Un tuk Ayahanda dan Ibtmda tercin ta yang telah mendidik dan membesarkan akir dengan penirh kasih dan kesabaran,

dokumen-dokumen yang mirip
Un tuk Ayahanda dan Ibtmda tercin ta yang telah mendidik dan membesarkan akir dengan penirh kasih dan kesabaran,

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

CENGAfis PERIDEKATAN MODEL FONGSl PRODUKSl GOBB DOUGLAS

I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PERDAGANGAN KOPl INDON.ESIA Dl PASAR DALAM NEGERI DAN.INTERNASIONAL

ANALISIS PERDAGANGAN KOPl INDON.ESIA Dl PASAR DALAM NEGERI DAN.INTERNASIONAL

SUATU KOMPONEN INDUSTRI BENIH. oleh MURNIATI A

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

JENIS-JENIS DAN POLA KEMITRAAN USAHA OLEH : Anwar sanusi

KAJlAN PRODUKTIVITAS, KESEMPATAM KERJA DAN NI1.AI TAMBAH PENGOLAHAN DARl USAHATANI JAMBU METE Dl LAHAN KRlTlS

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

Oleh : PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALlSlS PEMBAGIAN PENDAPATAN USAHATANI DAN TATANIAGA KOMODITAS BAWANG MERAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS. PERTANI AN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

VII ANALISIS PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

ANALISA h411aya DAM PHNBIAPATAW BJSAHATANI

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

+I) PEWGARUN TEMNOLOGI TERNAOAP EFISIENSI

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

SlFAT KOSMOPOLIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI ANGGREK Dl WliLAYAH JAKARTA BARAT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

PEMBAHASAN L? Respons tanaman padi terhadap pemupukan nitrogen yang. sebagai persawahan dianggap masih belum memuaskan.

I. PENDAHULUAN. Tembakau merupakan salah satu komoditas ekspor, produksi tembakau selain

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

PERENCANAAN USAHATANI

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KEDELAI EDAMAME

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

IV METODE PENELITIAN

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

"Jadikanlah. shalat. sabar. dan. (Al-Baqoroh : 45) keadaan sesuatu kaum sehingga mereka. merubah keadaan yang ada pada diri.

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia 2.2. Karakteristik Usahatani Tebu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

DAM KONSERVASI TANAH Dl DAERAH ALIIRAN SUNGAI

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 154 TAHUN 1980 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. 1. Sistem pertanaman agroforestry dengan komposisi

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

RENTABILITAS USAHATANI CABAI RAWIT VARIETAS TARUNA DI KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TANI UBI JALAR TERHADAP PENDAPATAN TOTAL RUMAH TANGGA. I Ketut Sukanata

KODE JUDUL : X.47 SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING MOCH ROMLI

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

ANALISIS FINANSIAL DAN EKONOMI USAHATANI MARICISA NILA SARI A

Transkripsi:

"Apa saja pang Allah anugerahlian kepada manusia beri'pa rahmat, maka tidak ada seorangpim yang dapat menahannia; dan apa saja pang ditahan oleh Allah maka tidak seorangptm rrang sanggtrp un t trli me1 epaskannya sesudah i tu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi i%ha Bijaksana". (@ S Faathir: 2) "Maha Sirci Allah Yang di tangannyal~h segala kerajaan, den Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamtr yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (Q S A1 Mulk: 1-21 Un tuk Ayahanda dan Ibtmda tercin ta yang telah mendidik dan membesarkan akir dengan penirh kasih dan kesabaran, Sat~dfira -sa ~rdarak~ ~Ybali.Vi en, Mas Da11, Mbali Ratih, Iwang dam Nere y8ng tercin t, ~

PELAKSkNAAN POL& KERlAS lhtb -PLASMA PAD& PE POR

RINGKASAN WID0 NUGROHO. Pelaksanaan Pola Kerjasama Inti-Plasma Pada Perusahaan Ekspor Komoditas Baby-Corn. Kasus Pada PT X di Dua tiecamatan di Cipanas, Kabupaten Cianjur. (Di barvah bimbingan ABAS TJAKRAWIRALAKSANA). Penelitian dilakukan pada PT X, sebuah perusahaan ekspor sayuran ke Singapura yang komoditas ekspor utamanya adalah baby-corn dan pucuk kapri. PT X telah mengekspor baby-corn ke Singapura sejak tahun 1986 dan mulai melakukan kerjasama inti-plasma dengan petani sejak tahun 1987 hingga berhenti pada pertengahan Agustus 1991. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan pola kerjasama inti-plasma pada perusahaan ekspor komoditas babp-corn PT X beserta segala permasalahan yang dihadapi, pengaruh pelaksanaan pola kerjasama tersebut pada kesejahteraan petani, kegiatan ekspor perusahaan, tingkat keuntungan ekspor perusahaan, dan untuk mengetahui penyebab penghentian kegiatan ekspor baby-corn PT X. Pelaksanaan kerjasama inti-plasma penyediaan bahan baku ekspor baby-corn ditangani langsung oleh wakil direktur PT X dibantu bagian pengadaan bahan baku dan bagian administrasi keuangan sebagai pelaksana teknis. Pelaksanaan kerjasama sama sekali tidak melibatkan fihak di luar petani plasma. Perjanjian kerjasama berdasarkan kepercayaan (tidak trrtulis) tanpa sanksi yang jelas jika

