FOR GONAD MATURATION OF GREEN CATFISH

dokumen-dokumen yang mirip
THE EFFECT OF IMPLANTATION ESTRADIOL-17β FOR FERTILITY, HATCHING RATE AND SURVIVAL RATE OF GREEN CATFISH (Mystus nemurus CV)

GONAD MATURATION OF SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus Blkr) WITH DIFFERENT FEEDING TREATMENTS. By Rio Noverzon 1), Sukendi 2), Nuraini 2) Abstract

JURNAL. PENGARUH PEYUNTIKAN OVAPRIM DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP OVULASI DAN KUALITAS TELUR IKAN SILIMANG BATANG (Epalzeorhynchos kalopterus).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) : (2013) ISSN :

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMATANGAN GONAD IKAN PALMAS (Polypterus senegalus) DENGAN MENGGUNAKAN PAKAN YANG BERBEDA

Pematangan Gonad Ikan Betok (Anabas testudineus ) Dengan Pemberian Pakan Buatan Yang Diperkaya Dengan Vitamin E. Netti Aryani 1 dan Hamdan Alawi 2

PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BELINGKA (Puntius belinka Blkr)

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T4) Hormones. Fisheries and Marine Science faculty Riau University

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

PENDAHULUAN Latar belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HORMON TESTOSTERON DAN ESTRADIOL 17β DALAM PLASMA DARAH INDUK BETINA IKAN BAUNG (Mystus nemurus)

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

USE OF OVAPRIM WITH DIFFERENT DOSES ON SPERM QUALITY AND SPAWNING OF SIGNAL BARB (Labeobarbus festivus, Heckel 1843) By:

3 METODOLOGI PENELITIAN

Ridwan Manda Putra 1) Diterima : 12 Januari 2010 Disetujui : 25 Januari 2010 ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

THE EFFECT OF OVAPRIM DOSES ON OVULATION AND EGG QUALITY OF INGIR-INGIR (Mystus nigriceps)

ZEOLITE ABSORPTION AS AMMONIA FILTER IN WATERS AND THE EFFECTS ON WATER QUALITY

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

ABSTRACT. Keywords : Biofilter, Cherax quadricarinatus, Glochidia

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: ikan nila merah, tepung ikan rucah, vitamin E, TKG, IKG

PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BAUNG

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T 4 ) Hormone

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan

PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN POTENSI REPRODUKSI INDUK IKAN SEPAT HIAS ( Trichogaster sp )

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

THE COMBINED EFFECT OF DIFFERENT FEED ON THE GROWTH AND SURVIVAL OF LEAF FISH LARVAE (Pristolepis grooti)

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya

Pengaruh Ablasi Mata dan Penembakan Soft Laser sebagai Biostimulator untuk Meningkatkan Kemampuan Reproduksi Kepiting Bakau (Scylla serrata)

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015),

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan benih ikan mas, nila, jambal, bawal dan bandeng di bendungan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

GROWTH AND SURVIVAL RATE OF COMMON CARP (Cyprinus carpio L) WITH DIFFERENT BIOFILTER COMBINATION IN RECIRCULATION AQUAPONIC SYSTEM

Effect of Different Protein Levels for Growth and Survival Rate of Baung ( Mystus nemurus

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

DOMESTIKASI IKAN TAPAH (Wallago leeri) DENGAN JUMLAH PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA Oleh ABSTRACT

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

THE EFFECT hcg (human Chorionic Gonadotropin) TO OVULATION AND HATCHING OF FISH EGGS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BUJUK (Channa lucius Cuvier)

PENGARUH JENIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN BENIH IKAN SELAIS (Cryptopterus lais)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

BAB III BAHAN DAN METODE

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

MAINTENANCE GOLD FISH

ikan jambal Siam masih bersifat musiman,

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

THE EFFECT OF OVAPRIM AND PROSTAGLANDIN (PGF 2 α) COMBINATION ON OVULATION AND EEG QUALITY OF KISSING GOURAMY (Helostoma temmincki C.

