NASKAH PUBLIKASI. Derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi metode discovery

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER KERJA KERAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

perencanaan, penentuan dan mengumpulkan sumber-sumber tetapijuga ketrampilan emosional dan sosisl menggunakan metode dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

PENGGUNAAN METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN WORD SQUARE PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 2 BANTENGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO

POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2008/2009

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SCRAMBLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA INGAT MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 9 SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

UGRO SUSENO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

AGUNG SUPRIYANTO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

15. Metode Discovery

PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA TOYS AND TRICK

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kualitas pendidikan harus ditingkatkan. investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan menghadapi dunia global

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas,

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA TUNAGRAHITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA KELAS X/C

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1 Pendidikan Biologi. Diajukan oleh :

PELAKSANAAN PENILAIAN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN PPKN (Studi Kasus Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Colomadu)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGAMBARAN KARAKTER KERJA KERAS PADA FILM MENEBUS IMPIAN (Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

IMPLEMENTASI KURIKULUM TAHUN 2013 DALAM PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Biologi.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

ANALISIS PERILAKU SISWA SMP DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI PANCASILA SILA KELIMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Di SMP Negeri 3 Sawit Boyolali)

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI LEARNING STARTS WITH A QUESTION

PENGARUH METODE EKSPERIMEN SAINS SEDERHANA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B5 TK AISYIYAH 1 PALU

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra di SMA Negeri 1 Sragen) NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

KONSEP PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Jawa khususnya pada kemampuan berbicara bahasa

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Program Pendidikan Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai drajat Sarjana S- 1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IX MTSN MODEL PALOPO

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERMAIN JAWABAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

Meningkatkan Motivasi Belajar Pembelajaran Untuk Siswa Kelas V SD Negeri 04 Pasar Pandan Air (PPA) Mati Solok Melalui Metode Inquiry

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MPBI DENGAN METODE MASYARAKAT BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIIE SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peradaban dunia. Menurut pasal 1 ayat (19) Undang-undang Sistem Pendidikan

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar matematika yang telah diterima siswa. konsep dengan soal untuk aspek penilaian yang lain. Indikator-indikator

MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIRENJA

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

PENERAPAN STRATEGI TEAM QUIZ

SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Transkripsi:

IMPLEMENTASI METODE DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FEBRI ERIK ARDIYANTO A220100019 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

ABSTRAK IMPLEMENTASI METODE DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014) Febri Erik Ardiyanto, A220100019, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi metode Discovery Learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberlakukan kurikulum 2013 di SMP N 2 Boyolali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus tindakan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan menerapkan model analisis interaktif yang tahapannya adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Keabsahaan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi data dan sumber data. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi metode discovery learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2013/2014 siswa merasa nyaman dalam pelaksanaannya. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat Penjabaran proses pencapaian konsep dengan metode ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu sebagai berikut: data dikemukakan kepada siswa, siswa menganalisis metode untuk mendapatkan konsep-konsep, siswa menganalisis metode untuk mendapatkan konsep-konsep, siswa mengaplikasikan konsep. Kata kunci: metode discovery learning, pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan Surakarta, 30 Juni 2014 Penulis Febri Erik Ardiyanto

