BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Bahasa menjadi kunci penentu proses perubahan. Namun demikian, hal itu terkadang kurang begitu dipahami oleh penuturnya sehingga tidak terasa sebuah peradaban, termasuk bahasa di dalamnya, ternyata mengalami pergeseran. Pada konteks inilah faktor penutur bahasa menjadi penentu keberadaan suatu bahasa di dalam kehidupan mereka. Kondisi tersebut hampir dapat ditemukan pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal. Perkembangan bahasa Indonesia asal sangat bergantung kepada faktor penuturnya dalam berkomunikasi sehari-hari. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, migrasi penduduk, dan seni membawa para penutur bahasa Indonesia mau tidak mau harus berinteraksi dengan penutur bahasa lain, seperti bahasa daerah, termasuk penutur bahasa Indonesia yang hidup berdampingan dalam wilayah yang sama. Bahasa juga dijadikan sebagai identitas dari suatu Negara. Tiap bahasa memiliki aturan-aturan sendiri yang menguasai bunyi- bunyi dan urutanurutannya, kata dan bentukan- bentuknya, kalimat dan susunannya. Sosiolinguistik menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa itu dalam aspek atau segi sosial tertentu, seperti dirumuskan Fishman (1967:15) bahwa yang dipersoalkan dalam sosiolinguistik adalah who speak, what language, to whom, 1

2 2 when, and to what end. Dari rumusan Fishman itu dapat kita jabarkan manfaat atau kegunaan sosioinguistik bagi kehidupan praktis. Pergeseran bahasa (language shift) atau pemertahanan bahasa (language maintainance) dapat terjadi di berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, politik, pemerintahan dan sebagainya. Kedua peristiwa ini tentunya diikuti dengan bukti-bukti penggunaan bahasa masyarakat penuturnya. Kesadaran akan pendidikan, peningkatan kondisi ekonomi, dan mobilitas penduduk yang tinggi ternyata berpengaruh pada penggunaan bahasa sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, banyak pengaruh bahasa Indonesia maupun bahasa asing dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Pemertahanan bahasa (language maintenance) berkaitan erat dengan pergeseran bahasa (language shift). Sumarsono (2004: 231) mengatakan bahwa pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa ibarat dua sisi dari satu mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Pemertahanan bahasa (language maintenance) sering dilakukan melalui identifikasi pada domain dan situasi. Dalam hal ini bahasa tidak lebih lama digunakan atau berangsur-angsur dipilih untuk penggunaan bahasa yang lain. Sebaliknya, pergeseran bahasa (language shift) mengimplikasikan kepada perubahan penutur, sekelompok penutur, dan masyarakat tutur. Bila satu kelompok baru datang ke tempat lain dan bercampur dengan kelompok setempat, maka akan terjadilah pergeseran bahasa (language shift). Keompok pendatang ini akan melupakan sebagian bahasanya dan terpaksa memperoleh bahasa setempat. Alasannya karena kelompok pendatang ini mesti menyesuaikan diri dengan situasi baru tempat mereka berada. Akhirnya kelompok

3 3 pendatang ini akan mempergunakan dua bahasa, yaitu bahasa nasional dan bahasa daerah setempat (Alwasilah, 1993:116). Jika berkumpul dengan kelompok asal, mereka dapat menggunakan bahasa pertama mereka tetapi untuk berkomunikasi dengan selain kelompoknya tentu mereka tidak dapat bertahan untuk tetap menggunakan bahasanya sendiri. Sedikit demi sedikit mereka harus belajar menggunakan bahasa penduduk setempat. Pergeseran bahasa biasanya terjadi di negara, daerah, atau wilayah yang memberi harapan untuk kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik, sehingga mengundang imigran atau transmigran untuk mendatanginya (Chaer 1995: 190). Fishman (1972) menunjukan contoh terjadinya pergeseran bahasa pada imigran di Amerika. Keturunan ketiga atau keempat dari para imigran itu sudah tidak mengenal lagi bahasa ibunya dan malah telah menjadi monolingual dengan bahasa Inggris. Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa pergeseran bahasa terjadi pada masyarakat dwibahasa atau multibahasa. Kedwibahasaan menurut Omar (1994:9) dimulai ketika penduduk yang berpindah itu berkontak dengan penduduk pribumi lalu pihak yang satu mempelajari pihak lainnya untuk kebutuhan komunikasi. Kedwibahasaan atau multilingual sering terlihat saat masyarakat mitra tutur melakukan pergantian satu bahasa dengan bahasa lainnya dalam berkomunikasi. Pergantian bahasa ini biasanya terjadi karena tuntutan berbagai situasi yang dihadapi oleh masyarakat tutur. Selain itu peralihan atau pergantian bahasa itu dapat terjadi karena pergantian topik pembicaraan.

