PEMAKAIAN BAHASA OLEH MASYARAKAT BUGIS DI DESA SENGANAN, TABANAN, BALI

dokumen-dokumen yang mirip
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

Razali Rahman. Abstract. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Keluarga Muda Etnis Bali

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

Volume 1 (1) Desember 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-7

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB I PENDAHULUAN. Badan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi. masalah pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, UNESCO,

PEMAKAIAN BAHASA TONTEMBOAN SISWA SMA DAN SMK DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupaya menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAHASA PERGAULAN SEHARI-HARI ETNIS CINA DI TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

PENGARUH CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA IKIP SILIWANGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. ada beberapa studi sebagai acuan kajian pustaka untuk kepentingan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan Timor Timur dari bagian NKRI (Kuntari, 2008). Pergolakan

PENGGUNAAN BAHASA BALI DALAM KELUARGA KAWIN CAMPUR BALI-JAWA DI KELURAHAN KEROBOKAN KELOD, KECAMATAN KUTA UTARA, KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. raga, mempunyai ruang hidup kementalan, memiliki dimensi hidup kerohanian

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

PEMERTAHANAN BAHASA IBU DI KALANGAN REMAJA PADA LINGKUNGAN PURI DI KABUPATEN GIANYAR

Sikap Bahasa dan Pola Pewarisan Bahasa Keluarga Kawin Campur Kabupaten Maros: Pendekatan Sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Khusnul Khotimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang sebagaimana yang dijamin oleh penjelasan undang-undang dasar

Isna Kasmilawati. Abstract. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA DAN PELESTARIAN BAHASA DAERAH MELALUI PENSTABILAN DIGLOSIA. Ngusman Abdul Manaf 1 Univesitas Negeri Padang ABSTRAK

SIKAP BERBAHASA PARA REMAJA BERBAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG: SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M.

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA INTERAKSI SISWA DAN GURU DALAM PEMBELAJARAN KAJIAN SOSIOLINGUISTIK DI MTS AL-HIKMAH PASIR DEMAK

LAPORAN HASIL PENELITIAN

K A N D A I PILIHAN BAHASA OLEH KAUM REMAJA DI DAERAH TUJUAN WISATA KUTA, BALI

PEMERTAHANAN BAHASA BUGIS DALAM RANAH KELUARGA DI NEGERI RANTAU SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

PEMILIHAN BAHASA WALSA-BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR ASLI BAHASA WALSA: STUDI KASUS PADA MASYARAKAT PUND

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Amanda Putri Selvia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

Pengertian Universal dalam Bahasa

LINGUA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

E-ISSN Volume 1, No. 1, Februari 2016 ISSN

PELESTARIAN BAHASA JAWA RAGAM KRAMA DALAM RANAH MASYARAKAT DI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Keluarga, Pergaulan, Pekerjaan, dan Ranah Pendidikan)

BAB I PENDAHULUAN. Desa Lintidu adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Paleleh

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG. Ni Ketut Ayu Ratmika

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

K A N D A I. PEMERTAHANAN BAHASA JAWA DI WILAYAH SOLO-YOGYA (Javanese Language Retention in Solo and Yogya)

Pemertahanan Bahasa Jawa Dialek Banten pada Guyub Tutur di Kelurahan Sumur Pecung Serang

DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

POTENSI KEPUNAHAN BAHASA PADA KOMUNITAS MELAYU LANGKAT DI STABAT, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian dari laporan penelitian yang relevan. Menurut Triandis (melalui Suhardi, 1996: 22) sikap didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK

PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Pemerintahan, Ranah Transaksi, dan Ranah Tetangga)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lain. Penggunaan suatu kode tergantung pada partisipan, situasi, topik, dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. tetap monolingual. Sedangkan masyarakat tutur terbuka adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Situasi Kebahasaan di Wilayah Pangandaran: Suatu Kajian Sosiolinguistik tentang Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa SUSI YULIAWATI NIP

PERGESERAN DAN PEMERTAHANAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PENGGUNAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN

Kata kunci: Pemertahanan bahasa dan Sosiolinguistik

K A N D A I. Volume 11 No. 2, November 2015 Halaman

Transkripsi:

Vol. 1, No. 1, Juli 217, 2131 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 PEMAKAIAN BAHASA OLEH MASYARAKAT BUGIS DI DESA SENGANAN, TABANAN, BALI I Made Suparta IKIP Saraswati Tabanan madesuparta831@yahoo.co.id I Nyoman Kardana Universitas Warmadewa ikardana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian pemakaian bahasa Bugis pada masyarakat Bugis di Desa Senganan, mengkaji keberadaan bahasa Bugis sebagai bahasa minoritas di Bali. Penelitian ini membahas tentang pemakaian bahasa berdasarkan ranahranah penggunaan bahasa masyarakat Bugis dan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa Bugis di Desa Senganan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pilihan bahasa dan teori pergeseran bahasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian bahasa pada masyarakat Bugis di Desa Senganan yang didasarkan atas ranah keluarga, ranah agama, ranah ketetanggaan, ranah pemerintahan, dan ranah pendidikan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif tidak ditemukan adanya penggunaan bahasa Bugis. Pemakaian bahasa didominasi oleh bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa Bugis pemakaiannya telah mengalami pergeseran di desa Senganan. Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa Bugis di Desa Senganan adalah faktor internal penutur yang meliputi ketidaksinambungan pengalihan bahasa ibu, proses adaptasi/pembauran dan sikap bahasa komunitas Bugis di desa Senganan; faktor eksternal meliputi lingkungan geografi pemukiman yang menyatu dengan masyarakat sekitarnya dan lingkungan bahasa sekitarnya (ekologi bahasa) yang mayoritas menggunakan bahasa Bali. Kata Kunci: pemakaian bahasa, pergeseran bahasa, bahasa Bugis, ranah ABSTRACT [Title: The language use by Bugisnese community at Senganan Village, Tabanan, Bali] This research is about language use by the Bugisnese community at Senganan Village, Penebel District, Tabanan as a minority ethnic group in Bali. The research discusses the use of languages among the different domains and factors causing the language shift at Senganan Village. Theory used in this research is the theory of bilingualism, the theory of language choice and the theory of language shift. The result shows that the use of Bugesness language is not found on different observed domains, such as domains family, religion, neighborhood, administration, and education. The use of Balinese and Indonesian dominated their language uses in all domains. Thus, it can be concluded that Bugisnese language is not used anymore by the community or its use has already shifted. The factors causing the shift of Bugisnese language at the village is internally related to the attitude of the speakers covering unsustainable transfer of the mother tongue and the unfaithfulness to the mother tongue, and externally it deals with the factor consisting of geographic environment of the village surrounded by vullages of which people mostly speak Balinese language. Keywords: language use, language shift, Bugisnese community, domain EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217

Vol. 1, No. 1, Juli 217, 22 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 PENDAHULUAN Masyarakat Bali tergolong masyarakat majemuk karena terdiri atas berbagai suku (etnis) dengan latar budaya yang berbedabeda. Masingmasing etnis mempunyai bahasa sendiri yang hidup berkelompok atau berbaur dengan kelompok masyarakat sekitarnya. Fungsi bahasa tersebut dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah adalah alat komunikasi utama dalam keluarga, maupun dengan keluarga lain dalam kehidupan seharihari. Selain itu bahasa daerah juga merupakan lambing kebanggaan daerah dan lambang identitas daerah asal etnis tersebut. Kondisi masyarakat yang multietnik merupakan faktor pendorong bagi seseorang untuk menguasai lebih dari satu bahasa selain bahasa daerah dan bahasa etnisnya. Dengan menguasai lebih dari satu bahasa akan memberi peluang yang lebih besar kepada seseorang untuk mengadakan komunikasi di dalam usaha mendekatkan diri dengan lingkungannya. Bahasa merupakan ciri penting untuk menentukan identitas keetnisan suatu kelompok, tetapi tampaknya bahasa tidak selalu dapat dipertahankan oleh kelompoknya, terutama dalam masyarakat multilingual. Kontak bahasa dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa merupakan akibat dari pilihan bahasa dalam jangka panjang dan bersifat kolektif. Pergeseran bahasa menunjukkan adanya suatu bahasa yang benarbenar ditinggalkan oleh komunitas penuturnya. Bila pergeseran sudah terjadi, anggota suatu komunitas bahasa secara kolektif lebih memilih bahasa baru (Fasold, 1984:213 214). Objek penelitian ini adalah masyarakat Bugis di Desa Senganan, Tabanan, Bali. Keberadaan komunitas Bugis di Desa Senganan diperkirakan sudah ada sejak tahun 19an. Mereka tinggal membaur dikelilingi oleh masyarakat sekitarnya dari etnis Bali yang berbahasa Bali. Sebagai pendatang mereka hidup berdampingan dengan etnis mayoritas Bali dalam satu ikatan banjar dinas. Semua kegiatan yang berhubungan dengan kedinasan dilakukan bersamasama yang dipimpin oleh seorang kepala dusun. Berdasarkan hasil observasi awal, dapat diketahui bahwa ada kecendrungan masyarakat Bugis di desa Senganan tidak lagi menggunakan bahasa Bugis dalam berkomunikasi. Mereka lebih memilih menggunakan bahasa Bali akibat kuatnya pengaruh bahasa mayoritas, bahasa sekitarnya. Gejala pergeseran bahasa Bugis ke bahasa Bali di desa Senganan disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, baik faktor internal maupun eksternal penuturnya. Terdesaknya bahasa minoritas ini menjadi semakin rumit karena kehadiran bahasa Indonesia yang dominan akibat pengaruh media massa atau semakin banyak warga Bugis yang merantau ke luar daerah. Fenomena kebahasaan ini merupakan keunikan tersendiri yang menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, kajian yang mendalam terhadap permasalahan pemakaian bahasa berdasarkan ranahranah penggunaan bahasa masyarakat Bugis serta faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa Bugis di Senganan menjadi hal yang penting untuk dilakukan. METODE Tulisan ini termasuk penelitian lapangan mengenai pergeseran bahasa Bugis pada masyarakat Bugis di Desa Senganan. Pengumpulan data menggunakan metode simak, survei, dan metode cakap (Mahsun, 213:242 253). Metode simak dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi. Metode simak secara oprasional dibantu dengan teknik simak libat cakap, EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217