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pribadi dewasa susila, maka ia sepenuhnya mampu bertindak sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya. Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi. Pendidikan lahir dari pergaulan antar orang dewasa dalam suatu kesatuan hidup. Tindakan mendidik yang dilakukan oleh orang dewasa dengan sadar dan sengaja didasari oleh nilai-nilai kemanusian, dan hidup menurut nilai-nilai tersebut. Kedewasaaan diri merupakan tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui perbuatan atau tindakan pendidikan. Perkembangan di dunia pendidikan telah menuangkan banyak aspirasi dan pemikiran dengan berbagai model atau metode pembelajaran yang membuat siswa tidak akan jenuh atau bosan dalam belajar. Perkembangan ini menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pelajaran dengan berbagai metode menarik. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP N 2 Boyolali ini baru memulai menggunakan kurikulum 2013, sehingga baru akan menerapkan metode Discovery Lerning, implementasi pembelajaran sebelumnya menggunakan metode masih bersifat umum. Penggunaan metode yang sebelumnya ini siswa kurang mandiri dan cenderung guru yang aktif. Kurikulum terbaru ini pendidikan diarahkan untuk mengambangkan dan membangun karakter potensi siswa. Sebagai seorang guru lebih inovatif dalam mengembangkan metode pembelajaran, salah satunya menggunakan metode Discovery Lerning. KAJIAN TEORI 1. Pengertian metode. Menurut Wiroatmojo (2009:26), metode adalah berasal dari bahasa inggris method, bahasa latin methodus, bahasa greek atau latin kuna methodos sama artinya dengan prosedur dan sistem. Kata tersebut berarti, tata cara yang telah dibakukan untuk mengerjakan sesuatu. 2. Pengertian metode Discovery Learning. Menurut Sund (1975) sebagaimana dikutip oleh Roestiyah (2008,20), menjelaskan Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.

3. Kelebihan metode Discovery Learning. Menurut Roestiyah (2008:20) Discovery memiliki kelebihan yaitu: a. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa. b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. c. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. d. Teknik ini mamapu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing. e. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga, sehingga lebih memiliki motifasi yang kuat untuk belajar lebih giat. f. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. g. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. 4. Kelemahan metode Discovery Learning. Menurut Roestiyah (2008:21), kelemahan Discovery yaitu: a. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. b. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil. c. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan. d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/ pembentukan sikap dan ketrampilan bagi siswa. e. Teknik ini mungkin tidak memeberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. 5. Langkah-langkah penerapan metode Discovery Learning. Menurut Sagala (2003:197), ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan Discovery yaitu: a. Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa. b. Menetapkan jawaban sementara atau dikenal dengan sebutan hipotesis.

c. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis. d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi. e. Mengaplikasikan kesimpulan/ generalisasi dalam situasi baru. 6. Indikator Pelaksanaan Metode Discovery Learning. Berdasarkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:5), Penjabaran proses pencapaian konsep dengan metode ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu sebagai berikut. a. Data dikemukakan kepada siswa Data ini boleh berbentuk kejadian, suatu benda atau unit benda. Siswa merancangkan unit-unit informasi dalam bermacam-macam atribut dari mana konsep itu dikembangkan. b. Siswa menganalisis metode untuk mendapatkan konsep-konsep Mulai dengan konstruksi yang luas, kemudian berangsur ke arah konsep yang lebih spesifik. c. Siswa menganalisis jenis-jenis konsep, yang sesuai dengan umur dan pengalaman. Tujuannya ialah untuk meningkatkan pengetahuan tentang konsep-konsep dan bagaimana konsep, itu dapat mereka gunakan. d. Siswa mengaplikasikan konsep Melalui keempat tahap tersebut pada umumnya konsep, dapat dicapai dengan melibatkan proses mental, meliputi berikut ini. 1) Mengamati. 2) Menggolong-golongkan. 3) Membuat dugaan/rumusan. 4) Mengukur. 5) Mengumpulkan data. 6) Menarik kesimpulan. 7. Pengertian pembelajaran. Menurut Barizi (2009:89), pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya yang mengarah kepada perubahan prilaku yang baik.

8. Sasaran pembelajaran berbasis kompetensi dalam kurikulum 2013. Menurut Mulyasa (2013: 108), secara khusus pembelajaran kurikulum 2013 ditujukan untuk : a. Memperkenalkan kehidupan kepada peserta didik sesuai dengan konsep learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together. b. Menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya belajar dalam kehidupan, yang harus direncanakan dikelola secara sistematis. c. Memberikan kemudaham belajar (facilitate of learning) kepada peserta didik, agar mereka dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan. d. Menumbuhkan proses pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh kembangnya peserta didik melalui penanaman berbagai kompetensi dasar. 9. Sasaran pembelajaran berbasis kompetensi dalam kurikulum 2013. Menurut Mulyasa (2013: 108), secara khusus pembelajaran kurikulum 2013 ditujukan untuk : a. Memperkenalkan kehidupan kepada peserta didik sesuai dengan konsep learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together. b. Menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya belajar dalam kehidupan, yang harus direncanakan dikelola secara sistematis. c. Memberikan kemudaham belajar (facilitate of learning) kepada peserta didik, agar mereka dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan. d. Menumbuhkan proses pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh kembangnya peserta didik melalui penanaman berbagai kompetensi dasar. 10. Pendekatan pembelajaran kurikulum 2013. Menurut Mulyasa (2013: 109), pendekatan tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual, bermain peran, pembelajaran partisipatif, belajar tuntas, dan pembelajaran konstruktivisme. a. Pembelajaran kontekstual (Constextual Teaching and Learning). Merupakan suatu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan implementasi kurikulum. b. Bermain peran (Role Playing). Bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.

