BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. antara petani dengan pabrik gula Sejarah Singkat PG. Gempolkrep

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Tebu Jombang di Kancah Gula Nasional

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia 2.2. Karakteristik Usahatani Tebu

BAB IV PEMBAHASAN. diketahui melalui profil perusahaan berdasarkan data yang peneliti peroleh berikut

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tanggung Jawab Pabrik Gula Trangkil dalam Kerja Sama dengan Petani Tebu Rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. Ema Bela Ayu Wardani

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 154 TAHUN 1980 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri

BAB V KESIMPULAN. Dinamika Ekonomi Pabrik Gula Sumberharjo Pemalang pada Tahun

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

DWIYANlP HENDRAWATL Efisiensi Pengusahaan Gula Tebu di Lahan Sawah Dengan Analisis Biaya Sumberdaya Domestik (Dibawah biiigan RITA NJRMALINA SURYANA)

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari atau aktivitas pembiayaan dalam jangka panjang. Dana yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

SISTEM PENGAJUAN PETANI PINJAMAN KKPE (Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi )

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENDAPATAN DAN BEBAN DALAM KAITANNYA DENGAN MATCHING PRINCIPLE PADA PG WATOETOELIS-SIDOARJO

Mochammad Tanzil Multazam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Semarang dalam Suharyono dan Moch. Amien (2013: 19) bahwa geografi adalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB II GAMBARAN UMUM PG. DJOMBANG BARU. sejarahnya PG. Djombang Baru ini mempunyai dua periode yaitu periode

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TEBU (Studi Kasus Petani Tebu Mitra PG.Pakis Baru di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

Perbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1960 (2/1960) Tanggal: 7 JANUARI 1960 (JAKARTA)

72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

V. DESKRIPSI UMUM PT PADI ENERGI NUSANTARA (PEN) 5.1 Pembentukan PT Padi Energi Nusantara (PEN)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman

Entrepreneurship and Innovation Management

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENITIPAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

RANCANG BANGUN DASHBOARD UNTUK VISUALISASI PRODUKTIVITAS BAHAN BAKU TEBU PADA PABRIK GULA GEMPOLKREP

Transkripsi:

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1.1 Paparan Data Penelitian ini akan membahas secara mendalam tentang gambaran umum perusahaan, gambaran biaya yang dikeluarkan dari awal penanaman tebu sampai menjadi gula, dan analisis bagi hasil antara petani dengan pabrik gula. 1.1.1 Sejarah Singkat PG. Gempolkrep Pabrik gula Gempolkrep, salah satu pabrik gula di lingkungan PT. Perkebunan XXI- XXII (Persero) dahulu adalah pabrik gula milik Belanda yaitu Suiker Pabriek Gempolkrep, dengan nama NV. Cultuur Maatschappil Gempolrep milik dari N.V. Kooy A Coster Van Voor Hout yang didirikan tahun 1849. Pada waktu itu banyak pabrik gula di sekitar Mojokerto, antara lain: 1. Sugar Factory Sentanenlor 2. Sugar Factory Bangsal 3. Sugar Factory Brangkal 4. Surar Factory Tangonan 5. Sugar Factory Ketanen 6. Sugar Factory Gempolkrep Kecuali pabrik gula Gempolkrep pabrik- pabrik tersebut kemudian ditutup, sedangkan sisa aset berupa tanah dan bangunan menjadi milik pabrik gula Gempolkrep. Areal dari pabrik-pabrik 63

