BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Maleo, 40 km sebelah tenggara Pulau Madura dan ±25 km sebelah selatan Pulau

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

Gambar 1.1 Diagram skematis proses eksplorasi dalam industri perminyakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 20 TAHUN 2010

Proses pengedokan kapal pada graving dock. Deady Helldiningrat

ANALISA TEKNO EKONOMI PENEMPATAN MAIN ENGINE DI PRODUCTION SUPPORT VESSEL 48 M

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: E-33

BAB I PENDAHULUAN. atau mendorong kapal di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan.

ANALISA PERFORMA BOW THRUSTER ANTARA PENGGERAK HIDROLIK DENGAN PENGGERAK ELEKTRIK

ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

BAB I PENDAHULUAN. pipa-pipa minyak dan gas bumi maupun konstruksi-konstruksi lainnya

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

1.2 Perumusan Masalah Bertolak belakang dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik I

INSTALASI PERMESINAN

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Gambar 1.2 Wilayah Republik Indonesia (Sumber : Google Earth)

BAB I PENDAHULUAN. sistem elektrik yang terdiri dari berbagai intrumentasi, sensor, serta transmitter

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK

PERANCANGAN SISTEM KONTROL SANDAR KAPAL OTOMATIS BERBASIS LOGIKA FUZZY DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.247/MEN/X/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyedia kebutuhan manusia. Indonesia merupakan negara maritim yang

PROJECT WORK PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULATOR OTOMASI SISTEM BILGE DAN SISTEM BALAST DI KAPAL MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

P3 TESIS ME HYBRID (BATERAI DIESEL ELEKTRIK) MERAK-BAKAUHENI

Tugas Akhir : Studi Perencanaan Bisnis Waralaba (Franchise) Dalam Bidang Reparasi Kapal

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis efektivitas..., Maulana Abdillah, FE UI, Universitas Indonesia

DESAIN KAPAL PENUMPANG BARANG UNTUK PELAYARAN GRESIK-BAWEAN

MENTERi ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, serta sistematika dalam hal penulisan penelitian.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kapal yang telah lulus uji kelas akan teregistrasi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

Analisa Riser Protection pada Fixed Jacket Platform akibat Beban tubrukan kapal

Proses Fabrication & Welding Pipa di PT. DOK Perkapalan Kodja Bahari Galangan I (PERSERO) Jakarta Utara

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI PERBANDINGAN TEKNIS & EKONOMIS ANTARA BARGE DITARIK TUG BOAT DAN BARGE MENGGUNAKAN SELF PROPULSION

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-176/PJ/2000 TANGGAL : 26 JUNI 2000

tentang pembangunan struktur gedung melainkan banyak lagi;

BAB I PENDAHULUAN. yang diletakkan terhadap spesimen dan bahan, baik bahan yang digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengukuran, baik pengukuran suhu, tekanan, kecepatan dan masih

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382)

BAB 4 PENGUKURAN KONSTRUKSI ANJUNGAN MINYAK LEPAS PANTAI MENGGUNAKAN LASER SCANNER

Mendesain System external Fifi dengan head dan Kapasitas sebesar ( 150 m, dan 1200 m 3 /h ).

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.01/2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANGKALAN SARANA OPERASI BEA DAN CUKAI

SALINAN TENTANG. kepabeanann. Negara Republik. (Lembaran. dan Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan.

PRESENTASI SKRIPSI ANALISA PERBANDINGAN KEKUATAN KONSTRUKSI CORRUGATED WATERTIGHT BULKHEAD

FORM DATA KOMPONEN KAPAL

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PELEPAS FLENS PADA POROS PROPELLER DENGAN HYDROLIC JACK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pompa hydrolik, pompa lumpur, top drive, crane, dan lainnya. Untuk mendukung

Desain Konseptual Hybrid Propulsion Mesin Diesel dengan Motor Listrik pada Tugboat 70 Ton Bollard Pull Untuk Aplikasi di Pelabuhan

BAB I PENDAHULUAN KE-2, KE-5, KE-6, KE-30, KE-23, KE-40, KE-32, KE-38A, PHE-38B, PHE-54,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu

Chapter 3 TYPE OF ROBOTICS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 21 TON/JAM TEKANAN KERJA 1,45 N/mm 2 BAHAN BAKAR BATUBARA

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanik, dan

GAS AKHIR - P3. apal Offshore Suppo. ort and Maintenance

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

Analisa Riser Protection pada Fixed Jacket Platform Akibat Beban Tubrukan Kapal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

PERFORMA DESIGN STRIPSHIELD SEA CHEST KAPAL BASARNAS TIPE FRP36 BERDASARKAN WATER INTAKE DAN TAHANAN TAMBAHAN

1. Tentang Kami. 2. Visi. 3. Misi. 4. Integritas

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-170/PJ/2002 TANGGAL : 28 Maret 2002