Vol. 1, No. 1, Juli 217, 23 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 perekaman dan pencatatan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pilihan bahasa. Metode survei dilakukan melalui penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan terstruktur untuk memperoleh data tentang tingkat kekerapan pemakaian bahasa pada masingmasing ranah. Metode cakap dapat disejajarkan dengan metode wawancara (interview). Metode ini dilakukan untuk memperoleh data tentang faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa Bugis. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Data sosiolinguistik terkait pemakaian bahasa serta faktorfaktor yang menyebabkan pergeseran bahasa memerlukan analisis deskripsi dan interpretasi secara kualitatif sedangkan penentuan kekerapan pilihan bahasa memerlukan analisis secara kuantitatif. Hasil analisis disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal. Metode formal direalisasikan dalam bentuk lambang atau tandatanda dan meode informal diwujujudkan dengan dengan cara mendeskripsikannya dengan katakata biasa (Sudaryanto, 1993:145). PEMBAHASAN Kajian ini membahas salah satu topik dalam bidang sosiolinguistik, yaitu pemakaian, khususnya tentang pergeseran bahasa. Teori yang diterapkan untuk untuk memecahkan masalah ini adalah teori sosiolinguistik, khususnya teori pilihan bahasa dan pergeseran bahasa. Keterpilihan suatu bahasa atau variasi bahasa tidak bisa lepas dari konteks institusional tertentu yang disebut ranah atau domain. Ranah merupakan konstruksi sosial budaya yang diabstraksikan dari partisipan, lokasi, dan topik (Fishman, 1972:22 24). Pilihan bahasa berakibat pada munculnya gejala kebertahanan atau pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa terjadi apabila guyub memilih bahasa baru dalam ranah yang semula diperuntukkan bagi bahasa lama. Ranahranah itu mulai bocor dan bahasa yang mayoritas merembes masuk menggantikan fungsi bahasa minoritas. Apabila pergeseran itu berlangsung secara total dalam jangka panjang, paling tidak tiga generasi dan bersifat kolektif akan membawa konsekuensi kepunahan bahasa. Bahasa minoritas sudah tidak berfungsi lagi pada semua ranah dan digantikan oleh bahasa mayoritas (Holmes, 1992:61 dalam Sumarsono, 199 :154). Pemakaian Bahasa Pada Masyarakat Bugis Di Desa Sengan, Tabanan, Bali Dalam tulisan ini pembahasan pemakaian atau pilihan bahasa masyarakat Bugis yang bermukim di Desa Senganan dibatasi pada ranah keluarga (family domain), ranah agama (religion domain), ranah ketetanggaan (neighbourhood domain), ranah pemerintahan (governmental domain), dan ranah pendidikan (education domain). Pemakaian atau pilihan bahasa dalam ranah keluarga pada masyarakat Bugis di Desa Senganan menggambarkan bahasa atau ragam bahasa yang mereka gunakan dalam peristiwa keluarga. Peristiwa kegiatan berbahasa dapat terjadi antara anak, bapak, ibu, kakek dan nenek. Suasana tuturan berlangsung santai. Berikut ini disajikan contoh wacana pemakaian bahasa di dalam ranah keluarga masyarakat Bugis di Desa Senganan. Tempat Topik Partisipan : Ruang Tamu Keluarga : Nasehat : Bapak Anak EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217