64 tersebut kemudian menjadi areal pabrik gula Gempolkrep sampai sekarang. Pabrik gula Gempolkrep sebagai bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak lepas dari sejarah BUMN di Indonesia dengan segala perubahan struktur organisasinya. BUMN di sektor perkebunan sebenarnya sudah lama ada yaitu sesuai ketentuan dalam stb. 1927 No 419 jo 1939 No 445, lahirlah BUMN 113w (Undang- Undang Perusahaan Indonesia) diantaranya Gouvernements Landbouw Bedrijven (GLB) yang kemudian beralih menjadi perkebunan negara yang lebih dikenal dengan nama PPN (Lama) Tahun 1957 / 1958 akibat konfrontasi Republik Indonesia dengan pemerintahan Belanda dalam rangka pengembalian Irian Barat telah dilakukan tindakan pengambil alihan terhadap maskapaimaskapai belanda yang kemudian dibentuknya Undang Undang No 8 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Belanda dan dibentuklah Perusahaan-Perusahaan Negara seperti di sektor perkebunan yaitu PPN baru, sesuai Peraturan Pemerintah No 4/ 1959. Sesuai dengan keadaan tersebut di atas maka pabrik gula Gempolkrep diserahkan kepada pejabat Indonesia dengan pengawasan penguasa militer saat itu. Untuk mengatasi permasalahan dalam pengelolaan Perusahaan-Perusahaan Negara dan dengan maksud mensingkronkan

65 berbagai bentuk badan usaha negara telah dikeluarkan Undang- Undang No 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. Di sektor perkebunan atas dasar UU No 19 tahun 1960 diadakan penggabungan dari perusahaan perusahaan atau kebunkebun PPN lama (XXIBW) dengan perusahaan-perusahaan atau yang dikelompokkan meurut jenis budaya yang dikelolanya dan yang ditempatkan dibawah koordinasi BPU PPN. BPU-PPN tersebut antara lain: BPU-PPN karet dengan 17 buah PPN karet BPU-PPN antan dengan 13 buah PPN antan BPU-PPN tembakau dengan 10 buah PPN tembakau BPU-PPN gula dengan 48 buah PPN Gula dan 2 buah PPN karung goni Pabrik gula menjadi salah satu PPN gula dibawah BPU-PPN gula Pada tahun 1967 dikeluarkan instruksi presiden No 17 Tahun 1967 tentang pengarahan dan penyederhanan perusahaan negara kedalam tiga bentuk usaha negara (PERJAN, PERUM, PERSERO). Sesudah instruksi presiden No 17 Tahun 1967 dan sebelum diterbitkan Undang Undang No 9 Tahun 1999 telah terjadi perubahan (Reorganisasi) secara besar-besaran dalam kelompok PPN-PPN tersebut di atas yakni pembubaran keempat buah BPU-PPN dan pembentukan 28 buah perusahaan negara pekebunan (PNP1S/D28) berdasarkan peraturan pemerintah No. 14 tahun 1966 pabrik gula

66 Gempolkrep merupakan salah satu pabrik gula diantara 7 buah pabrik dibawah P.N.P XXII yang wilayah kerjanya meliputi wilayah EX Karisidenan Surabaya Sejak dibentuknya UU No. 9 Tahun 1969 maka mulai tahun 1974 secara berangsur-angsur diadakan pengalihan dan penyesuaian dari 28 PNP ini menjadi bentuk PTP (PERSERO). Diantaranya PNP XXI diwilayah EX Karisidenan Surabaya menjadi PT. Perkebunan XXI-XXII (PERSERO) atas dasar peraturan-peraturan No. 23 Tahun 1973 Tanggal 11 Mei 1973 lembaran Negara RI tahun 1673 No. 29 tambahan berita Negara RI 1974 No. 46 sejak saat itu pabrik gula Gempolkrep menjadi salah satu pabrik dibawah P.T. P XXI/- XXII (PERSERO) 1.1.2 Hasil Pengolahan Pabrik Gula Dari aktifitas pengolahan pabrik gula Gempolkrep yang dihasilkan adalah : 1. Gula Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gula merupakan suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Semua lapisan masyarakat saat ini membutuhkan gula. Eropa adalah negara pengimpor gula terbesar. Umumnya gula diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat.

