185 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 214 SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA ABSTRAK Sahabuddin, Andi Sahrijanna, dan Machluddin Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 9512, Sulawesi Selatan E-mail: s.abud_din@yahoo.co.id Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat serapan tiram Crassostrea iredalei terhadap populasi Nannochloropsis sp, yang dilakukan pada skala laboratorium. Tiram Crassostrea iredalei yang digunakan diperoleh dari lokasi mangrove di sekitar tambak percobaan Maranak, kemudian di aklimasi 2 hari di laboratorium. Uji serapan tiram terhadap populasi Nannochloropsis sp. dilakukan pada 4 kepadatan yang berbeda yakni: a) kepadatan 1 5 sel/l; b) kepadatan 2x1 5 sel/l; c) kepadatan 3x1 5 sel/l; d) kepadatan 4x1 5 sel/l. Analisis tingkat serapan tiram dilakukan tiap hari dengan menghitung jumlah populasi Nannochloropsis sp. yang diserap oleh tiram, pengamatan kualitas air/nutrien (BOT, fosfat dan nitrat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan tiram menyerap populasi Nannochloropsis sp. tertinggi pada perlakuan C yakni 69,32% pada hari ke-4 dengan kepadatan awal 3x1 5 sel/l dan 6,5% pada hari ke-2 dengan kepadatan awal 4x1 5 sel/l. Pola serapan harian tiram terhadap Nannochlorospsis sp. tidak merata pada semua perlakuan. KATA KUNCI: serapan, tiram, Nannochloropsis, uji laboratorium PENDAHULUAN Dalam sistem akuakultur terdapat beberapa organisme yang bersifat biofilter dalam upaya pemanfaatan komoditas bagi perbaikan kualitas lingkungan perairan, contohnya bandeng, tiram, dan rumput laut (Neori et al., 1996; Mazzola & Sara 21). Pemanfaatan biofilter tiram, rumput laut dan bandeng mampu mempertahankan kualitas air tambak yang baik untuk pertumbuhan udang windu dan menghambat berkembangnya penyakit pathogen (Pantjara et al., 21). Tiram juga bakau (Crassostrea sp.) dapat menyerap sebagian besar air dan kandungan unsur yang ada di dalamnya (Suharyanto et al., 1999). Tiram Crassostrea iredalei dan Saccostrea cuculata yang hidup di air payau diharapkan dapat mengurangi nutrien dan logam berat di perairan karena sifatnya yang filter feeding yaitu menyaring makanannya berupa plankton dan nutrien dengan mengibaskan bulu getarnya (Pantjara et al., 21). Tiram bakau telah banyak digunakan dalam penelitian tentang penyerapan logam berat, bahan organik, dan serapan populasi bakteri (Djawad & Bertha, 29; Mangampa et al., 1999; Suharyanto et al., 1996) karena jenis bivalve dari tiram, kerang bakau dan kerang hijau dapat mengakumulasi logam berat dari air sumber, menurunkan populasi bakteri dari sumber, mengurangi peningkatan bahan organik terlarut dan mengendalikan peledakan populasi plankton, namun belum banyak ditemukan data dan informasi ilmiah tentang serapan tiram bakau terhadap fitoplankton dari jenis Nannochloropsis sp. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian kemampuan tiram (C. iredalei) dalam menyerap populasi fitoplankton Nannochloropsis sp sebagai sumber makanannya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat serapan tiram Crassostrea iredalei terhadap populasi Nannochloropsis sp. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Laboratorium Plankton dan Kualitas Air Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, menggunakan wadah stoples 3 L (Gambar 1). Wadah stoples diisi air air laut sebanyak 2 liter, kemudian dimasukkan fitoplankton Nannochloropsis sp. sesuai kepadatan awal yang akan diujicobakan, selanjutnya dimasukkan tiram Crassostrea iredalei yang diperoleh dari tambak yang telah diaklimasi di laboratorium. Terdapat 4 kepadatan perlakuan dan 3 ulangan yang diujicobakan yakni: Page 21 of 1 Page 1 of 6
