jalan Jendral Urip Sumoharjo (tipe 4/2 D) DS = 0,67 jalan Walisongo (tipe 4/2 D) DS = 0,67 Khusus untuk jalan Siliwangi karena mempunyai DS = 0,85

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 3 METODOLOGI. sehingga akan menghasilkan biaya konstruksi dan perawatan perkerasan lentur.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN START

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

Fitria Yuliati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB III METODA PENELITIAN

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN

PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL LALU LINTAS DENGAN METODE AASHTO PADA RUAS

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada. perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan, maka

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengupayakan pengadaan transportasi massal dengan meluncurkan bus Trans

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkerasan jalan adalah suatu bagian dari jalan yang diperkeras dengan lapisan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah B A. Studi Pustaka MULAI. Permasalahan. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data

TUGAS AKHIR - RC

BAB III LANDASAN TEORI

Jenis-jenis Perkerasan

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU JALAN BARU PADA PROYEK JALAN SURAMADU SISI MADURA

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

Bab III Metodologi Penelitian

PROYEK AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BANGKALAN Bts.KAB SAMPANG STA MADURA, JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M

RANCANGAN RIGID PAVEMENT UNTUK OVERLAY JALAN DENGAN METODE BETON MENERUS DENGAN TULANGAN

PENGGUNAAN INTERBLOCK SEBAGAI LAPISAN ULANG/OVERLAY PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA (KASUS RUAS JALAN LEGUNDI-BUNDER STA KABUPATEN GRESIK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA

PERKERASAN LAPISAN JALAN, TEMPAT PARKIR DAN HALAMAN

Perbandingan antara Konstruksi Perkerasan Lentur dengan Perkerasan Kaku pada Proyek Pembangunan Ruas Jalan Kapten Darmo Sugondo Gresik.

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

Persyaratan Teknis jalan

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

Disusun oleh : Firendra Hari Wiarta Praptono

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

Eduardi Prahara; Andika Sunarsa

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 teknik sipil. diajukan oleh :

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

SEMINAR NASIONAL HAKI Tiara Convention Hall, Medan Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain yang sangat penting dalam

TUGAS AKHIR NO : 934/WM/FT.S/SKR/2016 PERENCANAAN JALAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) RUAS JALAN W.J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

PERENCANAAN DAN ANALISA BIAYA INVESTASI ANTARA PERKERASAN KAKU DENGAN PERKERASAN LENTUR PADA JALUR TRANS JAKARTA BUSWAY

PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA PROYEK PELEBARAN GERBANG TOL BELMERA RUAS TANJUNG MULIA DAN BANDAR SELAMAT-MEDAN LAPORAN

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN CONGOT JALI WAWAR SISI SELATAN JAWA TENGAH. Disusun Oleh : Semarang, Nopember 2010

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Konsep penelitian ini adalah untuk mendapatkan tebal lapis perkerasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Peningkatan Ruas Jalan Ketapang Pasir Padi (KM PKP s/d KM PKP ) Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kep.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya pada tugas akhir ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Perencanaan jalur busway untuk koridor Mangkang-Penggaron merupakan proyek yang diprioritaskan karena memiliki bobot yang tinggi dari kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Jumlah kecamatan yang dilewati dengan memperhatikan karakteristik tata guna lahannya, panjang lintasan/jumlah segmen jalan dan jumlah penduduk kecamatan yang dilayani; b. Dimensi jalan (jumlah lajur dan lebar lajur lalu lintas); c. Jumlah transfer point dan jumlah transit point; d. Beda topogafi pangkal dan ujung koridor; e. Jumlah prasarana angkutan umum eksisting. 2. Sistem yang direncanakan dalam pengoperasian bus adalah demo project yaitu gabungan antara sistem busway dengan sistem bus priority. Ruas jalan yang menggunakan sistem busway yaitu: jalan Jendral Soedirman (tipe 6/2 D) DS = 0,40 jalan MGR. Sugiyopranoto (tipe 6/2 D) DS = 0,41 jalan Brigjend. Sudiarto (tipe 6/2 D) DS = 0,40 Sedangkan ruas jalan yang menggunakan sistem bus priority/bus line yaitu: Tugu Muda (tipe 4/2 UD) DS = 0,40 jalan Pandanaran (tipe 4/2 UD) DS = 0,40 Simpang Lima (tipe 4/2 UD) DS = 0,40 jalan Ahmad Yani (tipe 4/2 UD) DS = 0,40 jalan Brigjend. Katamso (tipe 4/2 UD) DS = 0,75 jalan Brigjend. Sudiarto (tipe 4/2 UD) DS = 0,68 183