Vol. 1, No. 1, Juli 217, 24 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 Bapak (P1) : Sing melajah Yun? Tidak belajar Yun? Anak (P2) : Suba san Wak. Sudah tadi Pak. (P1) : Kapahin mebalih tv! Jangan terlalu sering nonton tv! (P2) : Nah, mara san ngontak. Ya, baru tadi menghidupkan. Pemakaian bahasa dalam ranah keluarga masyarakat Bugis di desa Senganan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 1 Kekerapan Pemakaian Bahasa di Dalam Ranah Keluarga Pilihan Bahasa Kekerapan Persentase 1 2 98% 2% Jumlah 12 1 Pemakaian bahasa dalam ranah keluarga didominasi oleh bahasa Bali dengan tingkat kekerapan pilihan sebanyak 98%. Pilihan bahasa Indonesia menempati urutan kedua dengan jumlah yang sangat kecil, yakni 2%. Pilihan terhadap bahasa Bugis dan bahasa lain sama sekali tidak ditemukan, yakni. Pemakaian bahasa dalam ranah agama diharapkan dapat menjaring data bahasa yang berkaitan dengan topiktopik tradisional yang ada hubungannya dengan keagamaan, adat dan budaya. Pemakaian bahasa dalam ranah agama pada masyarakat Bugis dapat dilihat dalam wacana di bawah ini. Tempat : Halaman Masjid Topik : Nyekar ke Kuburan Partisipan : Remaja Masjid Adit Ansul (P1) : Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh. (P2) : Wa alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokaatuh. (P1) : Nyanan jam kuda nyekar Sul? Nanti jam berapa nyekar Sul? (P2) : Nyanjaang, jam lima Sorean jam lima. Penggunaan bahasa pada masyarakat Bugis dalam ranah agama dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 2 Kekerapan Pemakaian Bahasa di Dalam Ranah Agama Pilihan Bahasa Kekerapan Persentase 89 13 87% 13% Jumlah 12 1 EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217

Vol. 1, No. 1, Juli 217, 25 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 Pemakaian bahasa dalam ranah agama didominasi oleh bahasa Bali, yaitu sejumlah 87%. Pilihan terhadap bahasa Indonesia menempati urutan kedua dengan kekerapan mencapai 13%. Dalam ranah agama para responden sama sekali tidak menunjukkan pilihan terhadap bahasa Bugis dan bahasa lain. Pemakaian bahasa dalam ranah ketetanggaan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran penggunaan bahasa oleh warga Bugis apabila mengadakan komunikasi verbal dengan tetangga yang ada di sekitar tempat mereka. Topiknya adalah halhal yang berhubungan dengan pusat perhatian bersama yang ada di sekitarnya. Untuk lebih jelasnya mengenai pilihan bahasa dalam ranah ketetanggaan dapat dilihat dalam wacana di bawah ini. Tempat : Jalan Depan Rumah Topik : Gotong Royong Partisipan : Warga BugisWarga Bugis Hasan (P1) : Payu mani ngeroyong Dik Ri? Jadi besok bergotong royong Dik Ri? Zairi (P2) : Payu Lik Hasan. Jadi Kak Hasan. (P1) : Dija? Dimana? (P2) : Mersihin got di malun gange. Membersihkan got di muka gang. Penggunaan bahasa dalam ranah ketetanggaan pada masyarakat Bugis di Desa Senganan didominasi oleh bahasa Bali. Setelah dikaji kekerapan dan persentasenya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3 Kekerapan Pemakaian Bahasa di Dalam Ranah Ketetanggaan Pilihan Bahasa Kekerapan Persentase 11 1 99% 1% Jumlah 12 1 Pemakaian bahasa dalam ranah ketetanggaan didominasi oleh bahasa Bali dengan tingkat kekerapan sebanyak 99%. Pilihan kedua ditempati oleh bahasa Indonesia dengan jumlah yang sangat kecil, yakni 1%. Selanjutnya, untuk kekerapan pemakaian bahasa Bugis dan bahasa lain tidak ditemukan sama sekali atau. Pemakaian bahasa dalam ranah pemerintahan dimaksudkan untuk mengetahui bahasa apa yang dipakai masyarakat Bugis di Desa Senganan apabila mereka mau berhubungan atau berurusan dengan instansi pemerintah atau aparat pemerintah. Topik yang dibahas dalam ranah pemerintahan adalah halhal yang berkaitan dengan KTP, beras raskin, dan lainlain. Berikut ini akan disajikan contoh wacana pemakaian bahasa di dalam ranah pemerintahan masyarakat Bugis di Desa Senganan. EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217