Serapan tiram Crassostrea iredalei terhadap populasi... (Sahabuddin) 186 a). kepadatan Nannochloropsis sp. 1x1 5 sel/l b). kepadatan Nannochloropsis sp. 2x1 5 sel/l c). kepadatan Nannochloropsis sp. 3x1 5 sel/l d). kepadatan Nannochloropsis sp. 4x1 5 sel/l tampak samping tampak depan Gambar 1. Desain wadah penelitian di laboratoriun plankton Pengukuran awal parameter air dilakukan sebelum penebaran tiram dan biomassa fitoplankon. Selanjutnya pengamatan penyerapan tiram terhadap Nannochloropsis sp. dilakukan setiap hari selama 7 hari penelitian, kemudian pengukuran kualitas air dilakukan pada awal (hari pertama) dan akhir penelitian (hari ke-7). Penghitungan populasi Nannochloropsis sp. dilakukan dengan menggunakan mikroskop monitor dengan alat Sedwick Rafter Counter (SRC) sesuai APHA (24). Adapun kepadatan populasi dihitung dengan formula : Kepadatan (sel/ml) = N x ¼ x 1 4 dimana: N = jumlah sel fitoplankton yang teramati Pengamatan kualitas air dilakukan setiap hari seiring dengan pengamatan dan penghitungan populasi Nannochloropsis., sedang bahan organik total, nitrat, posfat diukur awal dan akhir pengamatan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan statistik deskriptif selanjutnya disajikan dengan bantuan gambar, tabel dan histogram. HASIL DAN BAHASAN Pola serapan tiram terhadap Nannochloropsis terlihat pada Gambar 2, dimana pada perlakuan A didapatkan bahwa dari populasi awal yang ditebar 1 5 sel/l populasinya meningkat pada hari pertama dengan rataan populasi 214.166 sel/l, selanjutnya mulai menurun pada hari ke-2 hingga hari ke-6 dengan rataan populasinya berturut-turut yakni 144.166 sel/l, 112.5 sel/l, 58.83 sel/l, 45.833 sel/l, 36.4 sel/l dan 28.333 sel/l. Pada perlakuan B padat awal yang ditebar 2x1 5 sel/l populasinya meningkat pada hari pertama dengan rataan populasi 296.666 sel/l, selanjutnya mulai menurun pada hari ke-2 hingga hari ke-7 dengan rataan populasinya berturut-turut yakni 16.833 sel/l, 135.166 sel/l, 79.166 sel/l, 67.5 sel/l, 54.833 sel/l, dan 53. sel/l. Pada perlakuan C dengan kepadatan awal 3x1 5 sel/l, hari pertama meningkat menjadi 381166 sel/l, mulai menurun pada hari ke-2 sampai ke-7 berturut-turut menjadi 298.166 sel/l, 269.166 sel/l, 82.566 sel/l, 48.68 sel/l, 34.833 sel/l, dan 24.166 sel/l. Pada perlakuan D dengan kepadatan awal 4x1 5 sel/l pada hari pertama menjadi 567.5 sel/l, selanjutnya mulai menurun pada hari ke-2 sampai ke-7 berturut-turut yakni 226.666 sel/l, 145. sel/l, 87.54 sel/l, 67.333 sel/l, 55.833 sel/l, 39.166 sel/l. Jumlah sel Nannochloropsis meningkat pada hari pertama untuk ke-4 perlakuan, hal ini dimungkinkan karena terjadinya pembelahan sel kemudian tiram belum aktif menyerap, namun pada hari ke-2 sampai ke-7 jumlah populasi sel Nannochloropsis sp. mulai menurun untuk semua perlakuan, hal ini mengindikasikan bahwa tiram bakau mulai aktif menyerap sel plankton tersebut sebagaimana Suharyanto et al. (1996) bahwa tiram bakau mampu menurunkan ledakan populasi plankton di perairan. populasi Nannochloropsis pada semua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3. Page 22 of 1 Page 2 of 6
