CENDEKIA Edisi: Maret 2008 ISSN: HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FALSE MOUNTING DENGAN PRODUKSI SEMEN PEJANTAN SAPI MADURA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

I. Sumeidiana, S. Wuwuh, dan E. Mawarti Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Received December 23, 2006; Accepted April 27, 2007

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR SAPI BANGSA LIMOUSIN DAN SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

PRODUKSI SEMEN SEGAR DAN SEMEN BEKU SAPI PEJANTAN DENGAN BODY CONDITION SCORE (BCS) YANG BERBEDADI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at :

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

PENAMPILAN TINGKAH LAKU SEKSUAL SAPI PEJANTAN LIMOUSIN DAN SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

Tatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI EJAKULASI TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA SAPI ACEH

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

PROGRAM IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Sayed Umar* dan Magdalena Maharani** *)Staf Pengajar Departemen Peternakan FP USU, **)Alumni Departemen Peternakan FP USU

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

Arnold.Ch Tabun *, Petrus Kune **, M.L. Molle *** Oleh:

PENDAHULUAN Latar Belakang

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR TIGA GENOTIPE DOMBA PERSILANGAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

UKURAN ORGAN REPRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN PADA UMUR YANG BERBEDA

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP MOTILITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

SKRIPSI. Oleh : SYAHRUDI

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan prioritas ke-5 tingkat Nasional dalam Rancangan

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FALSE MOUNTING DENGAN PRODUKSI SEMEN PEJANTAN SAPI MADURA Oleh: Efi Rokhana Staf Pengajar Program Studi Produksi Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Kadiri ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jumlah false mounting dengan produksi semen pejantan Sapi Madura. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 15 29 Desember 25 di BIB Singosari Malang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data pejantan Sapi Madura, Data proses penampungan semen pejantan Sapi Madura di tempat penampungan, Data hasil evaluasi kualitas semen pejantan Sapi Madura di Laboratorium BIB Singosari Malang yang diperoleh dari hasil penampungan ejakulasi pertama. Metode penelitian adalah survey. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara deskriptif dan analitis dengan menggunakan program komputer SPSS dan Minitab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata volume semen (cc), konsentrasi ( x 1 6 ), dan motilitas (%) secara berturut-turut adalah: 4,786 ± 1,489; 1134,863 ± 46,64; 62,451 ± 15,112. Sedangkan rata-rata jumlah false mounting, total spermatozoa ( x 1 6 ), dan total spermatozoa motil ( x 1 6 ) secara berturut-turut adalah: 4,92 ± 1,781; 5311,284 ± 2353,532; 3519,947 ± 192,784. Berdasarkan analisa regresi eksponensial diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang significan (P<,1) antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa semen pejantan Sapi Madura, dengan persamaan regresinya adalah: Y = 2527,43 (2,714,129 X ) dan nilai R 2 =,22 ( r =,416). Analisa regresi eksponensial hubungan antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa motil semen pejantan Sapi Madura juga memberikan hasil yang significan (P<,1) dengan persamaan regresi yaitu Y = 11,641 (2,714,21 X ) dan nilai R 2 =,24 ( r =,396). Kesimpulan hasil penelitian adalah total spermatozoa dan total spermatozoa motil semen pejantan sapi Madura dipengaruhi oleh jumlah false mounting sebelum proses penampungan semen dilakukan. Disarankan untuk melakukan false mounting sebagai prosedur pendahuluan sebelum proses penampungan semen pejantan sapi Madura. Adapun jumlah false mounting yang direkomendasikan adalah sebanyak 5 8 kali. ABSTRACT This research was purposed to know the correlation among the numbers of false mounting and semen production of Madura Bulls. This research was performed between 15 th 29 th December 25 at The Artificial Insemination Bureau Singosari Malang. This research used secunder data that contains of: Caracteristic Madura Bulls s Data, Data of Semen Collection Process of Madura Bulls, and The data of evaluation semen quality from first ejaculation. The method of this research was survey. Then data were analysed with computer program named SPSS and Minitab. The result showed that the average of volume (cc), semen concentration ( x 1 6 ), and sperm motility (%) of Madura Bulls were: 4,786 ± 1,489; 1134,863 ± 46,64; 62,451 ± 15,112 respectively. Result of correlation analysis showed that correlation among the numbers of false mounting and total spermatozoa was significant (P<,1). The regression equation is Y = 2527,43 (2,714,129 X ) and R 2 =,22 ( r =,416). The correlation among the numbers of false mounting and total spermatozoa motil was also significant (P<,1). The regression equation is Y = 11,641 (2,714,21 X ) and R 2 =,24 (r =,396). The conclusions are that Semen Production of Madura Bulls both of Total Spermatozoa and Total Spermatozoa Motil were affected by the numbers of false mounting. It was suggested that false mounting is very important to do as sexual preparation procedure before semen was collected from Madura bulls. Also it was recommended for doing 5 8 times false mounting before semen was collected from Madura bulls. LPM UNISKA 37