terjadi pelanggaran. Penyuluhan tidak dilakukan secara intensif dan 'idak dilakulran penjadwalan produksi. Rredit diberikan PT X dalam bentuk sarana produksi (benih dan pupuk) atau uang tunai pada setiap awal musim tanam dan dikembalikan pada waktu penjualan produk. Peneri- maan produk dalam dua. bentuk, yaitu berupa tongkol kotor atau tongkol bersih. Pembayaran produk dilakukan secara tunai setelah diketahui persentase tongkol yang memenuhi syarat mutu ekspor. Dalam penerimaan tongkol kotor, jika persentase yang memenuhi syarat mutu ekspor mencapai 75 % dari herat total tongkol kotor atau lebih, pembayaran dilakukan berdasarkan berat total tongkol kotor. Jika kurang dari 75 % dari berat total produk, hanya dibayar berdasarkan jumlah produk yang mernenuhi syarat mutu ekspor. Penerapan pola kerjasama inti-plasma penyediaan ba- by-corn oleh PT X masih belum optimal, terbukti dari masih banyaknya masalah akibat penyelenggaraan kerjasama yang kurang tepat seperti perjanjian kerjasama yang tidak jelas sanksi-sanksi pelanggarannya, kegiatan penyuluhan yang belum dilakukan secara intensif, penjadwalan pro- duksi yang belum dijalankan, kurangnya penguasaan teknik budidaya baby-corn oleh petani plasma, teknik budidaya yang dianjurkan perusahaan inti yang belum optimal, dan syarat pembayaran produk yang kurang tepat.

Permasalahan yang dihadapi oleh para petani plasma adalah kurangnya penguasaan teknlk budldaya, harga pembelian tongkol kotor yang dirasakan terlalu rendah, penurunan harga pembellan tongkol kotor secara sepihak oleh perusahaan inti pada saat produksi petani plasma melimpah, dan syarat pembayaran produk yang sangat ketat, dimana PT X akan membayar berdasarkan berat total tongkol kotor jika persentase tongkol yang memenuhi syarat mutu mencapai 75 X dari berat total atau lebih. Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh PT X yaitu penghentian kerjasama secara sepihak oleh petani plasma, rendahnya persentase tongkol kotor produksi petani plasma yang memenuhi syarat mutu ekspor, dan pengembalian kredit perusahaan yang tidak lancar. Hasil analisis ukuran arus pendapatan dan keuntungan menunjukkan nilai-nilai ukuran arus pendapatan dan keuntungan petani plasma dengan luas lahan < 0,50 Ha permusim tanam perhektar lahan yang lebih rendah dibandingkan petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha permusim tanam perhektar lahan, kecuali nilai imbalan terhadap modal usahatani. Sedangkan dibandingkan petani non-plasma, nilainilai ukuran arus pendapatan dan keuntungan petani plasma dengan luas lahan < 0,50 Ha pertahun lebih rendah Be- cuali nilai imbalan terhadap modal usaha'ani yang menun- jukkan bahwa kerjasama dengan PT S belum berhasil mening-

katkan keragaan usahatani maupun tingkat kesejahteraan petnni plasma dengan luas lahan < O,50 Ha. Sedangkan nilai-ni-lai ukuran arus pendapatan dan keuntungan petani plasma dengarr luas lahan > 1,00 Ha lebih besar diban- dingkan petani non-plasma dengan luas lahan yang sama yang menunjukkan bahwa kerjasama dengan PT X berhasil meningkatkan keragaan usahatani maupun tingkat kesejahteraan petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha. Pemberian kredit sangat membantu petani plasma dalam meningkatkan efisiensi penggunaan modal sendiri, ditunjukkan oleh nilai imbalan terhadap modal usahatani petani plasma pertahun kegiatan usahatani yang lebih besar daripada nilai imbalan terhadap modal usahatani petani non-plasma. Analisis ukuran arus uang tunai menunjukkan bahwa nilai-nilai ukuran arus uang tunai dari petani plasma dengan luas lahan < 0,50 ha permusinn tanam lebih rendah dibandingkan petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha permusim tanam yang menunjukkan bahwa penguasaan teknik budidaya pet.ani plasma dengan luas lahan < 0,50 Ha lebih rendah dibandingkan petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha. Tetapi jika dibandingkan nilai-nilai ukuran arus pendapatan dan keuntungan, nilai-nilai ukuran arus uang tunai hanya sebesar 60 'X dari nilai-nilai ukuran arus pendapatan dan keuntungan yang mentrnjukkan adanya pene- rimaan petani plasma yang tidak dapat diterima dalam

