"Apa saja pang Allah anugerahlian kepada manusia beri'pa rahmat, maka tidak ada seorangpim yang dapat menahannia; dan apa saja pang ditahan oleh Allah maka tidak seorangptm rrang sanggtrp un t trli me1 epaskannya sesudah i tu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi i%ha Bijaksana". (@ S Faathir: 2) "Maha Sirci Allah Yang di tangannyal~h segala kerajaan, den Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamtr yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (Q S A1 Mulk: 1-21 Un tuk Ayahanda dan Ibtmda tercin ta yang telah mendidik dan membesarkan akir dengan penirh kasih dan kesabaran, Sat~dfira -sa ~rdarak~ ~Ybali.Vi en, Mas Da11, Mbali Ratih, Iwang dam Nere y8ng tercin t, ~
PELAKSkNAAN POL& KERlAS lhtb -PLASMA PAD& PE POR
RINGKASAN WID0 NUGROHO. Pelaksanaan Pola Kerjasama Inti-Plasma Pada Perusahaan Ekspor Komoditas Baby-Corn. Kasus Pada PT X di Dua tiecamatan di Cipanas, Kabupaten Cianjur. (Di barvah bimbingan ABAS TJAKRAWIRALAKSANA). Penelitian dilakukan pada PT X, sebuah perusahaan ekspor sayuran ke Singapura yang komoditas ekspor utamanya adalah baby-corn dan pucuk kapri. PT X telah mengekspor baby-corn ke Singapura sejak tahun 1986 dan mulai melakukan kerjasama inti-plasma dengan petani sejak tahun 1987 hingga berhenti pada pertengahan Agustus 1991. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan pola kerjasama inti-plasma pada perusahaan ekspor komoditas babp-corn PT X beserta segala permasalahan yang dihadapi, pengaruh pelaksanaan pola kerjasama tersebut pada kesejahteraan petani, kegiatan ekspor perusahaan, tingkat keuntungan ekspor perusahaan, dan untuk mengetahui penyebab penghentian kegiatan ekspor baby-corn PT X. Pelaksanaan kerjasama inti-plasma penyediaan bahan baku ekspor baby-corn ditangani langsung oleh wakil direktur PT X dibantu bagian pengadaan bahan baku dan bagian administrasi keuangan sebagai pelaksana teknis. Pelaksanaan kerjasama sama sekali tidak melibatkan fihak di luar petani plasma. Perjanjian kerjasama berdasarkan kepercayaan (tidak trrtulis) tanpa sanksi yang jelas jika
terjadi pelanggaran. Penyuluhan tidak dilakukan secara intensif dan 'idak dilakulran penjadwalan produksi. Rredit diberikan PT X dalam bentuk sarana produksi (benih dan pupuk) atau uang tunai pada setiap awal musim tanam dan dikembalikan pada waktu penjualan produk. Peneri- maan produk dalam dua. bentuk, yaitu berupa tongkol kotor atau tongkol bersih. Pembayaran produk dilakukan secara tunai setelah diketahui persentase tongkol yang memenuhi syarat mutu ekspor. Dalam penerimaan tongkol kotor, jika persentase yang memenuhi syarat mutu ekspor mencapai 75 % dari herat total tongkol kotor atau lebih, pembayaran dilakukan berdasarkan berat total tongkol kotor. Jika kurang dari 75 % dari berat total produk, hanya dibayar berdasarkan jumlah produk yang mernenuhi syarat mutu ekspor. Penerapan pola kerjasama inti-plasma penyediaan ba- by-corn oleh PT X masih belum optimal, terbukti dari masih banyaknya masalah akibat penyelenggaraan kerjasama yang kurang tepat seperti perjanjian kerjasama yang tidak jelas sanksi-sanksi pelanggarannya, kegiatan penyuluhan yang belum dilakukan secara intensif, penjadwalan pro- duksi yang belum dijalankan, kurangnya penguasaan teknik budidaya baby-corn oleh petani plasma, teknik budidaya yang dianjurkan perusahaan inti yang belum optimal, dan syarat pembayaran produk yang kurang tepat.