BAB III BAHAN DAN METODE

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV

REARING OF RIVER CATFISH (Mystus nemurus C.V) ON A RECIRCULATION SYSTEM USING SYSTEM FILTERS ABSTRACT

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

3.KUALITAS TELUR IKAN

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

I. PENDAHULUAN. No.45 tahun 2009 tentang perikanandisebutkan dalam Pasal 1,perikanan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

Utilization of earthworm meal (Lumbricus sp) as fish meal subtitution in diets for freswater catfish (Mystus nemurus C.V) juveniles ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Transkripsi:

UTILIZATION OF ESTRADIOL-17β HORMONE FOR GONAD MATURATION OF GREEN CATFISH (Mystus nemurus CV) By Herlina Mahriani Siagian 1), Netti Aryani 2), Nuraini 2) ABSTRACT The research was conducted from April 2012 until September 2012 at Fish Hatchery and Breeding Sei Paku Kampar. The purpose of this research was to investigate the dosage of Implantation estradiol-17β with various dosages on gonad maturation of green catfish (Mystus nemurus CV). The method used was experimental method and RAL one factor with 4 level of treatments. The treatment used in this research was implantation estradiol-17β with different dosage of P1= 200 µg/kg of body weight, P2= 400 µg/kg of body weight, P3= 600 µg/kg of body weight and P0= without estradiol-17β as a control respectively. The best dosage of estradiol-17β treatment was obtained at dosage of 400 µg/kg of body weight which gonadal maturation reached for 28 days, Ovi Somatic Index (IOS) of 10.32%, number of ovulated 59.929 grain and egg diameter of 1.22 mm. The temperature range from 26-31 0 C, DO 2.02 2.50 ppm, ph 5-6, Ammonia 0.12 ppm. Key word: Estradiol-17β, Gonad maturation and Mystus nemurus CV 1 Student of Faculty of Fisheries and Marine Science, Riau University 2 Lecture of Faculty of Fisheries and Marine Science, Riau University PENDAHULUAN Kekayaan fauna perairan umum merupakan salah satu dorongan untuk melakukan budidaya terutama terhadap ikan ikan yang mempunyai potensi dan prospek perkembangan cukup baik. Ikan baung (Mystus nemurus CV) merupakan ikan asli Indonesia yang terdapat dibeberapa sungai di Sumatera. Di Riau ikan baung telah dibudidayakan dan merupakan jenis ikan ekonomis penting dan digemari oleh masyarakat karena berdaging tebal, sedikit berduri dan memiliki rasa yang lezat (Aryani, 2011). Untuk memenuhi permintaan ikan konsumsi tidak bisa lagi diharapkan dari hasil tangkapan karena sangat tergantung persediaan stok, kondisi perairan dan perubahan lingkungan perairan akibat dari aktivitas manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan optimalisasi produksi benih ikan baung melalui proses teknologi reproduksi terhadap induk (Aryani, 2011). Faktor utama yang menentukan keberhasilan pemijahan ikan baung adalah tersedianya induk yang matang gonad. Sampai saat ini induk yang matang gonad masih tergantung pada kondisi alam. Agar induk yang matang tersedia sepanjang tahun diperlukan rekayasa hormonal seperti teknik implantasi (Aryani, 2007). Penggunaan hormon estradiol- 17β telah berhasil digunakan. Namun, keberhasilan penggunaan hormon estradiol-17β dengan teknik implantasi pada induk ikan baung berdasarkan studi literatur belum banyak dilakukan. Berdasarkan hal