Vol. 1, No. 1, Juli 217, 26 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 Tempat : Kantor Desa Topik : Mencari KTP Partisipan : Ibu (Bugis) Pegawai Desa Aisah (P1) : Buk tiang nyari KTP. Putu (P2) : Ya tunggu dulu. (P1) : Pak Kades, belum datang? (P2) : Belum. (P1) : Jam berapa ke kantor? (P2) : Kirakira jam sebelasan. Pemakaian bahasa dalam ranah pemerintahan masyarakat Bugis di Desa Senganan lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia. Setelah dikaji kekerapan dan persentasenya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 4 Kekerapan Pemakaian Bahasa di Dalam Ranah Pemerintahan Pilihan Bahasa Kekerapan Persentase 4 62 39% 61% Jumlah 12 1 Pilihan bahasa para responden dalam ranah pemerintahan didominasi oleh bahasa Indonesia dengan tingkat kekerapan sebanyak 61%. Pilihan bahasa Bali menempati urutan kedua dengan kekerapan sebanyak 39%. Selanjutnya, untuk kekerapan bahasa Bugis dan bahasa lain tidak ditemukan sama sekali atau. Pemakaian bahasa dalam ranah pendidikan mengambil lokasi di lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar kelas. Masyarakat Bugis di Desa Senganan tidak mempunyai sekolah khusus bagi warga mereka. Oleh karena itu, proses pendidikan yang mereka alami di sekolah adalah sama dengan proses pendidikan yang dialami oleh warga setempat. Berikut ini akan disajikan contoh wacana penuturan di dalam ranah pendidikan pada masyarakat Bugis di Desa Senganan. Tempat : Ruang Piket (SMP) Topik : Informasi Guru Partisipan : Murid (Bugis) Guru Piket Yuyun (P1) : Ada Pak Made Buk? Bu Rini (P2) : Pak Made, ijin. (P1) : Kelas VII 1 dapat sekarang. (P2) : Tugasnya ambil di Perpus nggih! (P1) : Nggih Buk. Penggunaan bahasa dalam ranah pendidikan oleh masyarakat Bugis di Desa Senganan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217

Vol. 1, No. 1, Juli 217, 27 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 Tabel 3.5 Kekerapan Pemakaian Bahasa di Dalam Ranah Pendidikan Pilihan Bahasa Kekerapan Persentase 4 62 39% 61% Jumlah 12 1 Pemakaian bahasa para responden pada ranah pendidikan didominasi oleh bahasa Indonesia dengan tingkat kekerapan sebanyak 61%. Pilihan bahasa Indonesia menempati urutan kedua dengan tingkat kekerapan 39%. Pada ranah pendidikan tidak ditemukan pilihan terhadap bahasa Bugis dan bahasa lain, yakni. FaktorFaktor Penyebab Pergeseran Pemakaian Bahasa Bugis Bahasa itu bersifat dinamis. Keterkaitan bahasa dengan penuturnya mengakibatkan bahasa itu selalu berubah. Sebuah bahasa dapat bertahan atau punah tidak ditentukan oleh faktor tunggal melainkan banyak dan beragam yang merupakan mata rantai yang saling berkaitan ( (Dorin, 1979 dalam Sumarsono, 199 :183 184). Pergeseran pemakaian bahasa Bugis pada masyarakat Bugis di Desa Senganan ditentukan oleh beberapa faktor, baik faktor yang bersumber dari dalam masyarakat penutur itu sendiri maupun dari luar penutur itu sendiri (faktor internal maupun faktor eksternal). Faktor internal yang dimaksud dalam tulisan ini meliputi ketidaksinambungan pengalihan bahasa ibu, proses adaptasi/ pembauran, sikap bahasa masyarakat Bugis. Faktor eksternal menyangkut lingkungan geografis pemukiman dan lingkungan bahasa sekitar (ekologi bahasa). Kesinambungan pengalihan bahasa ibu merupakan faktor yang penting dalam menentukan kebertahanan atau pergeseran bahasa. Maksudnya, jika pengalihan bahasa ibu berlangsung dengan baik maka bahasa itu akan bertahan. Sebaliknya jika pengalihan bahasa itu tidak berlangsung dengan baik akan terjadi pergeseran pemakaian bahasa. Komunitas etnis Bugis yang bermukim di desa Senganan merupakan kelompok minoritas dengan jumlah yang tidak begitu besar. Proses komunikasi seharihari baik formal maupun nonformal menggunakan bahasa Bali atau bahasa Indonesia. Intensitas pemakaian kedua bahasa ini sangat tinggi sehingga hampir tidak ada peluang pengalihan bahasa ibu (bahasa Bugis) kepada generasi yang lebih muda. Ranah keluarga yang sebenarnya merupaka benteng pertahanan bahasa yang paling kuat ternyata tidak mampu menempatkan bahasa Bugis sebagai bahasa seharihari. Secara formal tidak ada pengalihan bahasa Bugis kepada generasi berikutnya. Hal ini terjadi karena masyarakat Bugis tidak memiliki sekolah khusus tetapi mereka bersekolah pada sekolahsekolah negeri dan swasta yang tidak mengajarkan bahasa Bugis. Keadaan ini dapat mempercepat tergesernya bahasa Bugis di desa Senganan. Mereka telah beralih mengajarkan bahasa Bali kepada anakanak dalam keluarga. Hal ini dapat diketahui dari jawaban dan pengakuan yang diberikan oleh tiga puluh empat responden ketika ditanya, Bahasa apakah yang diajarkan kepada anakanak dalam keluarga mereka? Jawabannya adalah seluruhnya, yakni 1 adalah bahasa Bali. Untuk lebih jelasnya secara rinci EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217