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pengembangan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang salah satu misinya adalah menyediakan pangan asal ternak yang bergizi dan berdaya saing tinggi dengan memanfaatkan sumberdaya peternakan secara optimal. Ternak sapi potong merupakan jenis ternak yang cukup berkembang di Indonesia, populasinya pada 5 tahun terakhir menunjukkan adanya kecenderungan yang menurun, sedangkan kebutuhan daging semakin meningkat. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendukung pengembangan sapi potong di Indonesia, antara lain dengan meningkatkan mutu genetik sapi lokal yang merupakan plasma nutfah. Sebagaimana dinyatakan oleh Utoyo (23), bahwa bibit ternak lokal yang berasal dari plasma nutfah lokal merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan industri peternakan yang mempunyai peranan yang menentukan dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Pengembangan populasi sapi lokal di Indonesia banyak mengalami kendala jika dibandingkan dengan sapi-sapi impor yang berada di Indonesia, yaitu umumnya sapi lokal mempunyai berat badan dan ukuran tubuh yang relatif kecil. Dalam rangka pengembangan sapi lokal tersebut sangatlah diperlukan data sebanyakbanyaknya tentang prestasi produksi maupun reproduksinya, selain itu penerapan teknologi yang mampu meningkatkan populasi sapi secara cepat juga merupakan cara yang efektif. Sapi Madura termasuk sapi lokal Indonesia yang merupakan plasma nutfah dan harus dikembangkan dalam rangka mendukung industri peternakan sapi potong maupun penyediaan bibit sapi potong lokal. Sapi Madura diduga berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali, sedangkan sapi Jawa merupakan hasil persilangan dari Bos indicus dan Bos Taurus (Gunawan, 1993). Sapi Madura memiliki keistimewaan diantaranya memiliki tingkat adaptasi yang baik meskipun pada kondisi lingkungan yang jelek. Produktivitas sapi potong sangat dipengaruhi oleh tingkat reproduktivitasnya. Salah satu komponen tingkat reproduktivitas adalah fertilitas atau kemampuan sapi jantan atau betina untuk berreproduksi. Berkaitan dengan fertilitas ternak jantan maka penerapan Inseminasi Buatan sebagai salah satu teknologi reproduksi sangat besar peranannya dalam meningkatkan efisiensi reproduksi ternak jantan. Dally, et al (2), menyatakan bahwa Inseminasi Buatan merupakan teknik tunggal yang sangat penting untuk meningkatkan mutu genetik ternak. Hal tersebut memungkinkan karena beberapa ekor pejantan unggul dapat menghasilkan sejumlah spermatozoa untuk menginseminasi ribuan betina tiap tahun. Balai Inseminasi Buatan Singosari sebagai lembaga pemerintah sangat besar peranannya dalam ikut menjamin ketersediaan semen beku pejantan sapi Madura, sehingga permintaan masyarakat akan semen beku tersebut dapat dipenuhi dengan baik. Agar semen beku dapat terjamin ketersediaannya secara kualitas dan kuantitas maka tersedianya pejantan sapi Madura yang unggul dan memiliki tampilan prestasi reproduksi yang baik sangatlah diperlukan, sehingga persiapan dan perangsangan seksual yang efektif sebelum penampungan semen seekor pejantan perlu mendapatkan perhatian khusus. Hafez (1993), menyatakan bahwa persiapan seksual sebelum penampungan semen dari pejantan dapat meningkatkan jumlah sperma hingga 1 persen. False mounting pada pejantan beberapa kali dan atau mendekatkan pejantan secara intensif selama 5 sampai 1 menit tanpa false mounting merupakan cara yang efektif. Berdasarkan pengamatan di Balai Inseminasi Buatan Singosari diketahui bahwa sebelum seorang petugas memutuskan untuk menampung semen pejantan sapi Madura dengan vagina buatan terdapat variasi pada jumlah false mounting pejantan tersebut. Variasi juga dijumpai pada kualitas semen pejantan sapi tersebut setelah ditampung dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Berdasarkan hal tersebut kiranya perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara jumlah false mounting dengan produksi semen pejantan sapi Madura, sehingga diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan seekor pejantan di lapangan saat proses penampungan semen. 2. Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara jumlah false mounting dengan produksi semen pejantan Sapi Madura. II. METODE PENELITIAN 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Singosari yang terletak di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Pengambilan data penelitian dilakukan mulai LPM UNISKA 38

