BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, masalah pendidikan selalu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Pada pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20/2003:11) Carl J. Wenning dalam Journal Of Physics Teacher Education Online (2003) menyatakan Knowledge and skills assessed run the range from knowing about the nature of science and demonstrating how to conduct scientific inquiry, to exhibiting skills of teaching and including the social context. (Carl J. Wenning: 2003: 1). Jadi, menurut pendapat ini, berbagai upaya dilakukan untuk membangun keterampilan mengajar. Hal ini dilakukan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, diperlukan kurikulum untuk membantu guru agar pengajaran yang dilakukan dapat tersusun secara sistematis. Hal ini perlu untuk memudahkan siswa dalam belajar. Kurikulum yang diberlakukan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini menuntut adanya komunikasi dua arah, bukan komunikasi satu arah. Dalam hal ini, pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru saja, tetapi pembelajaran juga melibatkan keaktifan siswa. Peranan keaktif siswa diharapkan dapat meningkatkan penguasaan tuntas bagi setiap mata pelajaran sehingga tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat terpenuhi dengan baik. Keberhasilan suatu proses pembelajaran yang ditandai dengan pencapaian tujuan instruksional ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan 1

2 2 faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar individu. Faktor internal yang dimaksud meliputi kematangan diri, kecerdasan, sifat pribadi seseorang, pemahaman, dan motivasi. Motivasi ini cukup berpengaruh pada sikap belajar siswa, terutama adalah motivasi berprestasi. Jika motivasi siswa untuk berprestasi dalam materi pelajaran tertentu tinggi, maka siswa akan mempunyai dorongan yang kuat untuk berprestasi, sehingga siswa akan berusaha mengatasi segala rintangan, memelihara kualitas belajar yang tinggi serta berhasil dalam kompetisi dengan standart keunggulan tertentu. Sedangkan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan pelajaran. Siswa tersebut tidak belajar secara optimal sehingga segala rintangan yang ada membuatnya cepat menyerah dalam belajar. Ia tidak merasa terbebani walaupun nilainya jelek. Faktor eksternal meliputi keadaan keluarga, lingkungan dan kesempatan, alat-alat pelajaran, serta guru dan cara mengajarnya atau yang biasa kita sebut dengan model pembelajaran. Menurut Winataputra (2001) dalam Sugiyanto (2007:3): model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut antara lain model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning-CTL), model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum, model pembelajaran terpadu, model pembelajaran inkuiri, dan lain-lain. Banyaknya model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar dapat memilih model

3 3 pembelajaran tersebut secara bergantian sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya serta materi yang akan diajarkan. Tujuan pembelajaran meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama lain. Kemampuan kognitif akan dapat tercapai secara optimal jika didukung aspek afektif dan psikomotorik yang baik. Dengan demikian, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang bisa mencapai ketiga aspek tersebut sehingga kemampuan siswa dapat lebih baik. Akan tetapi dalam hal penguasaan materi, akan lebih tepat ditinjau untuk aspek kognitif karena aspek kognitif terkait dengan aktivitas mental (otak) seperti mengingat, memahami, mengolah informasi, dan pemecahan masalah. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan tersebut diadakan evaluasi yang sesuai dengan ranahnya masing-masing. SMA N I Sragen adalah SMA favorit di kota Sragen. Sekolah ini merupakan sekolah unggulan didaerahnya karena dapat menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi. Sistem pendidikan yang diterapkan adalah dengan sistem Moving Class. Walaupun demikian, dalam pembelajaran masih memerlukan adanya variasi-variasi yang dapat membuat siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar. Mata pelajaran Fisika merupakan pelajaran wajib bagi siswa sekolah menengah atas. Sebagai salah satu dari cabang ilmu pengetahuan alam (IPA), Fisika mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu berupa produk, proses, dan sikap ilmiah. Kebanyakan siswa menganggap mata pelajaran Fisika sulit, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya. Di semester II, pelajaran Fisika untuk kelas X mencakup pokok bahasan optika geometris, suhu dan kalor, listrik dinamis, dan gelombang elektromagnet. Pada pokok bahasan tersebut membahas tentang perhitungan-perhitungan yang memerlukan pemahaman konsep terlebih dahulu, terutama pokok bahasan suhu dan kalor. Sebagian siswa merasa kesulitan pada pokok bahasan ini mungkin disebabkan karena penyajiannya kurang menarik. Oleh karena itu untuk penyajian pelajaran Fisika lebih menarik, guru harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan pembelajarannya sedemikian rupa sehingga melibatkan