4 4 Peristiwa pergeseran bahasa lebih terkait dengan adanya faktor perpindahan dari suatu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain. Faktor mitra tutur, situasi, topik, dan fungsi interaksi dapat juga menyebabkan pergeseran bahasa. Berdasarkan hal tersebut di atas terlihat bahwa terjadinya pergeseran bahasa lebih terkait dengan faktor lingkungan. Pemertahanan bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa-bahasa lainnya. Pemertahanan bahasa terjadi pada masyarakat multilingual. Dalam hal ini, komunitas masyarakat dituntut untuk mampu memelihara dan mempertahankan bahasa daerahnya walaupun mereka hanya masyarakat penutur minoritas. Pada kesempatan ini peneliti berfokus pada seorang imigran asal Indonesia yang menetap di Norwegia yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Alasan narasumber berpindah dan menetap di Norwegia adalah untuk melanjutkan pendidikan serta bekerja keputusan tersebut yang membuat narasumber harus mau menyesuaikan budaya, bahasa, norma dan lain sebagainya. Dengan alasan itulah narasumber harus bisa menguasai lebih dari satu bahasa misalnya bilingual ataupun multilingual agar mampu berkomunikasi dengan orang lain, tidak hanya dengan orang lokal namun juga imigran dari negara lainnya tentunya degan penggunaan bahasa yang berbeda-beda tergantung dari tempat dan dengan siapa narasumber berkomunikasi. Narasumber berada dalam masyarakat multilingual karena ia mengusai tiga bahasa yaitu: bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Norwegia. Selain itu, narasumber masih menggunakan bahasa Indonesia ketika bertemu dengan para

5 5 imigran yang berasal dari Indonesia, juga komunikasi dengan keluarga pun tetap terjaga. Berdasarkan permasalahan tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan apakah terjadi pergeseran bahasa (language shift) juga pemertahanan bahasa (language maintenance), faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pergeseran dan jika terjadi pemertahanan bahasa (language maintenance) upaya apa saja yang dilakukan untuk mempertahankan bahasa nya (bahasa Indonesia). Penelitian yang berjudul Language Shift and Language Maintenance Pada Imigran Asal Indonesia di Norwegia. 1.2 Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah: 1. Apakah terjadi language shift and language maintenance pada imigran asal Indonesia di Norwegia? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya language shift pada imigran asal Indonesia di Norwegia? 3. Upaya apa saja yang dilakukan imigran asal Indonesia di Norwegia untuk mempertahankan bahasa pertamanya (bahasa Indonesia)? 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu Language Shift and Language Maintenance pada Imigran asal Indonesia di Norwegia: Sebuah kajian Sosiolinguistik dengan fokus penelitian pada language shift and Language maintenance pada salah seorang imigran asal Indonesia yang menetap di Norwegia. Tiga aspek yang dikaji di dalamnya, yaitu: apakah terjadi language

6 6 shift and maintenance pada imigran asal Indonesia di Norwegia, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya language shift dan upaya apa yang imigran lakukan untuk mempertahankan bahasa pertamanya (bahasa Indonesia). Dengan mewawancarai narasumber hasil wawancara tersebut akan dianalisis, juga akan diuaraikan jika terjadinya language shift pada imigran asal Indonesia di Norwegia, faktor apa saja yang menyebabkan narasumber melakukan language shift serta upaya yang dilakukan narasumber untuk mempertahankan bahasa pertamanya (bahasa Indonesia). 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Beberapa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi apakah terjadi language shift and language maintenance pada imigran asal Indonesia di Norwegia. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor terjadinya language shift pada imigran asal Indonesia di Norwegia. 3. Mengidentifikasi upaya apa saja yang dilakukan imigran asal indonesia di Norwegia untuk mempertahankan bahasa pertamanya (bahasa Indonesia). Penelitian ini juga diharapkan secara teoritis dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam bidang linguistik, khususnya analisis dalam sosiolinguistik mengenai language shift and language maintenance atau pergeseran dan pemertahanan bahasa. Secara praktis dapat bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Widyatama khususnya dan pembelajar bahasa Inggris pada umumnya, untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca mengenai language shift and maintenance serta untuk para tenaga pengajar agar mengajarkan materi