Permasalahan yang dihadapi oleh para petani plasma adalah kurangnya penguasaan teknlk budldaya, harga pembelian tongkol kotor yang dirasakan terlalu rendah, penurunan harga pembellan tongkol kotor secara sepihak oleh perusahaan inti pada saat produksi petani plasma melimpah, dan syarat pembayaran produk yang sangat ketat, dimana PT X akan membayar berdasarkan berat total tongkol kotor jika persentase tongkol yang memenuhi syarat mutu mencapai 75 X dari berat total atau lebih. Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh PT X yaitu penghentian kerjasama secara sepihak oleh petani plasma, rendahnya persentase tongkol kotor produksi petani plasma yang memenuhi syarat mutu ekspor, dan pengembalian kredit perusahaan yang tidak lancar. Hasil analisis ukuran arus pendapatan dan keuntungan menunjukkan nilai-nilai ukuran arus pendapatan dan keuntungan petani plasma dengan luas lahan < 0,50 Ha permusim tanam perhektar lahan yang lebih rendah dibandingkan petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha permusim tanam perhektar lahan, kecuali nilai imbalan terhadap modal usahatani. Sedangkan dibandingkan petani non-plasma, nilainilai ukuran arus pendapatan dan keuntungan petani plasma dengan luas lahan < 0,50 Ha pertahun lebih rendah Be- cuali nilai imbalan terhadap modal usaha'ani yang menun- jukkan bahwa kerjasama dengan PT S belum berhasil mening-
katkan keragaan usahatani maupun tingkat kesejahteraan petnni plasma dengan luas lahan < O,50 Ha. Sedangkan nilai-ni-lai ukuran arus pendapatan dan keuntungan petani plasma dengarr luas lahan > 1,00 Ha lebih besar diban- dingkan petani non-plasma dengan luas lahan yang sama yang menunjukkan bahwa kerjasama dengan PT X berhasil meningkatkan keragaan usahatani maupun tingkat kesejahteraan petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha. Pemberian kredit sangat membantu petani plasma dalam meningkatkan efisiensi penggunaan modal sendiri, ditunjukkan oleh nilai imbalan terhadap modal usahatani petani plasma pertahun kegiatan usahatani yang lebih besar daripada nilai imbalan terhadap modal usahatani petani non-plasma. Analisis ukuran arus uang tunai menunjukkan bahwa nilai-nilai ukuran arus uang tunai dari petani plasma dengan luas lahan < 0,50 ha permusinn tanam lebih rendah dibandingkan petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha permusim tanam yang menunjukkan bahwa penguasaan teknik budidaya pet.ani plasma dengan luas lahan < 0,50 Ha lebih rendah dibandingkan petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha. Tetapi jika dibandingkan nilai-nilai ukuran arus pendapatan dan keuntungan, nilai-nilai ukuran arus uang tunai hanya sebesar 60 'X dari nilai-nilai ukuran arus pendapatan dan keuntungan yang mentrnjukkan adanya pene- rimaan petani plasma yang tidak dapat diterima dalam
bentuk uang tuna1 sebesar 40 X dari nilai total peneri- maan kotor usahatani, yaitu dari hijauan sisa yang tidak pernah dijual petani. Nilai-nilai ukuran arus uang tunai petani plasma dengan luas lahan <0,50 Ha pertahun lebih rendah dibandingkan petani non-plasma dengan luas lahan yang sama, yang menunjukkan bahwa kerjasama dengan PT X belum berhasil meningkatkan keragaan usahatani maupun tingkat kesejahteraan petani plasma dengan luas lahan < 0,50 Ha. Sedangkan nilai-nilai ukuran arus uang tunai petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha pertahun lebih besar daripada petani non-plasma'dengan luas lahan yang sama, yang menunjukkan bahwa kerjasama dengan PT X berhasil meningkatkan keragaan usahatani maupun tingkat kesejahteraan petani plasma dengan luas lahan > 1,00 Ha. Ketidakberhasilan PT X meningkatkan keragaan usahatani maupun tingkat kesejahteraan petani plasma dengan luas lahan < 0,50 Ha disebabkan ketidakberhasilan PT X melakukan alih teknologi budidaya kepada para petani plasma dan pengorganisasian kerjasama yang kurang baik seperti perjanjian kerjasama tidak tertulis dan tanpa sanksi pelanggaran yang jelas, penyuluhan tidak dilakukan secara intensif, tidak diterapkannya penjadwalan produksi, ketidaktegasan PT S dalam penentuan varietas benih yang harus dit.anas, dan pelanggaran perjanjian oleh PT S
sendiri, yaitu dengan melakukan penurunan harga pembelian tongkol kotor ketika produksi petani plasma melimpah. Keuntungan yang diperoleh PT X dari ekspor setiap ton tongknl hrrsih haby-cq~ yang berasal dari pembelian dalam hentuk tongkol bersih besarnya Rp 718 750,OO yaitu sebesar 0,53 kali penerimaan petani plasma dari penjualan - 1 ton tongkol tongkol bersih (Rp 1 350 000,OO). Sedangkan keuntungan PT X dari ekspor tongkol bersih babyyang diperoleh dari pembelian 1 ton tongkol kotor besarnya Rp 189 610,30, yaitu sebesar 1,26 kali dibandingkan penerimaan petani plasma dari penjualan 1 ton tongkol kotor (Rp 150 000,OO). Dengan demikian bagi petani lebih menguntungkan menjual produknya dalam bentuk tongkol ber-sih, dengan. syarat teknik budidaya benarbenar dikuasai sehingga persentase tongkol yang memenuhi syarat mutu ekspor cukup besar. Penghentian kegiatan ekspor baby-corn oleh PT X disebabkan tiga penyebab utama yang saling berkaitan, yaitu persaingan ekspor tidak sehat yang dilakukan oleh para pemasok PT X yaitu memutuskan hubungan dengan PT X dan menyalurkan baby-corn langsung kepada pengusaha yang menjadi pengalur importir di Singapura, kesulitan penyediaan hahan haku akibat penghentian kerjasama secara sepihak ol.eh pet.ani yang dilakukan set.elah para pemasok memutuskan hubungan dengan PT S karena lrecersa terhadap t.in- dakan penurunan harga t.ongkol kot.or' oleh PT X, dan ja-
tuhnya harga baby-corn di Singapura akibat melimpahnya produh dari negara la~n (Thailand dan Malaysia), sehingga pihak importir memutuskan untuk berhenti mengimpor sambil menunggu naiknya harga.
PELAKSANAAN POLA KERJASAMA INTI-PLASMA PADA PERUSAHAAN EKSPOR KOMODTTAS BABY-CORN i Kasus Pada PT X di Dua Kecamatan di Cipanas, Kabupaten Cianjur) Oleh : WID0 NUGROHO A25. 1618 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fskultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN JNSTITUT PERTANIAN BOGOR 1993