67 2. Tetes Menurut Misran (2005) Tetes tebu atau istilah ilmiahnya molasses adalah produk sisa pada proses pembuatan gula. Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana gula dalam sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi itu disebabkan molasses mengandung glukosa dan fruktosa. Pada pemrosesan gula, tetes tebu yang dihasilkan sekitar 5 6%. Walaupun masih mengandung gula, tetes tebu tidak layak untuk dikonsumsi karena mengandung kotorankotoran yang dapat membahayakan kesehatan. Namun mengingat nilai ekonomisnya yang masih tinggi, biasanya pabrik gula menjual hasil tetes tebunya ke pabrik-pabrik yang membutuhkan tetes ini. Contohnya seperti : pabrik alkohol, pabrik pakan ternak dan lain sebagainya. 4.1.3 Gambaran Biaya Operasional

BIAYA PROD. (HASIL) TH. INI biaya per kuintal biaya per hektar Rp 7,368,078.00 1 hektar = 220 kuintal Harga(hasil) Gula Sisan Awal Rp 1,410,552,343 Rp 191.44 Rp 42,117.02 a) Pembibitan Rp 20,970,218 Rp 240.26 b) Tebu Giling Rp 15,337,314,045 Rp 2,081.59 Rp 457,949.70 c) Tebang dan Angkut Tebu Rp 10,300,485,559 Rp 1,397.99 Rp 307,557.39 d) Biaya Pabrik Rp 36,870,836,454 Rp 5,004.13 Rp 1,100,909.09 e) Biaya Pengolahan Rp 15,899,204,532 Rp 2,157.85 Rp 474,726.92 f) Pimpinan dan Tata Usaha Rp 9,904,917,124 Rp 1,344.30 Rp 295,746.29 g) Quality Control Rp 2,813,003,417 Rp 381.78 Rp 83,992.16 h) Penyusutan Aktiva Benda Rp 23,342,159,806 Rp 3,168.01 Rp 696,962.65 i) Amortisasi Rp 185,875,268 Rp 25.23 Rp 5,549.96 Jumlah Biaya Penyusutan Rp 23,528,035,074 Rp 3,193.24 Rp 702,512.61 Harga(hasil) Gula Sisan Akhir Rp (1,690,606,748) Rp (229.45) Rp (50,479.04) Jumlah Biaya Produk Bersama Rp 114,394,712,018 Rp 15,763.13 Rp 3,415,032.14 Biaya Titik Pisah Produk a) Pengemasan dan Angkut Gula Rp 2,106,476,113 Rp 285.89 Rp 62,896.29 b) Pembelian Tetes MPTR Rp - Rp - Rp - JUMLAH BIAYA PRODUK INCL SISA Rp 116,501,188,131 Rp 16,049.02 Rp 3,477,928.43 JUMLAH BIAYA PRODUKSI Rp 116,781,242,536 Rp 15,849.62 Rp 3,486,916.58 Rp - Rp - BIAYA PENJUALAN Rp 475,933,006 Rp 64.59 Rp 14,210.66 jumlah seluruh biaya Rp 117,257,175,542 Rp 15,914 Rp 3,501,127 68

69 jumlah keseluruhan biaya Rp 3,501,127 + Rp 9,094,800 = Rp 12,595,927 bagi hasil untuk pabrik sesuai dengan modal yang dikeluarkan Rp 3,501,127 Rp 12,595,927 bagi hasil untuk petani sesuai dengan modal yang dikeluarkan Rp 9,094,800 Rp 12,595,927 = = 28% 72% LAPORAN BIAYA YANG DIKELUARKAN OLEH PETANI Biaya per 5 hektar Biaya per hektar Sewa Lahan / Hektar dalam 1 Musim Rp 13,000,000 Rp 2,600,000 Biaya Tanam Rp 20,000,000 Rp 4,000,000 Biaya Tebang Angkut Rp 9,900,000 Rp 1,980,000 Rp 42,900,000 Rp 8,580,000 biaya bunga Rp 2,574,000 Rp 514,800 Rp 45,474,000 Rp 9,094,800