187 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 214 25 2 15 5-5 Waktu pengamatan pada perlakuan A A.1 A.2 A.3 Expon. () 4 35 25 2 15 5-5 Waktu pengamatan pada perlakuan B B.1 B.2 B.3 Expon. () 6 5 4 2 - Waktu pengamatan pada perlakuan C C.1 C.2 C.3 Expon. () 8 7 6 5 4 2 - Waktu pengamatan pada perlakuan D D.1 D.2 D.3 Expon. () Gambar 2. Pemangsaan tiram Crassostrea iredalei terhadap Nannochloropsis sp. pada seluruh perlakuan (A, B, C, dan D) Kepadatan populasi (sel/l) 6 5 4 2 - A B C D Expon. (A) Expon. (B) Expon. (C) Expon. (D) 8 populasi sampling ke- Gambar 3. populasi Nannochloropsis pada perlakuan ABCD Persentase serapan tiram terhadap sel Nannochloropsis sp. berbeda-beda pada setiap pengamatan hariannya. Pada perlakuan A persentasenya dari hari ke-2 sampai ke-7 yakni 32,68%; 21,96%; 48,37%; 21,9%; 2,58%; dan 22,16%; perlakuan B yakni berturut-turut 45,78%; 15,98%; 41,43%; 14,73%; 18,76%; 33,42% perlakuan C 21,77%; 9,72%; 69,32%; 41,4%; 28,44%; 3,62% dan perlakuan D 6,5%; 36,2%; 39,62%; 23,8%; 17,7%; 29,85%, hal ini menunjukkan bahwa tiram sangat aktif menyerap sel Nannochloropsis, namun persentase hariannya beragam untuk setiap perlakuan, didapatkan pada hari ke-2 tiram menyerap plankton pada perlakuan A yakni 32,68%; B: 45,78%; C: 21,77%; dan D: 6,5% begitu pula pada hari berikutnya, diduga dipengaruhi oleh bukaan cangkang tiram tersebut, Muliani et al. (1997) mengungkapkan bahwa tinggi rendahnya daya serap tiram sangat dipengaruhi oleh bukaan cangkanganya saat terjadinya penyerapan. Page 23 of 1 Page 3 of 6
Serapan tiram Crassostrea iredalei terhadap populasi... (Sahabuddin) 188 Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air Tabel 1, terlihat bahwa nilai kisaran (awal-akhir) salinitas 29,95 3 ppt, suhu 22,4 o C 26,77 o C, BOT 42,6 52,84 mg/l; DO 5,66-5,67 mg/l; fosfat,28,33 mg/l; amoniak,19,8 mg/l, masih dalam kisaran baku mutu air laut (KLH, 24). Terjadi penurunan kadar bahan organik total dari 52,84 mg/l menjadi 42,6 mg/l, serta amoniak dari,8 mg/l menjadi,19 mg/l dan nitrat 1,9 -,99 mg/l, hal ini mengindikasikan bahwa tiram juga menyerap bahan organik selain menyerap Nannochloropsis, sebagaimana Mangampa et al. (1999) dan Suharyanto et al. (1996) bahwa jenis bivalve dari tiram, kerang bakau dan kerang hijau dapat mengurangi peningkatan bahan organik terlarut di perairan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang serapan tiram Crassostrea iredalei terhadap fitoplankton Nannochloropsis sp. skala laboratorium dapat disimpulkan tiram Crasssostrea iredalei aktif menyerap fitoplankton Nannochloropsis dengan persentase tertinggi 69,32% pada hari ke-4 dengan kepadatan awal 3x1 5 sel/l dan 6,5% pada hari ke-2 dengan kepadatan awal 4x1 5 sel/l. DAFTAR ACUAN Tabel 1. Kisaran kualitas air yang didapatkan selama penelitian Parameter Awal Akhir Terendah Tertinggi Salinitas (ppt) 29,95 3, 29, 3,5 Suhu ( o C) 26,77 22,4 22, 27, Bahan Organik Total (BOT) 52,84 42,6 39,87 54,2 Oksigen terlarut (mg/l) 5,66 5,67 5,66 5,9 Nitrat (mg/l 1,9,99,43 2,99 Fosfat (mg/l),28,33,9,81 Nitrit (mg/l,1,1,7,712 Amoniak (mg/l),8,19,72,81 APHA (American Public Health Association), 24. Standard Methods for Examination of Water and Waste-water. 