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

TUGAS AKHIR. Oleh: EKO PRIYANTO NIM : D

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

2017, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepela

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada sebuah kapal banyak sekali terdapat system permesinan yang salah satunya terkadang berkaitan pada saat kapal beroperasi, salah satunya adalah bow thruster yang berfungsi untuk menggerakkan haluan kapal saat akan bersandar ataupun sedang bermanuver. Terkadang tidak sedikit juga kapal - kapal yang tidak dilengkapi dengan peralatan tersebut, dengan alasan itulah juga sering dilakukan penambahkan bow thruster sebagai penunjang olah gerak kapal yang menggunakan daya listrik sebagai supply power pada saat pengoperasian bow thruster, yang akan berhubungan langsung dengan daya yang telah dipersiapkan di kapal. Oleh kerena itu penulis akan menganalisa semua kemungkinan penambahan daya yang diakibatkan dari penambahan bow thruster, dengan harapan setelah pemasangan tidak terjadi penambahan daya yang cukup signifikan dan alternatif bagaimana cara mengatasi apabila terjadi kelebihan beban yang cukup besar. Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di lepas pantai selalu membutuhkan suplai berkala. Supply vessel jenis ini bertugas melayani berbagai macam supply ke offshore platform, antara lain makanan, air bersih, bahan bakar, peralatan, atau material yang dibutuhkan offshore platform (pipa, pelat, drum, dan lain-lain) dan juga sejumlah cairan dan bubuk untuk keperluan pengeboran seperti semen, lumpur, drill water, serta methanol dan chemicals untuk operasional khusus. Kapal jenis ini sangat membutuhkan manouvering yang baik, baik itu pada saat berlayar maupun pada saat akan bersandar ke pelabuhan. Dalam melakukan manouvering saat berlayar kapal secara umum mengandalkan daun kemudi, namun ketika akan bersandar ke pelabuhan daun kemudi tidak akan bekerja secara maksimal sehingga memerlukan alat bantu lain dalam hal ini Bow Thruster atau Stern Thruster. Unsada Teknik Sistem Perkapalan I-1

Bagi tug boat/supply vessel sendiri bow thruster dapat membantu kapal ini dalam melaksanakan tugasnya untuk memandu kapal - kapal yang akan berlabuh, karena itu dituntut untuk dapat melakukan manouvering secara cepat, sehingga pemasangan bow thruster pada supply vessel sangat perlu untuk menunjang fungsi dari kapal itu sendiri. Supply Vessel 279 DWT merupakan salah satu jenis kapal tersebut, mulanya kapal ini tidak memiliki Bow Thruster. Kemudian oleh pihak owner PT. KANAYA akan dilakukan rekondisi dengan melakukan penambahan fasilitas kapal tersebut difungsikan sebagai Supply Vessel untuk RIG pengeboran minyak dan gas bumi, Oleh karena itu pihak owner mempercayakan PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari Galangan II Jakarta untuk melakukan rekondisi kapal tersebut. Dalam perkembangannya kapal - kapal desain lama tidak mencantumkan bow thruster dalam desain nya, hal ini yang menjadi alasan mengapa Supply Vessel 279 DWT. mengalami penambahan Bow Thruster, dikarenakan untuk menunjang olah gerak / manouvering kapal yang akan melayani kegiatan offshore. Dengan penambahan bow thruster tersebut maka otomatis generator yang di gunakan untuk mensupply daya listrik dikapal tidak sanggup melayani beban bow thruster. Melihat dari permasalahan diatas maka perlu dipikirkan bagaimana cara mengatasi hal tersebut, penulis berencana menganalisa beberapa merk bow thruster dengan penggerak yang berbeda yakni hidrolik dan elektrik yang ada dipasaran serta kebutuhan daya listrik akibat penambahan bow thruster yang diperlukan sehingga kapal dapat beroperasi dengan maksimal. Unsada Teknik Sistem Perkapalan I-2

Gambar I-1 General Arrangement Kapal supply 279 DWT (sumber : PT. Kanaya) 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi beberapa hal yaitu : a) Berapa besar daya dorong bow thruster yang dapat memenuhi kebutuhan manouvering Utility / Supply Vessel 279 DWT...? b) Cukupkah kebutuhan daya listrik dikapal setelah mengalami penambahan bow thruster pada kapal Supply Vessel 279 DWT...? 1.3. Batasan Masalah Untuk menegaskan dan lebih mem-fokuskan permasalahan yang di analisa dalam penulisan tugas skripsi ini, maka ada beberapa hal yang menjadi batasan masalah. Batasan masalah tersebut antara lain adalah : a) Penelitian yang dilakukan tidak membahas perubahan konstruksi dan stabilitas pada kapal. Unsada Teknik Sistem Perkapalan I-3

b) Penelitian yang dilakukan dengan berfokus pada kapal supply vessel 279 DWT. 1.4. Tujuan Penulisan Berikut ini adalah beberapa tujuan penulisan tugas skripsi, antara lain : a) Sebagai salah satu syarat kelulusan memperoleh gelar S1. b) Memilih jenis penggerak bow thruster yang sesuai dengan kebutuhan kapal. c) Menentukan berapa besar daya tambahan setelah penambahan bow thruster pada kapal Supply Vessel 279 DWT. 1.5. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan tugas skripsi ini antara lain adalah : a) Mengetahui efisiensi penggunaan dari bow thruster b) Dapat mengetahui dampak akibat penambahan bow thruster terhadap kebutuhan daya listrik dikapal Supply Vessel 279 DWT c) Memberikan rekomendasi kepada pemilik kapal tentang kebutuhan bow thruster yang sesuai dan menghasilkan gaya dorong (side thrust) yang maksimal. 1.6. Sistematika Penulisan Penyajian materi penulisan ini dijabarkan secara umum dalam kerangka penulisan sebagai berikut : a) BAB I PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Unsada Teknik Sistem Perkapalan I-4

b) BAB II DASAR TEORI Membahas tentang kajian pustaka dan teori yang membahas tentang permasalahan yang dibahas dalam peneliti ini. c) BAB III METODOLOGI PENELITIAN Membahas tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. d) BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Membahas tentang analisa data dari data yang diperoleh di lapangan dan pembahasan hasil dari analisa data. e) BAB V PENUTUP Membahas tentang kesimpulan yang diperoleh dari peneliti ini dan saran-saran untuk peneliti ini. Unsada Teknik Sistem Perkapalan I-5