70 Dalam pabrik jumah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah tebu menjadi gula dalam ukuran 1 hektar luas sawah berkisar Rp 3,501,127 dan untuk petani sendiri biaya yang telah dikeluarkan untuk menanam tebu sampai penebangan berkisar Rp 9,094,800 dari jumlah masing-masing biaya yang dikeluarkan berjumlah Rp 12,595,927. Masing-masing persentase bagi hasil pabrik dan petani persentasenya menjadi 27.8% untuk pabrik dan 72.2% untuk petani jika dilihat dari modal kerja yang telah dikeluarkan oleh pabrik dan petani. Apabila dilihat dari persentase di atas, cara bagi hasil ini lebih menguntungkan pada pihak petani apabila dibandingkan dengan persentase bagi hasil yang telah diatur oleh PT. Perkebunan Nusantara X. J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham dalam Iryanto (5: 2012) modal kerja adalah dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja bisa menjadi aspek pertimbangan hasil dalam menentukan laba untuk masing-masing pabrik dan petani. Jenis modal kerja yang dipakai oleh pabrik gula ini adalah modal kerja yang variabel (Variable Working Capital) dimana modal kerja yang jumlahnya bisa berubah-rubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel ini dibagi menjadi 3 yaitu (1) modal kerja musiman (Sesional Working Capital), (2) modal kerja siklis (Cyclical Working Capita) dan (3) modal kerja darurat (Emergency Working Capital). Dan modal pabrik gula Gempolkrep yang diberikan ke petani termasuk jenis modal kerja yang musiman,

71 modal kerja yang jumlahnya berubah-rubah yang disebabkan oleh fluktuasi musim. Dalam Islam laba yang berasal dari modal pokok dinamakan al-faidah yaitu pertambahan pada barang milik (asal modal pokok) yang ditandai dengan perbedaan antara harga waktu pembelian dan harga penjualan, yaitu sesuatu yang baru dan berkembang dari barang yang dimiliki. (Syahatah, 2001:157) 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Praktik Bentuk Akad Kerjasama Bagi Hasil antara Petani dan Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto Akad kerja sama antara petani dan pabrik gula dijelaskan dalam bentuk perjanjian kerjasama yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Petani sebagai pengolah lahan dengan tanaman tebu dengan bimbingan teknis dari pabrik gula dan pinjaman dana dari pihak perbankan (yang disalurkan lewat pabrik gula). Setelah panen, hasilnya diolah oleh pabrik gula dan dijual melalui lelang terbuka yang dihadiri oleh pihak pabrik dan wakil petani. Sebagian hasil penjualan gula dipotong untuk melunasi utang petani sisanya dibagi antara pihak pabrik dan petani. Dari Peraturan Gubernur no. 30 tahun 2007 pembiayaan yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan program PTR (Petani Tebu Rakyat) dalam kegiatan usahatani, dapat bersumber dari permodalan kredit perbankan, kredit program serta Dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). Dan pencairan paket kredit