2 th edition. APHA, AWWA, WEF. Washington, 185 pp. Djawad, M.I dan N, Bertha. 29. Efektifitas Tiram Bakau (Crassostrea sp) dlam kereduksi CU pada air pemeliharaan udang windu (Penaeus monodon). E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, vol. 1, No. 2, hal. 1-1. KLH (kementrian Lingkungan Hidup). 24. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 51 tahun 24, tanggal 8 April 24 tentang baku mutu air laut. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta, 11 hlm. Mangampa, M, H. Suryanto, dan M. Tjaronge. 1999. Model pengembangan teknologi budidaya udang ramah lingkungan di tambak. Balai Penelitian Perikanan Pantai Maros, Maros, 4 hal. Mazzola, A & Sara, G. 21. The Effect of fish farming organic waste on food availability for bivalve mollusks (Gaeta Gulf, Central Tyrrhenian, MED); stable carbon isotopic. Aquaculture, 192:361-379. Muliani, M. Atmomarsono, M.I. Madeali. 1997. Pengaruh penggunaan kekerangan sebagai biofilter terhadap kelimpahan dan komposisi jenis bakteri pada budidaya udang windu dengan sistem resirkulasi air. Laporan Penelitian Perikanan Pantai Maros, 13 hal. Neori, A., Krom, M.D., Ellner, S.P., Boyd, C.E., Popper, D.,Rabinovitch, R., Davison, P.J., Dvir, O., Zuber, D., Ucko, M., Angel, D., & Gordin, H. 1996. Seaweed biofilters as regulators of water quality in integrated fish seaweed culture units, Aquaculture, 141:183-199 Pantjara, B., E. A. Hendrajat dan H. S. Suwoyo. 21. Pemanfaatan Biofilter pada Budidaya Udang Windu di Tambak Marjinal. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Aquacultur. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Page 24 of 1 Page 4 of 6
189 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 214 Suharyanto, M. Atmomarsono, dan A. Sudradjat. 1996. Penggunaan tiga jenis kerang sebagai biofilter pada pemeliharaan udang windu (Penaeus monodon) dalam skala laboratorium. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, volume II, No. 1. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai, Maros, 31-38 halaman. Page 25 of 1 Page 5 of 6
Serapan tiram Crassostrea iredalei terhadap populasi... (Sahabuddin) 19 DISKUSI Nama Penanya: Ibnu Rusdi Pertanyaan: Metodologi, bagaimana aklimatisasi tiram sebelum memulai penelitian, apa diberi Nannochloropsis? Tanggapan: Aklimatisasi dilakukan selama 2 hari, diberi Nannochloropsis tapi belum optimal. Nama Penanya: Herlinah Jompa Pertanyaan: (1) Nama/penentuan nama spesies tiram Crassostrea iredalei apa melalui identifikasi lengkap karena biasanya hanya sampai ke genus Crassostrea sp.? (2) Berapa kepadatan tiramnya dalam 2L? (3) Istilah laju pemangsaan, mungkin sebaiknya laju konsumsi. (4) Apa ada penambahan pakan lain selama penelitian? Tanggapan: (1) Penamaan hanya menikuti penamaan sebelumnya. (2) Kepadatan tiram 1 ekor/2l. (3) Penelitian yang dilakukan masih penelitian awal. Page 26 of 1 Page 6 of 6