c. Belajar tuntas (Mastery Learning). Belajar tuntas berasumsi bahwa kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan mempermudah hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajarai. d. Pembelajaran partisipatif. Hakekatnya belajar merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan. 11. Langkah-langkah pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:9), langkah-langkah pembelajaran: a. kesatu, mempelajari keadaaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi. b. kedua, membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat. c. ketiga, memilih dan menentukan uruta tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatannya. d. keempat, membuat program pembelajaran. program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu memperlajari perilaku dan evaluasi. 12. Menurut Laksono (2011:35), metode pembelajaran adalah bentuk penyajian yang berfungsi sebagai sarana untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan atau standar kompetensi yang telah ditentukan. 13. Komponen pembelajaran. Menurut Laksono (2011:42), komponen pembelajaran secara garis besar dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Kegiatan pembelajaran dapat memudahkan pengajar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat mengetahui bagaimana memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran. b. Metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar dalam penyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. c. Media pembelajaran yang digunakan semenarik mungkin d. Waktu tatap muka pengajar harus tau alokasinya dalam menyampaikan informasi pembelajaran.

e. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara lancar 14. Penilaian proses pembelajaran kurikulum 2013. Menurut Mulyasa (2013: 143), penilaian proses dimaksudkan untuk menilai kualitas pembelajaran serta internalisasi karakter dan pembentukan kompetensi peserta didik termasuk bagaiamana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Hal ini, penilaian proses dilakukan untuk menilai aktivitas, kreativitas dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, terutama keterlibatan mental, emosional dan sosial dalam pembentukan kompetensi karakter peserta didik. Penilaian proses dapat dilakukan dengan pengamatan (observasi), dan refleksi. Pengamatan dapat dilakukan oleh guru ketika peserta didik sedang mengikuti pembelajaran, mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merespons atau menjawab pertanyaan, berdiskusi dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran lainnya baik di kelas maupun di luar kelas. 15. Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Menurut Daryono dkk. (2011:1), PPKn adalah nama dari suatu pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah. PPKn berusaha membina perkembangan moral anak didik sesuai dengan nilai-nilai pancasila, agar dapat mencapai perkembangan secara optimal dan dapat mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari. 16. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Menurut Daryono dkk. (2011:1), menyatakan bahwa: PPKn berusaha membentuk manusia seutuhnya sebagai perwujudan kepribadian Pancasila, yang mampu melaksanakan pembangunan masyarakat pancasila, tanpa PPKn, segala kepintaran atau akal, ketinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketrampilan dan kecekatan, tidak memberi jaminan pada terwujudnya masyarakat Pancasila. 17. Implementasi Metode Discovery Learning Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah yang sudah maju adalah metode discovery learning, hal ini disebabkan karena metode discovery merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, dengan menemukan sendiri maka siswa akan lebih mengingatnya, penemuan yang dilakukan sendiri akan lebih benar-benar dikuasai, dengan penemuan ini anak akan menguasai salah satu metode, dan dengan metode