ini, maka penulis melakukan penelitian penggunaan hormon estradiol-17β untuk pematangan gonad induk ikan baung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis efektif hormon estradiol-17β secara implantasi terhadap pematangan gonad induk ikan baung (Mystus nemurus CV). BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu pematangan dan pemijahan yang dilaksanakan pada bulan April September 2012 yang bertempat di Desa Sei Paku Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Ikan uji Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk ikan baung (Mystus nemurus CV). Untuk pematangan induk ikan baung betina dilakukan di dalam keramba ukuran 2 x 1 x 1 m 3 yang diletakkan di dalam kolam berukuran 22,8 x 3,6 x 1 m 3 dengan padat tebar satu ekor per keramba Hormon estradiol-17β Hormon yang digunakan adalah hormon estradiol-17β yang dibuat menjadi adonan pelet dengan campuran alkohol, kolesterol, dan mentega putih (cocoa butter) (Laboratorium Pengembangbiakan Dan Genetika Ikan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor, 1996) Pakan uji Pakan uji yang diberikan yaitu kijing air tawar dalam keadaan basah yang diberikan tiga kali sehari sebanyak 5 ekor per induk dan pelet Hi-Pro-Vite 781-1 yang diberikan satu kali sehari secara adlibitum pada sore hari. Metode penelitian Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 4 taraf perlakuan. Untuk memperkecil kekeliruan masing-masing perlakuan diberikan tiga kali ulangan Perlakuan yang digunakan yaitu: P 0 = Induk tidak diimplan dengan hormon estradiol-17β (kontrol) P 1 = Induk dimplan dengan hormon estradiol-17β 200 µg/kg berat badan P 2 = Induk dimplan dengan hormon estradiol-17β 400 µg/kg berat badan P 3 = Induk dimplan dengan hormon estradiol-17β 600 µg/kg berat badan Implantasi pelet hormon estradiol- 17β Induk yang digunakan dalam penelitian diseleksi sebanyak 12 ekor, sebelum digunakan dipijahkan terlebih dahulu dan diistirahatkan selama satu minggu kemudian diimplantasi sesuai dengan dosis perlakuan. Implantasi dilakukan pada bagian intramuskular. Pemeriksaan induk yang matang gonad dilakukan dua minggu setelah implantasi dan berikutnya selang satu minggu. Parameter yang diukur terdiri dari waktu pencapaian matang gonad, Indeks Ovi Somatik (IOS), fekunditas dan diameter telur. HASIL DAN BAHASAN Waktu Pencapaian Matang Gonad Hasil pengamatan waktu pencapaian matang gonad setelah induk ikan baung diimplantasi dengan hormon estradiol-17β disajikan pada Gambar 1.

Indeks ovi somatik (%) Waktu pencapaian matang gonad (hari) 60 50 40 30 20 10 0 55 35 28 26 P0 P1 P2 P3 Dosis hormon estradiol-17β Keterangan: P0 = Kontrol (tidak diimplan) P1 = Dosis estradiol-17β 200 µg/kg berat badan P2 = Dosis estradiol-17β 400 µg/kg berat badan P3 = Dosis estradiol-17β 600 µg/kg berat badan Gambar 1. Waktu Pencapaian Matang Gonad Induk Baung Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa rata-rata waktu pencapaian matang gonad induk ikan baung yang tercepat diperoleh pada perlakuan P3 (26 ± 11,59 hari), diikuti oleh P2 (28 ± 3,21 hari), P1 (35 ± 10,82 hari) dan P0 (55 ± 14,50 hari). Cepatnya waktu matang gonad yang diperoleh pada perlakuan P3 disebabkan karena dosis hormon estradiol-17β yang diberikan berfungsi mempercepat proses vitelogenesis pada hati, dimana pada proses tersebut dihasilkan vitelogenin yang merupakan bahan dasar kuning telur yang akan diserap oleh oosit, akibatnya diameter telur bertambah ukurannya. Dengan bertambahnya ukuran diameter telur akibatnya ikan akan cepat matang gonad. Indriastuti (2000) menyatakan bahwa implantasi hormon estradiol- 17β sudah tidak lagi efektif apabila diberikan pada musim pemijahan, dimana menurut Muflikah et al. (1993) musim pemijahan ikan baung terjadi pada bulan September dan Desember. Sedangkan penelitian ini dilakukan diluar musim pemijahan, sehingga dapat dinyatakan bahwa hormon estradiol-17β berpengaruh terhadap waktu pencapaian matang gonad. Bila dibandingkan dengan penelitian Utiah (2008) implantasi dosis estradiol-17β 400 µg/kg berat badan yang dikombinasikan dengan tiroksin 10 mg/kg berat badan menghasilkan rata-rata waktu pencapaian matang gonad sebesar 79 ± 16,83 hari. Selanjutnya dinyatakan bahwa implantasi hormon estradiol- 17β dapat meningkatkan kadar hormon estradiol-17β dalam plasma darah, tingginya kadar estradiol-17β dalam plasma darah ini dapat mempercepat proses pematangan gonad yang oleh peneliti tersebut dinyatakan dosis estradiol-17β 600 µg/kg berat badan tanpa penambahan tiroksin mengalami waktu matang gonad yang paling cepat yaitu selama 47 ± 12,35 hari. Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan semakin rendah dosis estradiol-17β maka waktu pencapaian matang gonad semakin lama. Hal ini diduga dosis estradiol- 17β 200 µg/kg berat badan tidak mencukupi untuk merangsang proses vitelogenesis pada induk ikan akibatnya vitelogenin yang dihasilkan oleh hati sebagai bahan dasar kuning telur tidak optimal. Indeks Ovi Somatik (IOS) Hasil pengukuran nilai Indeks Ovi Somatik pada induk ikan baung disajikan pada Gambar 2. 12 10 8 6 4 2 0 4,53 5,01 10,32 7,94 P0 P1 P2 P3 Dosis hormon estradiol-17β Gambar 2. Indeks Ovi Somatik Induk Baung

