63%) dan siswa yang belum mencapai indikator sebanyak 13 siswa (37%), sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar pada aspek afektif pada siklus I pertemuan 1 perlu ditingkatkan lagi pada siklus I pertemuan 2. 2) Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus I Pertemuan 2 Hasil observasi aspek afektif pada siklus I pertemuan 2 tersebut menunjukkan siswa yang mencapai indikator sebanyak 25 siswa (71%) dan siswa yang belum mencapai indikator sebanyak 10 siswa (29%), sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar pada aspek afektif pada siklus I pertemuan 2 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I pertemuan 1. 3) Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus I Hasil observasi aspek afektif pada siklus I menunjukkan siswa yang mencapai indikator sebanyak 25 6
siswa (71%) dan siswa yang belum mencapai indikator sebanyak 10 siswa (29%). b. Kemampuan Psikomotorik Siswa 1) Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siklus I Pertemuan 1 Hasil observasi pada siklus I pertemuan 1 mengenai aspek psikomotorik menunjukkan bahwa dari 35 siswa, yang mencapai indikator sebanyak 22 siswa (63%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 13 siswa (37%). 2) Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siklus I Pertemuan 2 Hasil observasi pada siklus I pertemuan 2 mengenai aspek psikomotorik menunjukkan bahwa dari 35 siswa, yang mencapai indikator sebanyak 25 siswa (71%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 10 siswa (29%). 3) Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siklus I Hasil observasi pada siklus I mengenai aspek psikomotorik menunjukkan bahwa dari 35 siswa, yang mencapai indikator sebanyak 25 siswa (71%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 10 siswa (29%). c. Hasil Belajar Siswa 1) Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1 Hasil belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 pada siklus I pertemuan 1 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 22 siswa (63%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 13 siswa (37%) dengan rata-rata kelas sebesar 73. 2) Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2 Hasil belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 pada siklus I pertemuan 2 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 25 siswa (71%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa 7
(29%) dengan rata-rata kelas sebesar 74. 3) Hasil Belajar Siswa Siklus I Hasil belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 pada siklus I, siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 25 siswa (71%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa (29%) dengan rata-rata kelas sebesar 73. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS siklus I dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi siswa pada siklus I, belum menunjukkan pencapaian indikator yang diinginkan yaitu 80%. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran terdapat siswa yang aktif dalam kelompoknya namun ada juga yang hanya bermain-main. Selain itu, siswa kurang berani mengungkapkan kepada guru terhadap kesulitan yang dialaminya pada saat pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, penelitian dilanjutkan pada siklus II. Secara terperinci masingmasing tahapan dijelaskan sebagai berikut: Perencanaan Tindakan Siklus II Tahap perencanaan tindakan siklus II meliputi merancang scenario pembelajaran, menyusun RPP dan menyusun instrumen penelitian berupa seperangkat tes dan lembar observasi. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Observasi Siklus II Pengamatan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan siklus II dalam mengatasi kekurangan pada siklus I. Hasil penelitian siklus II didasarkan pada hasil observasi dan hasil evaluasi selama proses pembelajaran siklus II berlangsung. Adapun hasil penelitian siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut: 8
a. Kemampuan Afektif Siswa 1) Hasil Obsrevasi Aspek Afektif Siklus II Pertemuan 1 Hasil observasi aspek afektif pada siklus II pertemuan 1 menunjukkan siswa yang mencapai indikator sebanyak 30 siswa (86%) dan siswa yang belum mencapai indikator sebanyak 5 siswa (14%), sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar pada aspek afektif pada siklus II pertemuan 1 sudah baik. 2) Hasil Obsrevasi Aspek Afektif Siklus II Pertemuan 2 Hasil observasi aspek afektif pada siklus II pertemuan 2 menunjukkan siswa yang mencapai indikator sebanyak 31 siswa (89%) dan siswa yang belum mencapai indikator sebanyak 4 siswa (11%), sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar pada aspek afektif pada siklus II pertemuan 2 sudah baik. 3) Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus II Hasil observasi aspek afektif pada siklus II menunjukkan siswa yang mencapai indikator sebanyak 31 siswa (89%) dan siswa yang belum mencapai indikator sebanyak 4 siswa (11%), sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar pada aspek afektif pada siklus II sudah baik. Hasil observasi aspek afektif pada siklus II tersebut menunjukkan bahwa skor afektif yang diperoleh siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%, sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar pada aspek afektif pada siklus II sudah baik dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. b. Kemampuan Psikomotorik Siswa 1) Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siklus II Pertemuan 1 Hasil observasi pada siklus II pertemuan 1 mengenai aspek psikomotorik menunjukkan bahwa dari 35 siswa, yang mencapai indikator sebanyak 30 siswa (86%) dan 9
siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 5 siswa (14%). 2) Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siklus II Pertemuan 2 Hasil observasi pada siklus II pertemuan 2 mengenai aspek psikomotorik menunjukkan bahwa dari 35 siswa, yang mencapai indikator sebanyak 31 siswa (89%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 4 siswa (11%). 3) Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siklus II Hasil observasi pada siklus II mengenai aspek psikomotorik menunjukkan bahwa dari 35 siswa, yang mencapai indikator sebanyak 31 siswa (89%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 4 siswa (11%). c. Hasil Belajar Siswa 1) Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1 Hasil belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 pada siklus II pertemuan 1 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 30 siswa (86%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 5 siswa (14%) dengan rata-rata kelas sebesar 80. 2) Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2 Hasil belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 pada siklus II pertemuan 2 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 31 siswa (89%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa (11%) dengan rata-rata kelas sebesar 87. 3) Hasil Belajar Siswa Siklus II Hasil belajar IPS siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 pada siklus II siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 31 siswa (89%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa (11%) dengan rata-rata kelas sebesar 84. 10
