HASIL MASUKAN DISKUSI TIM KAJIAN PERAN PEMDA 10 SEPTEMBER 2009 15 SEPTEMBER 2009 Hasil Diskusi Kajian Peran Pemda Sebagian masukan dari Meja 1 s/d Meja 4 sudah terakomodir dalam laporan dan analisa Tim 7 Terdapat masukan-masukan yang tidak dipahami maksudnya sehingga tidak diakomodir dalam masukan hasil diskusi ini. 1
N o Pertanyaan 1 Koordinasi dan komunikasi Hasil Diskusi Lurah takut program gagal di lokasi dinasnya sehingga terkesan ada yang mengatur BKM Korkot tidak melaksanakan tupoksi mediator KBP kurang diperhatikan oleh seluruh stakeholder KBP belum menjadi kebutuhan artinya kesadaran stakeholder untuk memanfaatkan KBP masih kurang. Untuk itu harus ada peningkatan intensitas pertemuan KBP Koordinasi antar instansi/dinas berkaitan dengan kegiatan di masyarakat P2KP Koordinasi dilaksanakan jika ada dukungan dan dari proyek Membangun awareness pemerintah sehingga hubungan dengan program bisa timbal balik 1 Koordinasi dan komunikasi Forum KBP perlu digarap oleh program lain secara khusus disinergikan dengan P2KP. Koordinasi diperkuat dengan kegiatan KBP turun ke lapangan (masyarakat) untuk menyelesaikan masalah faktual kelompok sasaran miskin. 2
2 Pemerintah kota pro poor Pengarus utamaan pemberdayaan Lurah tidak mendukung (bidang Ekonomi) kegiatan pro-poor (Ampel Surabaya) Belum cukup kuat kebijakan operasional propoor di tingkat pemerintah kota/daerah. Setiap pihak merasa kegiatan sektor nya yang paling tepat untuk pro poor. Intervensi untuk mulai darimana kegiatan penanggulangan kemiskinan menjadi polemik penentuan skala prioritas kegiatan pro poor. 2 Pemerintah kota pro poor 3
3 Kebutuhan Peningkatan Kapasitas Sinkronisasi program antara SKPD, masyarakat, lembaga masyarakat, legistatif Penetapan mekanisme (prosedur) pengelolaan program nangkis pada semua tingkatan (kelurahan, kecamatan, kota) 3 Kebutuhan Peningkatan Kapasitas Sosialisasi dan pelatihan khusus mengenai mekanisme dan prosedur koordinasi yang terarah dan berlanjut. Materi pemberdayaan perlu masuk dalam STPDN dan lembaga pendidikan pemerintahan. Pelatihan PRA semua stakeholder Adanya koordinasi ditingkat pemerintah kelurahan sampai dengan kota/kabupaten 4
4 Hambatan Struktural, Kelembagaan, Kebijakan Ada oknum kelurahan yang minta uang untuk informasi/data RTM di lingkungan kerjanya Kinerja KMW lebih cenderung sebagai guru yang sedang memeriksa tugas/pr muridnya Ada lurah yang menolak program karena takut reputasinya jatuh karena pelaksanaan yang gagal Ada lurah yang minta bagian dana lurah tidak peduli dengan program P2KP Peran lurah tidak optimal mengiring program karena berada di luar struktur Camat seolah-olah terlepas dari rangkaian kerja program 4 Hambatan Struktural, Kelembagaan, Kebijakan Pergantian pimpinan di daerah (Contoh Propinsi Bengkulu) mengubah/memutus dukungan pemberdayaan (anggaran, program) Penetapan kebijakan fiskal kota tidak difahami sehingga menolak menyediakan sharing. Sinergi sipil dan birokrat butuh proses panjang. Tidak ada komitmen pimpinan daerah terhadap bentuk/jenis program pro-poor tertentu 5
4 Hambatan Struktural, Kelembagaan, Kebijakan Forum BKM tidak jalan tidak tumbuh civil society BKM belum bisa menjadi stakeholder program nangkis di kota. 5 Dukungan pemerintah untuk pengarusutama an Pemberdayaan Perlu Perda mengatur hubungan BKM LKM Bantuan teknis pendampingan dan monitoring Forum BKM perlu masuk dalam tim penanggulangan kemiskinan kota (perencanaan partisipatif). Meningkatnya alokasi anggaran untuk kegiatan CD yang disetujui Dewan Pemerintah kota sudah banyak membuat program pemberdayaan masyarakat sebaiknya disinergikan tiap SKPD 6
5 Dukungan pemerintah untuk pengarusutama an Pemberdayaan Meningkatkan pemahaman anggaran DPRD kota terhadap pentingnya pemberdayaan masyarakat Pemkot memberikan reward dan punishment untuk program pemberdayaan. Pemkot membuka akses channeling private sector pemberdayaan (public private partnership). Perlu kebijakan khusus/pp untuk pejabat penting agar dapat menyelesaikan masa jabatan sesuai siklus. 7