Jumlah telur yang diovulasikan (butir) Diameter telur (mm) Dari Gambar 2 dapat dilihat Indeks Ovi Somatik yang terbesar diperoleh pada perlakuan P2 yaitu sebesar 10,32% dan diikuti perlakuan P3 sebesar 7,94%, P1 sebesar 5,01% dan yang paling rendah terdapat pada perlakuan P0 sebesar 4,53%. Perbedaan nilai indeks ovi somatik pada masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa implantasi dosis hormon estradiol-17β memberikan potensi yang berbeda terhadap perkembangan oosit sehingga pada waktu pemijahan persentase jumlah telur yang diovulasikan juga berbeda (Aryani, 2010). Kemudian Suhenda (2009) menyatakan nilai indeks ovi somatik berkaitan dengan proses vitelogenesis. Pada perlakuan P2 indeks ovi somatik yang dihasilkan sebesar 10,32%. Hormon ini berfungsi merangsang hati untuk mensintesis vitelogenin selanjutnya dilepaskan ke dalam pembuluh darah yang akhirnya terakumulasi di dalam sel telur. Pada saat proses vitelogenesis tersebut granula kuning telur akan bertambah dalam jumlah dan ukurannya sehingga volume oosit membesar (Yulfiperius, 2001). Selanjutnya dinyatakan peningkatan nilai indeks ovi somatik disebabkan oleh perkembangan oosit di dalam gonad sebelum terjadi pemijahan. Jumlah telur yang diovulasikan Hasil perhitungan jumlah telur yang diovulasikan disajikan pada Gambar 3. 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 30.659 36.510 59.929 58.887 P0 P1 P2 P3 Dosis hormon estradiol-17β Gambar 3. Jumlah Telur Yang Diovulasikan Pada Induk Baung Dari Gambar 3 dapat dilihat rata-rata jumlah telur yang diovulasikan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (59.929 ± 16873,58 butir), diikuti oleh P3 (58.887 ± 33058,73 butir), P1 (36.510 ± 16511,76 butir) dan P0 (30.659 ± 10469,14 butir). Tingginya jumlah telur yang diovulasikan pada perlakuan P2 berkaitan dengan dosis hormon estradiol-17β yang diimplantasikan. Menurut Hardjamulia (1987) menyatakan bahwa jumlah telur yang diovulasikan dipengaruhi oleh mutu makanan yang diberikan, hormon dan lingkungan. Pada perlakuan ini diduga dosis implantasi estradiol-17β yang diberikan pada perlakuan P2 berpengaruh pada jumlah telur yang diovulasikan dimana faktor pakan dan lingkungan relatif sama. Menurut Syandri (1996) menyatakan bahwa jumlah telur yang diovulasikan mempunyai keterpautan dengan umur, panjang atau bobot individu dan spesies ikan. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan jumlah telur yang diovulasikan disebabkan oleh perbedaan dosis hormon yang diimplantasikan kepada induk, sedangkan faktor makanan dan lingkungan relatif sama. Diameter telur Hasil pengukuran diameter telur induk ikan baung disajikan pada Gambar 4. 1,2 1,1 1 1,13 1,17 1,22 1,18 P0 P1 P2 P3 Dosis hormon estradiol-17β Gambar 4. Diameter Telur Baung Induk