Vol. 1, No. 1, Juli 217, 28 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 6 Bahasa Yang Dialihkan Kepada AnakAnak Dalam Keluarga Bahasa Frekuensi Persentase 34 1 Jumlah 34 1 Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa upaya kesinambungan bahasa Bugis sebagai bahasa ibu tidak berlangsung dengan baik. Gejala ini merupakan faktor penting yang dapat mempercepat pergeseran bahasa Bugis di desa Senganan dan pada gilirannya digantikan oleh bahasa mayoritas, yaitu bahasa Bali. Semua unsur kebudayaan pada suatu waktu pasti akan mengalami perubahan karena berbagai macam sebab. Salah satu penyebab itu adalah perubahan lingkungan yang dapat menuntut perubahan kebudayaan (Haviland, 1993:251 dalam Katalina, 2 :83). Masyarakat Bugis memiliki kebudayaan tersendiri dan berkembang menyesuaikan dengan kebudayaan setempat. Masyarakat Bugis di desa Senganan sebagai komunitas kecil memiliki kesadaran terhadap kepentingan bersama. Mereka sadar, bahwa sebagai kelompok pendatang harus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan dan budaya Bali sehingga dalam kehidupan seharihari bisa berbaur akrab dengan penduduk lokal. Berikut adalah pernyataan salah seorang informan tentang hal itu. Bahasa yang kami gunakan dalam pergaulan seharihari adalah bahasa Bali dan kadangkadang bahasa Indonesia kalau mau mengurus suratsurat di kantor. Sekarang warga Bugis di sini sudah tidak ada yang bisa berbahasa Bugis. Anakanak sejak kecil sudah diajari berbahasa Bali (Jameri, 55 tahun). Alasan masyarakat Bugis menggunakan bahasa Bali dalam kehidupan seharihari dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 7 Alasan Warga Bugis Menggunakan Bahasa Bali No. Alasan Menggunakan Bahasa Bali Frekuensi Persentase 1. 2. 3. Lingkungan menggunakan bahasa Bali Memudahkan pergaulan dengan lingkungan Lebih merasa menyatu dengan orang Bali 1 2 4 29% 59% 12% Jumlah 34 1 Ketiga alasan yang diberikan oleh responden menunjukkan, bahwa pemakaian bahasa Bali oleh masyarakat Bugis di desa Senganan dimaksudkan untuk memudahkan pergaulan dan mempunyai motivasi untuk dapat berbaur dengan masyarakat Bali yang ada di sekitarnya. Adanya keinginan yang kuat dari masyarakat Bugis di desa Senganan untuk beradaptasi/membaur mempunyai dampak positif bagi keamanan, kenyamanan, dan toleransi di daerah ini. Terlebih EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217