tanggal 15 Desember 25 sampai 29 Desember 25. 2. Materi Penelitian Materi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari: 1. Data Pejantan Sapi Madura Sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pejantan Sapi Madura sebanyak 5 ekor. Umur pejantan Sapi Madura adalah ± 3 tahun dengan bobot badan Sapi Madura 344 sampai 48 kg. Ukuran lingkar skrotum dan volume testis Sapi Madura berkisar 25 31,2 cm dan 651 815 cc. 2. Data proses penampungan semen pejantan sapi Madura di tempat penampungan. 3. Data hasil evaluasi kualitas semen pejantan Sapi Madura di laboratorium (BIB Singosari) yang diperoleh pertama. 3. Metode Penelitian dari hasil penampungan ejakulasi Penelitian ini menggunakan metode survey (Koentjaraningrat, 1983; Azwar, 1998), yaitu dengan pengolahan data sekunder yang diperoleh dari Balai Inseminasi Buatan Singosari. Data tersebut adalah hasil pengamatan langsung di lapangan dan di laboratorium saat proses penampungan semen pejantan Sapi Madura. Pengamatan langsung di lapangan terhadap jumlah false mounting, sedangkan pengamatan di laboratorium meliputi: evaluasi kualitas semen pejantan Sapi Madura. Pejantan Sapi Madura yang diambil datanya adalah pejantan yang berumur ± 3 tahun, sebanyak 5 ekor dan selama dipelihara di BIB Singosari tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang serius. Data kualitas semen pejantan Sapi Madura dari hasil pemeriksaan laboratorium Balai Inseminasi Buatan Singosari dikelompokkan menjadi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis meliputi: a. Warna. b. ph. c. Volume semen Adapun pemeriksaan Mikroskopis terdiri dari: a. Konsentrasi spermatozoa. b. Prosentase motilitas spermatozoa c. Viabilitas atau prosentase hidup spermatozoa d. Abnormalitas spermatozoa. 4. Analisa Data Data dianalisa secara deskriptif dan analitis. Azwar (1998), menyatakan bahwa data penelitian survey dapat dianalisa secara deskriptif dan statistik inferensial. Analisa data menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan Minitab. Penggunaan analisa tersebut yaitu: 1. 1. Analisa deskriptif. 2. Koefisien korelasi (r) 3. Analisa regresi eksponensial III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Penelitian Pejantan Sapi Madura Pengamatan terhadap false mounting dan produksi semen dilakukan pada pejantan Sapi Madura yang berumur 3 tahun dengan bobot badan berkisar 344 48 kg (Lampiran 1). Karakteristik semen, rata-rata jumlah false mounting dan produksi semen pejantan sapi Madura terlihat pada Tabel 1. Jumlah false mounting diamati dengan menghitung banyaknya pengekangan saat seekor pejantan menunggangi teaser tanpa dilakukan penampungan semen pada ejakulasi pertama (Toelihere, 1993). LPM UNISKA 39