jalan Jendral Urip Sumoharjo (tipe 4/2 D) DS = 0,67 jalan Walisongo (tipe 4/2 D) DS = 0,67 Khusus untuk jalan Siliwangi karena mempunyai DS = 0,85 (>0,75) dan pada ruas tersebut tidak mungkin dilakukan pelebaran karena tidak tersedianya ruang yang cukup maka pada ruas ini menggunakan sistem bus priority. 3. Desain lajur bus yang digunakan adalah lajur kiri (lajur luar) dengan memanfaatkan lajur yang ada tanpa melakukan pelebaran. 4. Permukaan jalur bus direncanakan akan diperkeras menggunakan beton (rigid pavement) untuk jalur dengan sistem busway dan aspal (flexible pavement) untuk jalur bus priority/bus line. 5. Perancangan perkerasan lentur untuk jalur bus pada ruas jalur bus dengan sistem priority dihitung berdasarkan buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisis Komponen, DPU Bina Marga 1987. Tebal lapisan perkerasan : Lapis permukaan = asbuton (MS 774) tebal overlay 12 cm Lapis pondasi atas = batu pecah (CBR 100) tebal 20 cm Lapis pondasi bawah = pasir kelempungan (CBR 20) tebal 30 cm 6. Perancangan perkerasan keras untuk jalur bus pada ruas jalur bus dengan sistem busway dihitung berdasarkan buku Perencanaan dan Pelaksanaan Pekerasan Jalan Beton Semen, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2002. Spesifikasi perkerasan : a. Digunakan perkerasan beton semen konstruksi menerus (Continous Reinforced Concrete Pavement/CRCP) b. Lapis perkerasan beton menerus K 175, tebal lapisan 160 mm c. Bahu jalan, agregat kelas b dengan tebal lapisan = 385 mm d. Pondasi bawah, agregat kelas b dengan tebal lapisan 125 mm e. Tanah dasar, urugan pilihan CBR10,2 pada 95% kepadatan optimum 184

f. Tulangan memanjang BJTU - 39, D16 180 mm (As = 11,2 cm²/m) g. Tulangan melintang BJTU 39, D12 500 mm (As = 22,62 cm²/m) h. Tie bar/batang pengikat Ø16 120 cm i. Dowel dipasang BJTP 24, Ø32 300 mm panjang 450 mm. 7. Halte diletakkan pada lokasi-lokasi sebagai berikut : a. Terminal mangkang b. Pasar mangkang c. Bounded zone area d. Kawasan industri tugu wijaya e. Taman lele f. RSUD Tugurejo g. IAIN Walisongo h. Pengadilan negeri i. Kalibanteng j. Pasar karangayu k. Sugiyopranoto l. Tugu muda m. Pandanaran n. Simpang lima o. Makro p. Pasar gayamsari q. SMA 2 r. Samsat pedurungan s. Zebra raya t. Perum taman sari majapahit u. Terminal penggaron Tipe halte yang digunakan di tiap lokasi sama yaitu halte dengan 2 pintu. 8. Perhitungan untuk menentukan tebal perkerasan jalur khusus busway tidak tepat bila menggunakan pedoman yang telah ada yaitu Petunjuk 185

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisis Komponen, DPU Bina Marga 1987 dan Perencanaan dan Pelaksanaan Pekerasan Jalan Beton Semen, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2002. Penulis telah melakukan perhitungan perkerasan rigid untuk jalur khusus busway (perhitungan terlampir) dan hasilnya untuk 2 tebal lapisan yang berurutan terjadi perubahan besar fatique yang signifikan. Hal ini mungkin dapat menjadi jawaban atas kasus rusaknya jalur khusus busway di Jakarta yang rusak parah jauh sebelum umur rencana terlampaui akibat beban yang sangat tinggi terus menerus hanya melewati titik/jalur yang sama. 8.2 Saran Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan dalam mengatasi permasalahan yang muncul dalam perencanaan jalur busway adalah sebagai berikut : 1. Perhitungan untuk menentukan tebal perkerasan jalur khusus busway sebaiknya tidak menggunakan pedoman yang telah ada dan diadakan penelitian khusus untuk menentukan pedoman yang lebih akurat. 2. Ketersediaan ruang parkir kendaraan pribadi dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan pemilihan halte busway khususnya untuk penumpang kiss and ride dan park and ride. 3. Perawatan jalur busway beserta sarana dan prasarananya harus dilakukan secara berkesinambungan baik oleh pengelola maupun oleh pengguna. 4. Pengoperasian busway harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku baik bagi pengelola, pengguna, dan pengguna kendaraan lainnya. 186

187