72 dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tahapan kegiatan teknis budidaya tebu di lapangan. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan pihak administrasi bagi hasil beliau mengatakan: Petani memperoleh modal awal dari pinjaman uang di bank yang disalurkan lewat pabrik gula. Setiap petani adalah anggota koperasi yang telah ditunjuk oleh pabrik. Dana pinjaman dari bank akan diserahkan kepada koperasi dan pihak koperasi memberikan dana pinjaman tersebut kepada petani. Di Mojokerto terdapat 20 koperasi yang bekerja sama dengan pabrik gula. (Wawancara dengan Pak Suni, 15 Juli 2013) Setelah peneliti melakukan wawancara dengan pihak petani beliau mengatakan: Pabrik tidak memberikan semua dana pinjaman dalam satu waktu ada tahapan-tahapan yang dinamakan tris. Tris pertama hanya mendapatkan Rp. 13,000,000/hektar. Tris kedua mendapatkan Rp. 7,000,000/hektar. Tris ketiga sisa semua dana pinjaman. Bunga dari jumlah dana yang dipinjam tersebut ditanggung semua oleh petani. Bunganya sebesar 6%. Dan bunga itu flat. (wawancara dengan H. Sulaiman 24 Juli 2013) Untuk pinjaman dana petani tidak secara langsung mendapatkan semua dana pinjaman. Terdapat tahapan-tahapan dalam penerimaan dana pinjaman. Dalam tahap awal petani mendapatkan dana sebesar Rp. 13,000,000/hektar dan tahap selanjutnya petani mendapatkan Rp. 7,000,000/hektar. Sumber dana untuk para petani tidak hanya dari pinjaman perbankan tetapi bisa jadi didapatkan dari PTPN itu sendiri dan pemerintah melalui koperasi.

73 Gambar 4.1 Skema Praktik Bentuk Akad Kerjasama Bagi Hasil antara Petani dan Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto 9 Petani Tebu 7 PG Gempolkrep 2 Bank 6 1 4 3 Pemilik Lahan 5 Koperasi 8 Bulog Keterangan : 1. Petani tebu dengan PG Gempolkrep melakukan kerjasama usaha. 2. PG Gempolkrep mengajukan pinjaman dana ke bank. 3. Bank memberikan dan pinjaman ke PG Gempolkrep. 4. PG Gempolkrep memberikan dana pinjaman tersebut ke koperasi yang telah ditunjuk menjadi mitra sebagai penyalur dana pinjaman ke petani tebu. 5. Koperasi memberikan dana pinjaman kepada petani tebu untuk biaya penanaman tebu sampai penebangan tebu, dana pinjaman tidak diberikan secara keseluruhan tetapi bertahap. 6. Petani tebu menyewa lahan untuk ditanami tebu. 7. Petani tebu menyerahkan hasil tanamannya untuk diolah menjadi gula. 8. PG Gempolkrep menjual hasil produksi yang berupa gula ke Bulog.

74 9. PG Gempolkrep memberikan hasil penjualan gula ke petani sesuai dengan persentase bagi hasil yang telah disepakati diawal yang telah dipotong hutang dana pinjaman petani. 4.2.2 Sistem Keuntungan antara Petani dan Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto Besar kecilnya pembagian laba menurut pabrik gula tergantung pada rendemen hasil tebu yang telah digiling pembagian ini dihitung setelah gula dijual. Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %, artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg. Di pabrik gula Gempolkrep bagi hasil gula ada 3 jenis tergantung dengan rendemen yang ada : 1. Apabila rendemen sampai dengan 6 bagian hasil antara petani dengan pabrik gula sebesar 34% (untuk pabrik) : 66% (untuk petani) 2. Apabila rendemen 6 sampai dengan 8,00 bagi hasil antara petani dengan pabrik gula sebesar 30% (untuk pabrik) : 70% (untuk petani) 3. Apabila rendemen lebih dari 8.01 maka bagi hasil antara petani dengan pabrik gula sebesar 25% (untuk pabrik) : 75% (untuk petani)