Tabel 1. Karakteristik Semen, Rata-rata Madura Jumlah False Mounting, dan Produksi Semen Pejantan Sapi No Variabel Rata-rata 1 Karakteristik Semen: - Jumlah Sample (N) 51 - Volume (cc) 4,786 ± 1,489 - Konsentrasi (x 1 6 ) 1134,863 ± 46,64 - Motilitas (%) 62,451 ± 15,112 - Viabilitas (%) 69,737 ± 16,69 - Abnormalitas (%) 6,78 ± 3,339 - ph 6,373 ±,113 2 Variabel Penelitian: - Jumlah False Mounting - Total Spermatozoa (x 1 6 ) - Total Spermatozoa Motil (x 1 6 ) 4,92 ± 1,781 5311,284 ± 2353,532 3519,947 ± 192,784 Deskripsi data penelitian pada Tabel 1 diperoleh dari hasil analisa deskriptif data penelitian. Pejantan sapi Madura yang digunakan dalam penelitian ini berumur ± 3 tahun. Pada usia tersebut menandakan bahwa pejantan sapi yang digunakan dalam penelitian ini telah mencapai kematangan seksual. Sebagaimana dinyatakan oleh Walker, Ritchie, and Hawkins (1994), bahwa umumnya pejantan sapi potong mencapai pubertas antara umur 1 14 bulan dan mencapai kapasitas reproduksi secara maksimal pada usia 3 4 tahun. Mc. Donald dan Pineda (1989), menambahkan bahwa kematangan seksual merupakan tahapan kemampuan berreproduksi yang maksimal. Rentang waktu antara pubertas dan kematangan seksual disebut masa pendewasaan. Beberapa karakteristik semen telah menunjukkan perubahan secara kuantitatif menuju kematangan selama masa pendewasaan. Rata-rata total spermatozoa sapi Madura (Tabel 1) adalah: 5311,284 ± 2353,532 (x1 6 ). Hasil tersebut dikatakan masih normal. Hunter (1982), menyatakan bahwa rata-rata total spermatozoa sapi jantan per ejakulasi adalah berkisar 4 14 milyard. Sedangkan Garner and Hafez (1993), menyatakan bahwa jumlah spermatozoa per ejakulasi pada pejantan sapi adalah 5 15 milyard. Rata-rata total spermatozoa motil pejantan sapi Madura adalah 3519,947 ± 192,784 (x 1 6 ). Sementara itu penelitian yang dilakukan Yusran dan Ma sum (1987) melaporkan bahwa rata-rata total spermatozoa motil pada sapi Madura sebesar 226 x 1 6. Hal ini menunjukkan bahwa total spermatozoa motil pada penelitian ini mempunyai hasil yang lebih baik. Perbedaan hasil tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama adanya perbedaan managemen pemeliharaan pejantan sapi Madura yang dipakai dalam kedua penelitian tersebut. Rata-rata karakteristik semen pejantan sapi Madura (Tabel 1) dapat dikatakan normal. Garner and Hafez (1993), menyatakan bahwa karakterisitik semen pejantan sapi yaitu: volume = 5 8 ml; konsentrasi sperma= 8 2 juta/ml; motilitas = 4 75%; Abnormalitas = 5 35%; ph = 6,4 7,8. 2. Hubungan antara Jumlah False Mounting dengan Total Spermatozoa Pejantan Sapi Madura Di Balai Inseminasi Buatan pengekangan (False Mounting) saat pejantan menaiki teaser untuk menunda ejakulasi merupakan prosedur penampungan yang umum dilakukan disamping handle (menilai kekerasan otot penis saat ereksi melalui pemegangan dengan tangan petugas), sebelum akhirnya seorang petugas memutuskan untuk segera menampung semen pejantan dengan menggunakan vagina buatan. Diharapkan dengan pengekangan tersebut dapat dihasilkan kualitas semen yang lebih bagus. Total spermatozoa yang diambil sebagai salah satu variabel dalam penelitian ini dihitung dengan mengalikan antara volume semen dengan konsentrasi spermatozoa (Yusran dan Ma sum, 1987). Hubungan antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa pada pejantan sapi Madura dapat digambarkan dengan grafik seperti pada Gambar 1. LPM UNISKA 4