7 7 mengenai language shift and language maintenance lebih baik lagi karena bahasa Inggris merupakan bahasa global yang pada zaman sekarang ini kemampuan menggunakan bahasa Inggris sangat penting untuk membantu kita dalam dunia kerja maupun berkomunikasi dan berinteraksi antara negara satu dengan negara lainnya 1.5 Objek dan Metodologi Penelitian Berdasarkan judul penelitian Language shift and Maintenance pada Imigran Asal Indonesia di Norwegia. Fokus pada penelitian ini adalah language shift dan language maintenance. Penulis akan menganalisis melalui topik Language Shift dan Language Maintenance dari berbagai teori. Objek dalam penelitian ini adalah seorang imigran asal Indoenesia yang menetap di Norwegia. Pemilihan narasumber sebagai objek penelitian dianggap tepat selain dikarenakan penulis melihat imigran asal Indonesia tersebut telah menetap lama di Norwegia untuk menempuh pendidikan juga bekerja. Imigran tersebut berada pada masyarakat multilingual, karena ia mampu berkomunikasi dengan tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Norwegia. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk meminimalisir tingkat penggunaan bahasa oleh mahasiswa dan umumnya masyarakat luas agar tidak meninggalkan bahasa asalnya sehingga tidak memicu matinya sebuah bahasa (language lost). Penelitian ini tergolong dalam metode kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan pelaku yang dapat diamati, yang bertujuan untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel, dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung

8 8 dan menyuguhkan data apa adanya (Moleong, 2007: 11). Masih menurut Moleong (2004) dengan tegas ia menyebutkan bahwa penentuan jumlah informan dalam penelitian kualitatif tidaklah memerlukan responden yang banyak. Tujuannya adalah untuk menganalis lebih mendalam mengenai sebuah fenomena atau kejadian sehingga tidak ada patokan khusus dalam jumlah sampel untuk penelitian kualitatif. Prosedur analisis lebih banyak menggunakan deskriptif dan tidak ditujukan untuk generalisasi. Artinya, hasil penelitian kualitatif terbatas dalam hal generalisasi dan hanya berlaku untuk sampel yang diteliti. Dari alasan teori Meleong (2004) di atas penulis pun meyakini bahwa sebuah penelitian kualitatif tidaklah memerlukan banyak subjek penelitian karena setiap individu memiliki masalah dan kasus tersendiri sehingga tidak bisa disamaratakan. Prof A. Chaedar Alwasilah (2000:31) dalam bukunya yang berjudul Pokoknya Kualitatif, menjelaskan bahwa penelitiannya yang berkaitan dengan seorang narasumber yang berasal dari Jepang dan melanjutkan pendidikan pada Universitas di AS yang kefasihan bahasa Inggrisnya tidak memadai, namun IPK-nya sangat tinggi. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif boleh jadi satu orang responden namun dilakukan penelitian secara mendalam. Adapun instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis adalah wawancara dan kuesioner dengan cara open and close-ended questions yaitu pertanyaan-pertanyaan model ini merupakan percampuran dari kedua macam pertanyaan. Dalam kuesioner ini, di samping adanya pertanyaan terbuka (openended questions) juga terdapat pertanyaan yang tertutup (close-ended questions) (Inprashita, 2008).

9 9 Penulis melakukan wawancara melalui media sosial skype (chatting and video call) selama 3 kali dan menggunakan facetime (video call) sedangkan untuk kuesioner melalui sebagai instrumen pengumpulan data, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan kemudian menganalisis data berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden yang telah diujicobakan terlebih dahulu kepada mahasiswa Prodi Bahasa Inggris, Universitas Widyatama. Tujuan dari uji coba wawancara dankuesioner tersebut adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang telah dibuat oleh penulis sudah tepat sasaran dan dapat dipahami oleh responden, sehingga jawaban yang diinginkan penulis dapat tercapai atau terpenuhi. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini tersusun ke dalam empat bab. Bab I berupa Pendahuluan yang di dalamnya menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, objek dan metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berupa Kajian Pustaka yang membahas tentang teori linguistik khususnya ilmu sosiolinguistik terutama yang berkaitan dengan pergeseran bahasa dan pemertahanan bahasa (language shift and language maintenance). Dalam pembahasan Bab II dijelaskan tentang landasan teori yang diuraikan yaitu teori sosiolinguistik, teori pergeseran bahasa dan pemertahanan bahasa (language shift and language maintenance) sebagai teori utama yang digunakan untuk menganalisis data. Bab III berupa Analisis Data yang di dalamnya menganalisis pergeseran bahasa dan pemertahan bahasa (language shift) and language maintenance)

10 10 dengan fokus analisis pada tiga aspek sebagaimana yang ada pada identifikasi masalah. Bab IV berisi Simpulan dan Saran yang diperoleh dari hasil penelitian.