bentuk uang tuna1 sebesar 40 X dari nilai total peneri- maan kotor usahatani, yaitu dari hijauan sisa yang tidak pernah dijual petani. Nilai-nilai ukuran arus uang tunai petani plasma dengan luas lahan <0,50 Ha pertahun lebih rendah dibandingkan petani non-plasma dengan luas lahan yang sama, yang menunjukkan bahwa kerjasama dengan PT X belum berhasil meningkatkan keragaan usahatani maupun tingkat kesejahteraan petani plasma dengan luas lahan < 0,50 Ha. Sedangkan nilai-nilai ukuran arus uang tunai petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha pertahun lebih besar daripada petani non-plasma'dengan luas lahan yang sama, yang menunjukkan bahwa kerjasama dengan PT X berhasil meningkatkan keragaan usahatani maupun tingkat kesejahteraan petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha. Ketidakberhasilan PT X meningkatkan keragaan usahatani maupun tingkat kesejahteraan petani plasma dengan luas lahan < 0,50 Ha disebabkan ketidakberhasilan PT X melakukan alih teknologi budidaya kepada para petani plasma dan pengorganisasian kerjasama yang kurang baik seperti perjanjian kerjasama tidak tertulis dan tanpa sanksi pelanggaran yang jelas, penyuluhan tidak dilakukan secara intensif, tidak diterapkannya penjadwalan produksi, ketidaktegasan PT S dalam penentuan varietas benih yang harus dit.anas, dan pelanggaran perjanjian oleh PT S

sendiri, yaitu dengan melakukan penurunan harga pembelian tongkol kotor ketika produksi petani plasma melimpah. Keuntungan yang diperoleh PT X dari ekspor setiap ton tongknl hrrsih haby-cq~ yang berasal dari pembelian dalam hentuk tongkol bersih besarnya Rp 718 750,OO yaitu sebesar 0,53 kali penerimaan petani plasma dari penjualan - 1 ton tongkol tongkol bersih (Rp 1 350 000,OO). Sedangkan keuntungan PT X dari ekspor tongkol bersih babyyang diperoleh dari pembelian 1 ton tongkol kotor besarnya Rp 189 610,30, yaitu sebesar 1,26 kali dibandingkan penerimaan petani plasma dari penjualan 1 ton tongkol kotor (Rp 150 000,OO). Dengan demikian bagi petani lebih menguntungkan menjual produknya dalam bentuk tongkol ber-sih, dengan. syarat teknik budidaya benarbenar dikuasai sehingga persentase tongkol yang memenuhi syarat mutu ekspor cukup besar. Penghentian kegiatan ekspor baby-corn oleh PT X disebabkan tiga penyebab utama yang saling berkaitan, yaitu persaingan ekspor tidak sehat yang dilakukan oleh para pemasok PT X yaitu memutuskan hubungan dengan PT X dan menyalurkan baby-corn langsung kepada pengusaha yang menjadi pengalur importir di Singapura, kesulitan penyediaan hahan haku akibat penghentian kerjasama secara sepihak ol.eh pet.ani yang dilakukan set.elah para pemasok memutuskan hubungan dengan PT S karena lrecersa terhadap t.in- dakan penurunan harga t.ongkol kot.or' oleh PT X, dan ja-

tuhnya harga baby-corn di Singapura akibat melimpahnya produh dari negara la~n (Thailand dan Malaysia), sehingga pihak importir memutuskan untuk berhenti mengimpor sambil menunggu naiknya harga.

PELAKSANAAN POLA KERJASAMA INTI-PLASMA PADA PERUSAHAAN EKSPOR KOMODTTAS BABY-CORN i Kasus Pada PT X di Dua Kecamatan di Cipanas, Kabupaten Cianjur) Oleh : WID0 NUGROHO A25. 1618 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fskultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN JNSTITUT PERTANIAN BOGOR 1993