12 1 8 6 4 2 TOTAL spa (Juta) Observed False mounting seekor pejantan beberapa kali dan atau mendekatkan dengan ternak pemancing secara intensif selama 5 1 menit tanpa false mounting merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan jumlah sperma. Selanjutnya Suryadi, Irda, dan Hertamawati (21) juga menyatakan, bahwa peningkatan libido pejantan sewaktu penampungan sperma dapat dilakukan dengan cara mengadakan false mounting, mengganti pemancing, mengubah waktu dan tempat penampungan, mendekatkan pejantan lain sebagai pesaing dan exercise yang cukup. 2 FALSE MOUNTING 4 6 Gambar 1. Grafik Hubungan antara Jumlah False Mounting dengan Total Spermatozoa Pejantan Sapi Madura Berdasarkan hasil analisa ragam regresi eksponensial diperoleh persamaan regresi hubungan antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa pejantan sapi Madura adalah : Y = 2527,43 ( 2,714,129 X ). Koefisien korelasi (r) sebesar :,416, dengan taraf kepercayaan,1. Koefisien determinasi (R 2 ):,22. Hasil analisa ragam garis regresi dan koefisien regresi hubungan antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa menghasilkan taraf kepercayaan,1. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang significant antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa semen pejantan sapi Madura. Variasi total spermatozoa pejantan sapi Madura 2,25 % dipengaruhi oleh jumlah false mounting sedangkan yang 79,795% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain semakin tinggi jumlah false mounting akan diikuti dengan peningkatan total spermatozoa, yang mana peningkatan total spermatozoa tersebut mengikuti pola regresi eksponensial. Adanya hubungan yang significant antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan proses pengekangan tersebut menjadikan seekor pejantan menjadi semakin tinggi libidonya (nafsu kawin) dan memberi kesempatan pada penis untuk meningkatkan ketegangannya, yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan jumlah spermatozoa yang dihasilkan saat ejakulasi. Sebagaimana dinyatakan Hafez (1993), bahwa persiapan seksual sebelum penampungan semen pejantan sapi meningkatkan jumlah sperma hingga 1 persen. 8 1 Exponential 3.3. Hubungan antara Jumlah False Mounting dengan Total Spermatozoa Motil Pejantan Sapi Madura Penilaian terhadap kualitas semen seekor pejantan yang tidak kalah penting adalah motilitasnya, yaitu banyaknya spermatozoa yang motil progresif (bergerak lurus ke depan) pada luas pandang dengan jumlah total 2 ekor spermatozoa yang dinyatakan dalam persen. Kualitas semen beku yang dihasilkan oleh Balai Inseminasi Buatan sangat ditentukan oleh tingkat motilitasnya, oleh karena dapat mempengaruhi keberhasilan atau angka konsepsi saat Inseminasi Buatan (IB). Sehingga informasi tentang total spermatozoa yang motil sangat penting untuk diketahui pada penelitian ini disamping total spermatozoanya. Adapun total spermatozoa motil dihitung dengan mengalikan volume semen, konsentrasi, dan persentase motilitas spermatozoa ( Yusran dan Ma sum, 1987). Grafik hubungan antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa motil pejantan sapi Madura ditunjukkan pada Gambar 2. 1 8 6 4 2 TOTAL spa MOTIL (Juta) 2 FALSE MOUNTING 4 6 Gambar 2. Hubungan antara Jumlah False Mounting dengan Total Spermatozoa Motil Pejantan Sapi Madura 8 1 Observed Exponential LPM UNISKA 41