ini anak belajar berfikir analisisdan mencoba memecahkan masalah. Maka dari itu penerapan metode discovery di SMP N 2 Boyolali sangat menunjang bagi pembelajaran siswanya yang mana SMP tersebut sudah menggunakan kurikulm 2013 maka dari itu siswa akan dituntut lebih aktif karena sebagai sobjek dan objek dalam belajar. METODE PENELITIAN 1. Tempat penelitian ini di SMP Negeri 2 Boyolali pada pelaksanaan tahun pelajaran 2013/2014. Tahapan pelaksanaan kegiata dilakukan selama kurang lebih empat bulan, mulai bulan Maret 2014 sampai dengan Juni 2014. 2. Metode yang digunakan adalah pengamatan, wawancara, Observasi dan dokumentasi. Dipilihnya metode tersebut dalam penelitian ini didasarkan pada tiga alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini tentang implementasi metode discovery learning hal ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang terkait atau sangat relevan, yang ketiga dengan data yang dibutuhkan pemilihan penelitian kualitatif didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dan subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya. 3. Penelitian ini menggunakan studi kasus, merupakan kejadian atau peristiwa. Sebuah kasus merupakan objek telaahan yang amat terbatas, dan kesimpulannya hanya berlaku untuk itu saja, dan bisa menjadi kelanjutan untuk kasus berikutnya. 4. Penelitian ini menggunakan teknik interaktif yang meliputi wawancara, observasi dan mencatat dokumentasi. Dalam penelitian ini instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk wawancara, mewawancarai wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, siswa kelas VII SMP Negeri 2 Boyolali. 5. Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif. Berdasarkan model analisis interaktif, peneliti berusaha mengkaitan dengan fokus penelitian ini yaitu implementasi metode discovery learning dalam pembelajaran Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan (studi kasus pelaksanaan kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2013/2014). HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi metode discovery learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2013/2014 maka dapat ditelaah bahwasannya proses pembelajaran di sekolah tersebut sudah melaksanakan metode tersebut terkait pelaksanaan kurikulum 2013/2014. Dengan adanya metode tersebut, dalam pelaksanaan proses pembelajaran siswa cenderung lebih aktif sedangkan guru hanya menjadi fasilitator. Berbeda pada pelaksanaan kurikulum sebelumnya yang mana guru lebih dominan dalam proses pembelajaran. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi metode discovery learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Boyolali yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Boyolali ini baru memulai menggunakan kurikulum 2013, sehingga baru akan menerapkan metode Discovery Learning, implementasi pembelajaran sebelumnya menggunakan metode masih bersifat umum. Penggunaan metode yang sebelumnya ini siswa kurang mandiri dan cenderung guru yang aktif. Kurikulum terbaru ini pendidikan diarahkan untuk mengambangkan dan membangun karakter potensi siswa. Sebagai seorang guru lebih inovatif dalam mengembangkan metode pembelajaran, salah satunya menggunakan metode Discovery Learning. Penelitian ini lebih memfokuskan pada implementasi metode Discovery Learning dalam pemelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan prlaksanaan kurikulum 2013 di SMP N 2 Boyolali. 2. Implementasi metode Discovery Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP N 2 Boyolali. Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Perkembangan di

dunia pendidikan telah menuangkan banyak aspirasi dan pemikiran dengan berbagai model atau metode pembelajaran yang membuat siswa tidak akan jenuh atau bosan dalam belajar. Metode Discovery Learning merupakan suatu metode yang digunakan dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Metode pembelajaran tersebut berbasisi proses mental dari siswa untuk mengasimilasikan konsep sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui mentalnya sendiri. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk implementasi metode Discovery Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP N 2 Boyolali. implementasi metode discovery learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan itu sudah dilaksanakan dan siswa merasa nyaman dan menarik dengan metode pembelajaran tersebut, metode discovery memiliki tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya

DAFTAR PUSTAKA Barizi Ahmad. 2009. Menjadi Guru Unggul. Jogjakarta: Modinan Sembilan. Daryono, dkk. 2011. Pengantar Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Rineka Cipta. Laksono.2011. Mengenal lebih Dekat Guru dan Pembelajaran. Sukoharjo: Pustaka Abdi Sejahtera. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.2013. Nomor 81a Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Roestiyah N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sagala Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alvabeta Wiroatmojo Piran. 2009. Dasar Penelitian dan Statistika. universitas Indonesia Jakarta