I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Pelajaran Biologi termasuk

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

I. PENDAHULUAN. rendah hingga makhluk hidup tingkat tinggi. Biologi tidak hanya terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam KTSP, terdapat standar kompetensi yang menuntut siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini, kemajuan dari suatu negara ditentukan dari tingginya

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan komunikasi siswa dapat mendiskusikan pendapat-pendapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

I. PENDAHULUAN. semakin berkembang, Hal ini menuntut setiap individu untuk dapat. kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan


I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi manusia, karena melalui

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA KECAKAPAN HIDUP SISWA DI MTsS AL-WASHLIYAH LHOKSEUMAWE

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I.PENDAHULUAN. menunjukkan kondisi ini adalah berdasarkan The Third Internasional

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

I. PENDAHULUAN. sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya (Margono, 2005:27)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan inilah dapat dihasilkan generasi-generasi yang

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi. Kemampuankemampuan tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Oleh karena itu diperlukan suatu program pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif (Suriasumantri, 2003:24). Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi kelas VII SMP N 2 Kota Gajah, diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang muncul dalam pembelajaran hanya kemampuan menyimpulkan. Rendahnya kemampuan berpikir kritis tersebut memberi dampak terhadap hasil belajar siswa. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar, yaitu dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada aspek kognitif yang diperoleh dari nilai tes formatif pada materi pokok ekosistem rata-ratanya hanya 58,29. Siswa yang mendapat nilai 65 hanya mencapai 45%, sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas belajar apabila dikelas tersebut sudah 75% siswa mencapai

2 nilai 65. Ketuntasan hasil belajar biologi pada aspek afektif hanya 65,96, sedangkan pada aspek psikomotor hanya 63,25. Diduga rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) model pembelajaran yang digunakan selama ini kurang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran; 2) soal yang digunakan belum mengukur kemampuan berpikir kritis siswa; 3) pembelajaran masih didominasi oleh guru. Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka diperlukan model yang tepat dan bervariasi sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual diketahui ada 7 komponen, yaitu : 1) Kontruktivisme (Contructivism); 2) Menemukan (Inquiry); 3) Bertanya (Questioning); 4) Masyarakat Belajar (Learning Community); 5) Pemodelan (Modelling); 6) Refleksi (Reflection); 7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:10-20). Pembelajaran kontekstual menetapkan langkahlangkah yang dapat digunakan dalam menumbuhkan berpikir kritis. Langkah tersebut disajikan dalam bentuk pertanyaan sehingga para siswa dilibatkan dalam kegiatan mental yang mereka perlukan untuk mendapat pemahaman yang mendalam. Berikut ini merupakan langkah-langkah pembelajaran kontekstual dalam memunculkan kemampuan berpikir kritis siswa: 1) Apa sebenarnya isu, masalah, atau keputusan yang sedang dipertimbangkan?; 2) Apa sudut pandangnya?; 3) Apa alasan yang diajukan?; 4) Asumsi apa saja

3 yang dibuat?; 5) Apakah bahasanya jelas?; 6) Apakah alasan didasarkan pada bukti yang meyakinkan?; 7) Kesimpulan apa yang ditawarkan; 8) Apakah implikasi dari kesimpulan yang sudah diambil? (Johnson, 2009:190). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan berpikir kritis adalah interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran. Untuk itu, maka model pembelajaran yang digunakan harus mampu membuat siswa lebih aktif sehingga terjadi interaksi antara guru dan siswa (Depdiknas, 2003:7). Pembelajaran kontekstual membantu siswa untuk membuat hubungan-hubungan penting yang menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerjasama, menghargai orang lain serta mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif (Johnson, 2009: 88). Pada mata pelajaran biologi di SMP, materi pokok ekosistem dipelajari di kelas VII, dengan kompetensi dasar yang harus dicapai adalah menentukan ekosistem dan saling hubungan antar komponen ekosistem. Karakteristik pada materi tersebut membutuhkan pemahaman siswa terhadap satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem, komponen-komponen penyusun kehidupan, interaksi antar komponen ekosistem, rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan, arus energi dalam rantai makanan serta interaksi antar organisme dalam ekosistem. Hal ini akan melatih kemampuan berpikir kritis siswa yaitu untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisa asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah tentang ekosistem yang ada di sekitar dalam kaitannya dengan materi yang diperoleh. Pembelajaran kontekstual dapat