Dari Gambar 4 dapat dilihat diameter telur terbesar diperoleh P2 (1,22 ± 0,012 mm), diikuti oleh P3 (1,18 ± 0,029 mm), P1 (1,17 ± 0,030 mm) dan diameter telur yang terendah pada P0 (1,13 ± 0,036 mm). Pada perlakuan P2 tingginya diameter telur yang dihasilkan disebabkan karena hormon estradiol- 17β yang diberikan sudah optimum untuk proses vitelogenesis di hati dan mempercepat proses penyerapan vitelogenin oleh oosit akibatnya terjadi peningkatan ukuran oosit yaitu dari diameter telur awal 0,95 mm hingga mencapai matang gonad yaitu 1,22 mm, dimana menurut Sukendi (2001) induk baung dikatakan matang gonad apabila diameter oosit telah mencapai ukuran lebih dari 1,00 mm. Oleh karena itu, pemberian dosis hormon estradiol-17β 400 µg/kg berat badan sudah optimum untuk kematangan gonad ikan baung. Apabila dibandingkan antara perlakuan P2 dengan kontrol menunjukkan perbedaan pada ukuran diameter telur. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian hormon estradiol- 17β secara implantasi pada induk ikan baung memberikan pengaruh yang berbeda pada perkembangan diameter telur. Tang dan Affandi (2000) menyatakan bahwa estradiol-17β dapat merangsang hati untuk menghasilkan vitelogenin yang selanjutnya diserap oleh sel telur akibatnya ukuran sel telur menjadi besar dan hal ini terjadi pada perlakuan P2 yaitu dosis 400 µg/kg berat badan. Hasil ini menunjukkan bahwa estradiol-17β yang diimplantasi dapat mempercepat proses vitelogenin di hati. Syandri (1997) mengemukakan bahwa diameter telur setiap spesies ikan beragam antar individu antara lain dipengaruhi oleh faktor musim, lingkungan dan ketersediaan makanan. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa diameter telur ikan baung dipengaruhi oleh dosis hormon estradiol-17β. Kualitas Air Dalam penelitian ini kualitas air merupakan faktor pendukung. Adapun data kualitas air yang diukur selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengukuran kualitas air selama pematangan induk Parameter Suhu ph 5-6 Oksigen Terlarut Hasil pengukuran dan Satuan 26 31 o C 2,02 2,50 ppm Ammoniak (NH 3 ) 0,12 ppm Hasil pengukuran suhu selama penelitian berkisar antara 26-31 0 C dan ph yaitu 5 6. Suhu yang baik untuk ikan budidaya adalah antara 25-32 0 C (Daelami, 2001). Afrianto dan Liviawaty (1992) menyatakan umumnya ikan dapat beradaptasi pada lingkungan perairan yang mempunyai derajat keasaman (ph) berkisar antara 5-9, sebagian besar spesies ikan air tawar ph yang cocok adalah diantara 6,5-7,5. Sedangkan pada pengukuran oksigen terlarut (DO) yaitu 2,02 2,50 ppm. Menurut Syafriadiman et al. (2005) DO yang paling ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan organisme akuatik yang dipelihara adalah lebih dari 5 ppm.