4 4 keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan pada pokok bahasan di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning-CTL) dan inkuiri. Menurut Nurhadi (2003) dalam Sugiyanto (2007:2), CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa tidak menganggap bahwa Fisika itu hanya sebatas teori saja, akan tetapi banyak penerapan fisika dalam kehidupan nyata yang biasa dialami oleh siswa. Model pembelajaran CTL ini melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yakni konstruktivisme (construktivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Sedangkan model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah, menempatkan siswa untuk lebih banyak belajar sendiri, serta mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar Peranan guru dalam hal ini adalah sebagai pembimbing belajar dan fasilitator belajar serta memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Keberhasilan siswa dalam belajar seperti yang dikatakan sebelumnya, juga dipengaruhi oleh faktor internal siswa yang berupa motivasi berprestasi. Jika motivasi berprestasinya tinggi, maka siswa akan semangat belajar. Sedangkan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah akan mudah menyerah dalam belajar. Berdasar latar belakang tersebut di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian : PEMBELAJARAN CTL DAN INKUIRI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR.

5 5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka beberapa permasalahan yang timbul diidentifikasi sebagai berikut. 1. Dalam KTSP dituntut adanya pembelajaran yang melibatkan komunikasi dua arah di mana siswa juga berperan aktif dalam pembelajaran, namun dalam pelaksanaannya masih banyak pembelajaran yang hanya berpusat pada guru. 2. Motivasi siswa dalam mempelajari Fisika masih rendah karena pelajaran Fisika dianggap sulit. 3. Tidak semua model pembelajaran cocok untuk diterapkan dalam setiap materi dalam pembelajaran Fisika. 4. Materi Suhu dan Kalor dianggap sulit untuk dipelajari sehingga membutuhkan model pembelajaran yang menarik bagi siswa serta melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. 5. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dibutuhkan evaluasi yang berbedabeda karena aspek-aspek tersebut memiliki tinjauan yang berbeda pula. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti, maka perlu diberi batasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dibatasi padahal-hal berikut. 1. Model pembelajaran yang digunakan Model pembelajaran CTL dan inkuiri dengan pelibatan faktor internal dari siswa yang dibatasi pada motivasi berprestasi siswa. 2. Pokok Bahasan Pokok bahasan yang diambil adalah Suhu dan Kalor. 3. Tujuan belajar yang ditinjau Tujuan belajar yang ditinjau adalah kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor.

6 6 D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran Fisika menggunakan CTL dan inkuiri terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor? 2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh motivasi berprestasi siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor? 3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran Fisika dengan CTL dan inkuiri serta motivasi berprestasi siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh model pembelajaran Fisika menggunakan CTL dan inkuiri terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh motivasi berprestasi siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara model pembelajaran Fisika dengan CTL dan inkuiri serta motivasi berprestasi siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor.

7 7 F. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini penulis berharap semoga hasilnya dapat berguna untuk: 1. Memberikan masukan kepada guru atau calon guru Fisika dalam menentukan model pembelajaran yang tepat, yang dapat menjadi alternatif lain selain model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam pelajaran Fisika khususnya pokok bahasan Suhu dan Kalor. 2. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru untuk lebih menekankan keaktifan siswa dalam belajar. 3. Bahan pertimbangan dan masukan/referensi ilmiah dan menumbuhkan motivasi untuk meneliti pada mata pelajaran lain atau permasalahan yang prosedur penelitiannya hampir sama.