BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara

BAB II LANDASAN TEORI. dengan aturan-aturan lama dan merevisinya, apabila aturan-aturan itu tidak lagi. agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber

Dita Oktavia Yudhatami Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Bahan Ajar

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB II LANDASAN TEORI. konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

Ika Santia 1, Jatmiko 2 Pendidikan matematika, Universitas Nusantara PGRI Kediri 1 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan

Fitri Rahmawati, MP. Staf Pengajar Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN. Endang Mulyatiningsih

PENGEMBANGAN MODUL PEMESINAN BUBUT PADA MATA PELAJARAN TEKNIK PEMESINAN BUBUT DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SALAM

BAB II LANDASAN TEORI

Mekarkeun Bahan Ajar Basa dina Kapaigelan Basa Sunda ku Usep Kuswari

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

PENGEMBANGAN MODUL SEGI EMPAT UNTUK SISWA SMP KELAS VII BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Prastowo, 2011). Menurut Nasution buku teks pelajaran adalah bahan pengajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini CD yang dimaksud adalah CD pembelajaran yang

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR R. NETY RUSTIKAYANTI 2017

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. meliputi : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), buku siwa, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikembangkan adalah LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) berbasis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan karena peneliti ingin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Keja Siswa (LKS) LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS EXE PADA TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VIII SMP DI K0TA MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merasakan kenyamanan dalam menerima pelajaran. Sebagaimana pengajaran. hanya bermakna apabila terjadi proses belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB IV DESKRIPSI PROSES PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guru sangat membutuhkan media pembelajaran yang dapat mempermudah

TINJAUAN PUSTAKA. Guru harus mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan

KARAKTERISTIK MODUL PEMBELAJARAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Semmel, dan Semmel (1974) 4-D yang meliputi kegiatan pendefinisian

PENYUSUNAN BAHAN AJAR. Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendukung lancarnya proses belajar mengajar disekolah. Seperti yang dikemukakan Norris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Proses Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

TEKNIK PENYUSUNAN MODUL Oleh: Dwi Rahdiyanta *)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan. pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

Seri Bahan Bimbingan Teknis Implementasi KTSP TEKNIK PENYUSUNAN MODUL

Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. tanggal 06 Januari 2014 s/d 07 Januari Model pengembangan perangkat

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

Panduan Belajar. Selamat Belajar. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah Research and

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN INTERAKTIF GAMBAR TEKNIK UNTUK SISWA TEKNIK PEMESINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB II PEMBELAJARAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATERI SEGI EMPAT. A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Belajar yang Relevan 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (dalam Trianto, 2009:29). Dalam model pembelajaran mind mapping guru mengorganisasikan siswa untuk mengidentifikasikan ide pokok dan membimbing penyelidikan secara individual maupun kelompok agar terjalin interaksi antar siswa sehingga diperoleh pemikiran suatu ide pokok. 2. Teori Belajar Vygotsky Vygotsky (dalam Trianto, 2009:38) percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah yang muncul. Oleh karena itu, individu

mengkaitkan pengalaman baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya dan membangun pengetahuan baru. Model pembelajaran Mind Mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada, sehingga menimbulkan adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa yaitu dengan membangun pengetahuan baru menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada. 3. Teori Behaviorisme Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleksrefleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu (dalam Sudrajat, 2010). Modul merupakan media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Penggunaan modul ini didasarkan pada fakta bahwa jika peserta didik diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria peserta didik didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar

pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul. B. Model Mind Mapping 1. Pengertian Mind Mapping Mind mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Bentuk diagram yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain. Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an (Herdian, 2009). Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak (Icai, 2010) Menurut Olivia (2009:7) Mind Mapping merupakan sebuah jalan pintas yang bisa membantu siapa saja untuk mempersingkat waktu sampai setengahnya untuk menyelesaikan tugas. Dari pengertian Mind Mapping di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak sehingga mampu mengoptimalkan seluruh kemampuan dan potensi otak manusia.

2. Ciri-ciri mind mapping Ciri-ciri mind mapping yaitu : a. Memuat peta konsep. b. Menggunakan gambar untuk ide sentral. c. Menggunakan huruf besar. d. Menggunakan warna. e. Menggunakan garis hubung yang variatif. f. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. (Olivia, 2009) 3. Manfaat memiliki mind mapping Beberapa manfaat memiliki mind mapping antara lain : a. Berkomunikasi b. Menjadi kreatif c. Menghemat waktu d. Menyelesaikan masalah e. Memusatkan perhatian f. Menyusun dan menjelaskan pikiranp g. Mengingat dengan lebih baik h. Belajar lebih cepat dan efisien i. Melihat gambar keseluruhan (Olivia, 2009)