Hasil belajar IPS pada siklus II dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Refleksi Siklus II Hasil belajar IPS dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS pada siklus II sudah menunjukkan pencapaian indikator yang diinginkan (80%), hal ini ditunjukkan dengan semakin antusiasnya siswa dalam mengikuti pelajaran IPS sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Perbandingan Antara Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II a. Kemampuan Afektif Siswa Peningkatan kemampuan afektif siswa pada mata pelajaran IPS, dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II menunjukkan bahwa kemampuan aspek afektif pada kondisi awal yaitu sebanyak 16 siswa (46%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 19 siswa (54%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek afektif pada kondisi awal masih di bawah dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Aspek kemampuan afektif siswa pada siklus I mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 25 siswa (71%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 10 siswa (29%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek afektif pada siklus I masih di bawah dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Aspek kemampuan afektif siswa pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 31 siswa (89%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 4 siswa (11%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek afektif pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Hasil observasi aspek afektif dari kondisi awal sampai ke siklus II tersebut terjadi peningkatan pada masing-masing indikator. Peningkatan tersebut dikarenakan 11
proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TPS dapat menumbuhkan semangat dan minat belajar siswa, di mana siswa aktif di dalam kerja kelompok. b. Kemampuan Psikomotorik Siswa Peningkatan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran IPS, dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II menunjukkan bahwa kemampuan aspek psikomotorik pada kondisi awal yaitu sebanyak 16 siswa (46%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 19 siswa (54%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek psikomotorik pada kondisi awal masih di bawah dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Aspek kemampuan psikomotorik siswa pada siklus I mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 25 siswa (71%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 10 siswa (29%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek psikomotorik pada siklus I masih di bawah dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Aspek kemampuan psikomotorik siswa pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 31 siswa (89%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 4 siswa (11%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek psikomotorik pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. c. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil pengamatan pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TPS pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang telah memenuhi KKM sebanyak 16 siswa (46%), meningkat pada siklus I sebanyak 25 siswa (71%) serta pada siklus II meningkat menjadi 31 siswa (89%). Berdasarkan peningkatan hasil belajar pada tindakan siklus II tersebut sebesar 89% sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang 12
ditetapkan yaitu 80% siswa mencapai nilai di atas KKM. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik TPS dirancang untuk mengajak siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hasil peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas V tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut: PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik TPS dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Hal tersebut disebabkan karena dalam penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS, siswa mampu berpikir dan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Kegiatan diskusi dilatih untuk mengembangkan ide dan gagasan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, serta melatih siswa untuk dapat bekerja sama dengan teman yang lainnya. Hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik TPS dapat meningkatkan aspek kognitif siswa dalam mata pelajaran IPS materi perjuangan para tokoh pejuang pada penjajahan Belanda dan Jepang. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata hasil evaluasi belajar siswa yang mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu pada siklus I rata-rata skor hasil evaluasi belajar 73 dengan ketuntasan klasikal 71% dan pada siklus II skor rata-rata hasil evaluasi belajarnya mencapai 84 dengan ketuntasan klasikal 89%. Peningkatan aspek afektif nampak dari aktivitas kerja keras, dan kerjasama. Peningkatan aspek psikomotorik nampak dari aktivitas siswa dalam menyampaikan hasil kerja kelompok di depan kelas. 13
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016, hal tersebut dibuktikan hasil belajar pada kondisi awal siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa (46%) dengan rata-rata kelas sebesar 64, pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 25 siswa (71%) dengan rata-rata kelas sebesar 73 serta pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 31 siswa (89%) dengan ratarata kelas sebesar 84. Hasil belajar tersebut dapat diartikan semakin tepat penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS maka semakin memudahkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi: Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta tahun ajaran 2015/2016" terbukti kebenarannya. Saran 1. Bagi Guru Hendaknya guru menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran IPS dengan menyampaikan materi dengan model pembelajaran yang tepat, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi Siswa Hendaknya siswa lebih berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, aktif dalam berdiskusi dan mengutarakan pendapatnya agar memperoleh pemahaman materi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang hendak dicapai. 3. Bagi Sekolah Pihak sekolah perlu memberikan pelatihan kepada guru agar memiliki bekal pengetahuan sehingga kualitas pembelajaran dan kualitas sekolah akan meningkat. 4. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tindakan 14
kelas khususnya penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS, hendaknya mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang terutama komunikasi dengan guru kelas yang bersangkutan karena hal tersebut sangat membantu dalam proses penelitian. DAFTAR PUSTAKA Dadang Supardan. 2015. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Perseptif Filosofi dan Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Miftahul Huda. 2015. Cooperative Learning Model, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nana Sudjana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tukiran Taniredja, Irma Pujiati, dan Nyata. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru Praktik, Praktis, dan Mudah. Bandung: Alfabeta. Etin Solihatin dan Raharjo. 2012. Cooperating Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakara: Pustaka Pelajar. Jumanta Hamdayama. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia. 15
16