Vol. 1, No. 1, Juli 217, 29 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 lagi tidak adanya hambatan bahasa dalam mengkomunikasikan permasalahan mereka karena baik etnis Bali maupun etnis Bugis samasama menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa pergaulan seharihari. Di sisi lain, hal itu mempunyai dampak yang kurang positif bagi budaya etnis mereka, terutama bahasanya. Sikap bahasa (language attitude) adalah tata keyakinan yang relatif berjangka panjang mengenai bahasa dan objek tertentu, yang memberikan kecendrungan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disenanginya (Suandi, 214:151). Sikap bahasa merupakan sikap penutur terhadap bahasa itu sendiri yang menyangkut bagaimana pengetahuan tentang bahasa itu, perasaan dalam menggunakan bahasa tersebut, atau tindakantindakan apa yang dilakukan untuk melestarikan dan mempertahankan bahasa tersebut. Sikap bahasa sebenarnya menyangkut tanggung jawab penutur bahasa terhadap bahasanya. Sikap positif terhadap bahasa lebih banyak dilihat dari pelaksanaan pemakaian bahasa dalam kehidupan seharihari. Pemakai bahasa yang mempunyai sikap positif terhadap bahasanya menganggap bahasa sebagai kebutuhan pribadi dan perlu dipelihara serta dijaga kelestariannya. Sikap bahasa masyarakat Bugis di desa Senganan terhadap bahasanya menunjukkan sikap tidak positif. Tidak digunakannya bahasa Bugis dalam berkomunikasi oleh masyarakat Bugis mengindikasikan, bahwa mereka sudah tidak terlalu memperdulikan bahasa leluhurnya. Dalam berkomunikasi seharihari mereka menggunakan bahasa Bali atau bahasa Indonesia. Ketika ditanyakan kemampuan menggunakan bahasa Bugis, seluruh responden menjawab Tidak mampu. Memang kenyataannya, selama pengamatan di lapangan tidak pernah didengar warga Bugis menggunakan bahasa Bugis bila berkomunikasi antarsesamanya. Kemampuan menggunakan bahasa Bugis masyarakat Bugis dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 8 Kemampuan Berbahasa Bugis No. Kemampuan Berbahasa Bugis Masyarakat Bugis Frekuensi Persentase 1. 2. 3. Sangat mampu Mampu tetapi tidak terlalu fasih Tidak mampu sama sekali 34 1 Jumlah 34 1 Ketidakmampuan warga Bugis dalam menggunakan bahasa asalnya juga terlihat dari tidak adanya pembinaan bahasa Bugis yang dilakukan oleh para tokoh masyarakat. Upaya pembinaan bahasa Bugis perlu segera dilaksanakan karena akan dapat menimbulkan sikap bangga dan sadar dengan bahasanya. Jika masyarakat sudah bangga dan sadar dengan bahasanya sendiri akan dapat membendung laju pergeseran bahasa Bugis di desa Senganan. Sikap bahasa juga dapat dilihat dari pikiran atau perasaan penutur bahasa tersebut (Fasold, 1984:148). Komunitas Bugis sudah cukup lama menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa pergaulan seharihari. Ketika mereka ditanyakan tentang perasaannya atau pendapatnya mengenai pemakaian bahasa Bali, responden memberikan tanggapan positif. Hampir sebagian besar memberikan jawaban senang dengan frekuensi sebanyak 3 atau 88%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut. EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217