KESIMPULAN Dari hasil penelitan dapat disimpulkan bahwa pemberian hormon estradiol-17β dengan dosis 400 µg/kg berat badan secara implantasi pada induk ikan baung (Mystus nemurus CV) menghasilkan waktu pencapaian matang gonad selama 28 ± 3,21 hari, Indeks Ovi Somatik (IOS) sebesar 10,32 ± 0,76%, jumlah telur yang diovulasikan sebesar 59.929 ± 16873,58 butir dan diameter telur sebesar 1,22 ± 0,012 mm. DAFTAR PUSTAKA Afrianto dan E, Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 89 hal. Aryani, N. 2007. Penggunaan Hormon LHRHa Dan Vitamin E Pada Pakan Untuk Meningkatkan Kualitas Telur Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Jurnal Perikanan dan ilmu Kelautan, 6 (1): 28-36.. 2010. Pemanfaatan Daging Buah Ara (Ficus Racemosa L) Sebagai Sumber Vitamin C Didalam Pakan Untuk Meningkatkan Daya Reproduksi Induk ikan Jelawat (Leptobarbus Hoeveni Blkr). Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Andalas Padang.. 2011. Komposisi Biokimia Telur Ikan Baung (Mystus nemurus CV) Sebagai Dasar Untuk Pengkayaan Pakan Induk. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauan Universitas Riau. Pekanbaru. 10 hal (tidak diterbitkan). Daelami, D. A. S. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. 166 hal. Hardjamulia, A. 1987. Beberapa Aspek Pengaruh Penundaan dan Frekwensi Pemijahan Tehadap Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (Desertasi tidak diterbitkan). Indriastuti. CE. 2000. Aktivasi sintesis vitelogenin pada proses rematurasi ikan jambal siam (Pangasis hypohthalmus F.). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (Tesis tidak diterbitkan). Laboratorium Pengembangbiakan Ikan dan Genetika Ikan. 1996. Kursus Singkat Aplikasi Bioteknologi dalam Seleksi Ikan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 9 hal. Muflikah, N., Yusmaniara dan Jahri, M. 1993. Pematangan Gonad dan Pemijahan Buatan Ikan Baung (Mystus nemurus CV). Prosiding Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993. Balitkanwar. Bogor. 143-247 hal. Suhenda, N. 2009. Peningkatan Produksi Benih Baung (Mystus nemurus) Melalui Perbaikan Kadar Lemak Pakan Induk. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Jurnal Berita Biologi 9 (5) Agustus 2009. Bogor.

Sukendi. 2001. Biologi Reproduksi dan Pengendaliannya dalam Upaya Pembenihan Ikan Baung (Mystus nemurus CV) dari Perairan Sungai Kampar, Riau. Tesis Fakultas Perikanan Intitut Pertanian Bogor. (tidak diterbitkan) Syafriadiman, N.A. Pamukas, Saberina. 2005. Prinsip Dasar Pengelolaan Kualitas Air. MM Press, CV. Mina Mandiri. Pekanbaru. 132 hal. Syandri, H. 1996. Aspek Reproduksi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) Dan Kemungkinan Pembenihannya Di Danau Singkarak. Disertasi Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 122 hal. Tang, U.M dan R. Affandi. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan.Universitas Riau. Pekanbaru. 217 p. Utiah, A. 2008. Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus blkr) yang Diimplantasi Estradiol-17 dan Tiroksin (Disertasi tidak diterbitkan). Program Pascasarjana Institut Pertaian Bogor. Yulfiperius. 2001. Penambahan Vitamin E Dalam Formulasi Pakan Induk Ikan Dapat Memperbaiki Kualitas Reproduksinya. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.. 1997. Perkembangan Oosit dan Testis Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) di Danau Singkarak. Fisheries Journal Garing 2(6):1-8.