4. Kelebihan Mind Mapping Menurut Olivia (2009 : 13) mind mapping memiliki kelebihan sebagai berikut. a. Cara ini mudah untuk menggali dari dalam dan dari luar otak. b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala kita. c. Cara belajar yang lebih cepat dan efisien. d. Cara membuat catatan agar tidak membosankan. 5. Kelemahan Mind Mapping Mind mapping mempunyai kelemahan diantaranya adalah: a. Bila seseorang terlalu banyak menggunakan kata kunci/gambar kunci, yang dimengerti oleh si pembuat, maka orang lain akan kesulitan untuk memahaminya. b. Cara berpikir seseorang akan menjadi divergen karena ia akan menjadi kurang fokus pada satu masalah. c. Memerlukan 2-3 kali penggambaran ulang agar peta konsep bisa terlihat lebih rapih dan artistik (bila menggunakan kertas dan pensil /spidol warna). (Anton, 2008)

C. Modul 1. Pengertian Modul Menurut Nasution (2009 : 205) modul merupakan suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Pengajaran dengan modul memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Menurut Mulyasa (2004 : 43) modul merupakan suatu proses pembelajaran mengenai suatu kesatuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh siswa, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Dari pengertian modul di atas, maka modul dapat dirumuskan sebagai suatu bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang berdiri sendiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. 2. Sifat-sifat modul Adapun sifat-sifat modul sebagai berikut: a. modul merupakan unit pengajaran terkecil dan lengkap. b. modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik.

c. modul memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan spesifik. d. modul memungkinkan siswa untuk belajar sendiri. e. modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual dan merupakan salah satu perwujudan pengajaran individual. (Suryosubroso, 1983:17) 3. Karakteristik modul pembelajaran Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut. a. Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus; 1) Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas. 2) Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil sehingga memudahkan belajar secara tuntas. 3) Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran. 4) Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya.

5) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan konteks tugas dan lingkungan penggunanya. 6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif. 7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran. 8) Terdapat instrumen penilaian yang memungkinkan penggunaan diklat melakukan penilaian sendiri. 9) Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur tingkat penguasaan materi. 10) Terdapat umpan balik atas penilaian. 11) Tersedia informasi tentang referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud. b. Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pebelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. c. Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.

d. Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu. e. User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly. (Depdiknas, 2008) 4. Kerangka Penulisan modul Kerangka penulisan modul mencakup: a. Halaman judul b. Kata pengantar c. Peta kedudukan modul d. Daftar isi e. Petunjuk penggunaan modul f. Tujuan

g. Kegiatan belajar 1, 2, 3, ke-n h. Lembar kunci jawaban i. Tindak lanjut j. Daftar pustaka (Djoko, 2008) 5. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran dengan sistem modul Kelebihan pembelajaran dengan sistem modul dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Berfokus kepada kemampuan individual siswa, karena pada hakekatnya mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. b. Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai oleh siswa. c. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya. Di samping memiliki kelebihan, modul juga memiliki kelemahan sebagai berikut: a. Penyusunan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu. Sukses atau gagalnya suatu modul bergantung pada penyusunnya.

b. Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkan manajemen pendidikan yang sangat berbeda dari pembelajaran konvensional. (Mulyasa, 2006 : 236) D. Model Pengembangan Modul Model pengembangan yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan modul adalah model pengembangan 4-D. Model pengembangan perangkat yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Sammel dan Sammel (1974) ini terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate) atau diadaptasi menjadi model 4-P. Model ini digambarkan seperti diagram di bawah ini:

Analisis Tugas Analisis Awal-Akhir Analisis Siswa Spesifikasi Tujuan Analisis Konsep D E F I N E Penyusunan Tes Pemilihan Media Pemilihan Format D E S I G N Rancangan Awal Validasi Ahli Uji Pengembangan D E V E L O P Uji Validasi Pengemasan Penyebaran dan Pengadopsian Diagram 2.1 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D Thigarajan (Trianto, 2009 : 190) D I S S E M I N A T E Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut : 1. Tahap Pendefinisian (define). Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan

analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: (1) Analisis ujung depan, (2) Analisis siswa, (3) Analisis tugas. (4) Analisis konsep, dan (5) Perumusan tujuan pembelajaran. 2. Tahap Perancangan (design). Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu, (1) Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design, (2) Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (3) Pemilihan format, dan (4) Desain awal. 3. Tahap Pengembangan (develop). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (1) validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi, (2) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (3) uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap (2) dan (3) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya. 4. Tahap Penyebaran (disseminate). Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang

lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. E. Segi Empat Pokok bahasan segi empat diberikan kepada siswa SMP/MTS untuk kelas VII semester II. Adapun pokok bahasan segi empat khususnya trapesium, jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang meliputi : a. Mengidentifikasi sifat-sifat trapesium, jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang serta bagian-bagiannya. b. Menghitung keliling trapesium, jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang. c. Menghitung luas trapesium, jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang. d. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas segi empat.