75 Melihat perhitungan keuntungan di atas dan kenyataan yang terjadi dapat dikatakan bahwa petani apabila dia ingin mendapatkan keuntungan yang banyak maka petani harus bisa memelihara Tebu dengan sebaik-baiknya. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan pihak petani beliau mengatakan: Setelah mengikuti rapat di pabrik gula ternyata pihak pabrik selama ini memberikan subsidi rendemen kepada petani jadi setiap angka rendemen ditambah 0.5 dari angka rendemen yang sebenarnya kecuali angka rendemen yang kurang dari 6 tidak mendapatkan tambahan nilai angka rendemen (wawancara dengan H. Sulaiman 24 Juli 2013), Angka rendemen tebu petani ternyata selama ini pihak pabrik memberikan pertambahan angka rendemen kepada petani meskipun mutu rendemen tebu petani tidak bagus. Jadi, misalkan rendemen tebu petani menunjukkan angka 7 pihak pabrik memberikan tambahan angka rendemen 0.5 sehingga angka rendemen petani naik menjadi 7.5 dan ini akan memepengaruhi hasil persentase yang di peroleh petani tebu. Kecuali apabila angka rendemen tebu petani menunjukkan angka 6 petani tidak mendapatkan tambahan angka rendemen. Setelah melihat bukti PBHE (Pehitungan Bagi Hasil Efektif) yang ada ditangan petani, penulis menemukan adanya kejanggalan, dalam bagi hasil ini. Tebu yang digiling sebanyak 1,016 kwintal menghasilkan gula 73.04 kwintal dengan rendemen 7.17. Apabila

76 sesuai dengan perjanjian, maka persentase yang akan didapatkan petani dari bagi hasil berjumlah 70%. Namun, dalam realitanya pihak petani hanya mendapatkan 66% saja dari 100% hasil gula. 4.2.3 Akad Kerjasama Pabrik Gula dengan Petani dalam Sudut Pandang Islam Akad bagi hasil yang dipraktikkan oleh pabrik gula adalah akad Al Musyarakah. Menurut makna syara, syirkah adalah suatu akad antara 2 pihak atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja dengan tujuan memperoleh keuntungan. (An-Nabhani, 2004:197) Ketentuannya, antara lain : 1. Pernyataan ijab dan kabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad). 2. Pihak-pihak yang berkontrak harus sadar hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut : a) Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan. b) Setiap mitra memiliki hak umtuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal. c) Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah

77 dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian yang disengaja. d) seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan dana atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri. Objek akad adalah modal, kerja, keuntungan dan kerugian. Modal kerja dapat menutupi kebutuhan pokok sesuai dengan keahlian dan keterampilan masing-masing, yang ditopang oleh peningkatan kualitasnya. pakar-pakar hukum Islam menetapkan kebutuhan pokok yang dimaksud mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Dalam Islam modal kerja dapat diperoleh dari: 1) jaminan satu rumpun keluarga, karena suatu hal seseorang tidak mampu memperoleh kecukupan untuk kebutuhan pokoknya, maka dalam hal ini Al-quran datang dengan konsep kewajiban memberi nafkah kepada keluarga sehingga setiap keluarga harus saling menjamin dan mencukupi. dalam surat Al-Anfal ayat 75 :

78 dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) 1 di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. ayat ini menggarisbawahi adanya hak bagi keluarga yang tidak mampu terhadap yang mampu. Dalam mazhab Abu Hanifah memberi nafkah kepada anak dan cucu atau ayah merupakan kewajiban walaupun mereka bukan muslim. 2) Zakat, merupakan kewajiban yang harus dikeluarkan oleh manusia yang mempunyai harta yang berkelebihan agar menyisihkan sebagian harta mereka untuk orang yang memerlukan, yang telah ditetapkan oleh Allah berdasarkan Istikhlaf (penugasan manusia sebagai khalifah) dan persaudaraan semasyarakat, sebangsa dan kemanusiaan. Dalam surat Muhammad ayat 36-37 1 Maksudnya: yang Jadi dasar waris mewarisi dalam Islam ialah hubungan kerabat, bukan hubungan persaudaraan keagamaan sebagaimana yang terjadi antara muhajirin dan anshar pada permulaan Islam.

79 36. Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. 37. jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. 3) Kewajiban Pemerintah, pemerintah juga berkewajiban mencukupi setiap kebutuhan warga negaranya melalui sumbersumber dana yang sah. Diantaranya seperti pajak, baik pajak dalam bentuk perseorangan, tanah, atau perdagangan, maupun pajak tambahan lainnya yang ditetapkan pemerintah bila sumber-sumber dana tersebut di atas belum mencukupi.