4 mendorong siswa untuk mengaitkan konsep yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Materi ekosistem yang erat dengan kehidupan sehari-hari akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran kontekstual, yaitu dengan melakukan observasi dari berbagai contoh ekosistem yang ada di sekitar (kontruktivisme). Dalam hal ini siswa dilatih menggunakan kemampuan berpikir mereka untuk menemukan sendiri konsep-konsep ekosistem (inkuiri), sehingga diharapkan proses pembelajaran akan lebih bermakna serta dapat membantu siswa untuk mencapai standar ketuntasan belajar minimal di sekolah yaitu 65. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meriza (2010:43) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada materi pokok pencemaran lingkungan memperlihatkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang dikenai model pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada kemampuan berpikir kritis siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional. Dari latar belakang di atas maka dirasa perlu dilakukan penelitian tentang Pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

5 1. Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gajah? 2. Apakah rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gajah dengan penerapan model kontekstual pada materi pokok ekosistem lebih tinggi daripada tanpa penerapan model pembelajaran kontekstual? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh penerapan model pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gajah Tahun Ajaran 2010/2011 pada materi pokok ekosistem 2. Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gajah Tahun Ajaran 2010/2011 yang diberikan penerapan model kontekstual dan tanpa penerapan model kontekstual. D. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti: memberikan pengalaman mengajar sebagai calon guru dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan model kontekstual. 2. Bagi siswa: memberikan pengalaman belajar yang berbeda melalui model pembelajaran kontekstual yang diharapkan dapat menggali kemampuan berpikir kritis siswa.

6 3. Bagi guru: sebagai bahan pertimbangan untuk menggali kemampuan berpikir kritis siswa sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran biologi. E. Ruang Lingkup Penelitian Untuk memberikan kejelasan dalam penelitian berikut dikemukakan beberapa batasan yaitu: 1. Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi ajar dengan situasi nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Trianto, 2010:107). Adapun langkah-langkah pembelajaran kontekstual dalam memunculkan kemampuan berpikir kritis siswa pada penelitian ini adalah: 1) Apa sebenarnya isu, masalah, atau keputusan yang sedang dipertimbangkan?; 2) Apa sudut pandangnya?; 3) Apa alasan yang diajukan?; 4) Asumsi apa saja yang dibuat?; 5) Apakah bahasanya jelas?; 6) Apakah alasan didasarkan pada bukti yang meyakinkan?; 7) Kesimpulan apa yang ditawarkan; 8) Apakah implikasi dari kesimpulan yang sudah diambil? 2. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini (1) memberikan penjelasan sederhana; (2) membangun keterampilan dasar; (3) membuat kesimpulan (Ennis, 1985:55-56).

7 3. Materi pokok dalam penelitian ini adalah ekosistem. 4. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIB dan VIID semester genap SMP N 2 Kota Gajah Tahun Ajaran 2010/2011. F. Kerangka Pikir Dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis di sekolah siswa perlu didorong untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi dengan mengaitkan konsep-konsep pada materi pembelajaran dengan kehidupan nyata. Dengan pola belajar seperti ini diharapkan tujuan proses pembelajaran dapat berhasil dengan lebih baik. Keberhasilan belajar tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, dan salah satu diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan. Dalam hal ini model pembelajaran yang dipandang cocok adalah kontekstual. Karena model pembelajaran ini merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata siswa, sehingga diharapkan pemahaman siswa terhadap materi ekosistem meningkat. Model pembelajaran kontekstual menggunakan langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam berpikir kritis, serta memberikan kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir tingkat tinggi, menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan konsep materi ekosistem, mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara konsep materi ekosistem yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, serta dapat mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan. Mata pelajaran Biologi dalam konteks kontekstual bukan hanya menghafal akan tetapi sebagai bekal siswa dalam kehidupan yang kemudian

8 diharapkan mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman materi ekosistem siswa. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel X adalah variabel bebas yaitu, model pembelajaran kontekstual dan variabel Y adalah variabel terikat berupa kemampuan berpikir kritis siswa. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini : X Y Keterangan : X : Variabel bebas yaitu model pembelajaran kontekstual Y : Variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kritis siswa. Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat F. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gajah pada materi pokok ekosistem. H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gajah pada materi pokok ekosistem. 2. H0 = Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gajah pada materi pokok ekosistem yang

9 menggunakan model kontekstual sama dengan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gajah pada materi pokok ekosistem yang tidak menggunakan model kontekstual. H1 = Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gajah pada materi pokok ekosistem yang menggunakan model kontekstual lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Gajah pada materi pokok ekosistem yang tidak menggunakan model kontekstual.