No. 1. 2. 3. 4. Vol. 1, No. 1, Juli 217, 3 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 Tabel 9 Tanggapan Masyarakat Bugis terhadap Penggunaan Bahasa Bali Tanggapan Masyarakat Bugis Terhadap Pemakaian Bahasa Bali Sebagai Alat Komunikasi Seharihari Frekuensi Persentase Marah Senang 3 88% Biasabiasa saja 4 12% Tidak menjawab Jumlah 34 1 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa masyarakat Bugis di desa Senganan memiliki sikap bahasa yang negatif terhadap bahasa Bugis. Sebaliknya mereka memiliki sikap positif terhadap bahasa Bali dan hampir seluruhnya menyatakan senang menggunakannya. Kondisi ini mendorong terjadinya pergeseran pemakaian bahasa Bugis di daerah ini. Suatu kelompok komunitas, yang menempati wilayah kecil dan secara geografis relatif terpisah dari warga komunitas di luar kelompoknya, merupakan dukungan nyata dan kuat terhadap kurangnya intensitas kontak fisik dan kontak bahasa seharihari antara kelompok minoritas dan kelompok mayoritas. Hal itu tentu memberikan kesempatan yang relatif lebih luas kepada anggota kelompoknya untuk melakukan interaksi verbal dengan menggunakan bahasa ibu atau bahasa etnisnya (Sumarsono, 199:225). Wilayah pusat pemukiman penutur sebuah bahasa merupakan faktor yang penting menentukan bertahan tidaknya suatu bahasa. Masyarakat Bugis di Banjar Dinas Soka Kanginan, Desa Senganan hidup berdampingan dengan tempat tinggal orang Bali. Mereka hidup membaur berada dalam satu ikatan banjar dinas. Adanya lingkungan alam yang tidak terpisahkan ini menyebabkan sering terjadi kontak sosial antara etnis Bugis dengan etnis Bali. Dalam kegiatan kedinasan mereka melakukan bersamasama, seperti rapat banjar dinas, kegiatan PKK, gotong royong dan sebagainya. Tradisi ngejot yang merupakan warisan budaya Bali masih berlangsung sampai sekarang, terutama pada perayaan harihari besar baik umat Hindu maupun Islam. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa lingkungan alam pemukiman yang menyatu antara kedua etnis dapat memicu terjadinya pergeseran bahasa Bugis. Lingkungan bahasa sekitar (ekologi bahasa) dapat mempengaruhi keberadaan sebuah bahasa. Lingkungan bahasa sekitar ini terkait erat dengan lingkungan alam seperti telah diuraikan di depan. Maksudnya secara geografis wilayah pusat pemukiman penutur bahasa Bugis dikelilingi oleh wilayah hunian orang Bali sebagai penutur bahasa Bali. Masyarakat Bugis di daerah ini merupakan etnis minoritas. Menurut kepala Dusun Bapak Ketut Sudiarta, jumlah keseluruhan penduduk Banjar Dinas Soka Kanginan, Desa Senganan sebanyak 637 orang dengan rincian 593 orang berasal dari etnis Bali dan sisanya 44 orang dari etnis Bugis. Melihat kondisi ini, ada kecendrungan warga Bugis untuk menguasai bahasa Bali sebagai konsekuensi pengaruh lingkungan bahasa sekitar, yaitu bahasa Bali. Hal ini sesuai pula dengan alasan yang diberikan oleh tiga puluh empat orang responden, bahwa mereka mengajarkan bahasa Bali atau menggunakan bahasa Bali dalam keluarga karena alasan memudahkan pergaulan dan lingkungan masyarakat yang ratarata menggunakan bahasa Bali. EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217

Vol. 1, No. 1, Juli 217, 31 DOI: http://dx.doi.org/1.22225/kulturistik.1.1.214 SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dari data yang dikumpulkan melalui responden di lapangan maka dalam penelitian ini dapat dibuat beberapa kesimpulan. 1. Dalam penelitian pergeseran bahasa Bugis pada masyarakat Bugis di Desa Senganan dideskripsikan lima ranah pemakaian bahasa atau pilihan bahasa. Kelima ranah tersebut adalah ranah keluarga, ranah agama, ranah ketetanggaan, ranah pemerintahan dan ranah pendidikan. Dari lima ranah tersebut, ternyata bahasa Bugis sudah tidak dipergunakan lagi sebagai alat komunikasi verbal dengan lawan bicaranya. Dalam ranah keluarga, ranah agama, dan ranah ketetanggaan pemakaian bahasa didominasi oleh bahasa Bali sedangkan pilihan terhadap bahasa Indonesia ditemukan dalam jumlah yang relatif kecil. Dalam ranah pemerintahan dan pendidikan pemakaian bahasa didominasi oleh bahasa Indonesia sedangkan pilihan kedua ditempati oleh bahasa Bali. 2. Masyarakat Bugis di Desa Senganan ditemukan menggunakan dua bahasa, yakni bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Dari segi kualitas dan kuantitas bahasa Bali lebih dominan daripada bahasa Indonesia. Hal ini mengindikasikan, bahwa keberadaan bahasa Bugis di Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan sudah mengalami pergeseran pemakaiannya. Fungsifungsi yang sebelumnya dimiliki oleh bahasa Bugis sudah diambil alih oleh bahasa Bali dan sebagian kecil oleh bahasa Indonesia. 3. Faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa Bugis di Desa Senganan ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi: kesinambungan pengalihan bahasa ibu, proses adaptasi/pembauran, dan sikap bahasa masyarakat Bugis ; faktor eksternal meliputi lingkungan geografis pemukiman dan lingkungan alam sekitar (ekologi bahasa). DAFTAR PUSTAKA Fasold, R. (1984). The sociolinguistic of society. Oxford: Basil Blackwell. Fishman, J. A. (1972). Readings in the sociology of language. Paris: Mouton. Katalina, D. (2). Strategi bepartite komunitas cina di desa pupuan. Universitas Udayana. Mahsun. (213). Metode penelitian bahasa tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers. Suandi. (214). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudaryanto. (1993). Metode dan aneka teknik analisis bahasa. Jakarta: Duta Wacana University Press. Sumarsono. (199). Pemertahanan bahasa melayu loloan di Bali. Jakarta: Pustaka Bahasa. EISSN: 2584456 PISSN: 2589334 Copyright 217