Berdasarkan hasil analisa regresi eksponensial diperoleh persamaan hubungan antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa motil pada pejantan sapi Madura: Y = 11,641 (2,714,21 X ). Adapun koefisien korelasi ( r ) hubungan antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa motil adalah,396 dengan taraf kepercayaan.1; dan koefisien determinasi ( R 2 ) sebesar,24. Hasil analisa ragam persamaan regresi dan koefisien regresi menghasilkan taraf kepercayaan sebesar,1. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata (significant) antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa motil pejantan sapi Madura. Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat dikatakan bahwa total spermatozoa motil pada pejantan sapi Madura sangat dipengaruhi oleh jumlah false mounting. Variasi total spermatozoa motil sebanyak 2,352% dipengaruhi oleh jumlah false mounting sedangkan yang 79,648 dipengaruhi oleh faktor lain. Adanya hubungan yang significant tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatkan pengekangan pejantan (false mounting) tersebut menyebabkan pejantan frustasi dan mengkondisikan pejantan untuk memperoleh stimulasi seksual secara kuat dan intensif. Kondisi di alam bebas biasanya ditujukkan oleh persaingan antara pejantan dominan dengan pejantan subordinat. Pejantan subordinat akan mengalami frustasi dalam waktu yang lama sementara ia mencoba mencuri kesempatan kawin mendahului pejantan dominan. Umumnya pejantan dominan harus menyerang pejantan subordinat untuk mencegahnya kawin. Jika seekor pejantan ketika secara seksual telah terangsang, jumlah sperma dari ejakulasi dapat meningkat yaitu dengan cara mencegah atau membuatnya frustasi atau memberi kesempatan menaiki betina tanpa kopulasi dan ejakulasi (Wodzicka dan Tomaszewska, 1991). Ketika stimulasi seksual semakin tinggi, libido meningkat, dan penis makin tegang maka saat ejakulasi pejantan mampu memeras isi skrotum dan nyemprotkan semen yang terdiri dari sel-sel spermatozoa beserta cairan dari kelenjar-kelenjar asesoris secara sempurna. Salisbury and Vandemark (1961) menyatakan bahwa kualitas semen sangat dipengaruhi umur, berat badan, stress, penyakit, frekuensi penampungan ejakulat, nutrisi, aktivitas kelenjar hipofisa dalam memproduksi FSH dan LH untuk menginduksi sekresi androgen, serta kekuatan pancaran saat proses ejakulasi yang memeras skrotum dan isinya. Lebih lanjut Hardjopranjoto (1976), menerangkan bahwa pada waktu ejakulasi spermatozoa akan bergerak kedepan sebagai akibat adanya kontraksi ritmis dari semua saluran alat kelamin jantan, pada waktu tersebut kelenjar asesoris akan mengeluarkan cairan-cairannya sehingga sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan cairan kelenjar tersebut akan membentuk semen. Selanjutnya diterangkan bahwa sifat fisik dan kimia semen sebagian besar ditentukan oleh plasma semen (Toelihere, 1981). Plasma semen tersebut mengandung bermacam-macam zat organik dan anorganik yang salah satu fungsinya adalah sebagai pengaktif bagi spermatozoa yang mula-mula tidak bergerak menjadi dapat bergerak. Gerakan sperma tersebut dapat diukur dengan menghitung persentase motilitas. Motilitas sampel semen diekspresikan sebagai persentase dari sel yang motil dengan kekuatan sendiri. Sperma yang bergerak progresif adalah sperma yang bergerak atau berpindah dari satu titik ke titik lain dalam beberapa garis lurus. Sehingga dengan meningkatkan jumlah false mounting tersebut total spermatozoa motil dapat ditingkatkan pula oleh karena adanya peningkatan kekuatan pancaran semen oleh pejantan. Alexander, Signoret, and Hafez ( 198), menyatakan bahwa false mount menyebabkan peningkatan kualitas sperma sapi jantan. Meskipun lebih lanjut dia mengatakan bahwa satu periode dalam false mount selama 2 sampai 2 menit pada sapi menyebabkan kenaikan volume sperma dan konsentrasi spermatozoa sangat nyata, tetapi tidak mempengaruhi motilitasnya. Namun kenyataannya pada penelitian sapi Madura kali ini dijumpai hubungan yang sangat nyata antara jumlah false mount dengan total spermatozoa motil. Hal ini dapat dijelaskan bahwa keadaan tersebut dimungkinkan adanya faktor lain yang mempengaruhi kualitas semen khususnya konsentrasi hormon testosteron yang ternyata tinggi pada pejantan sapi Madura. Sebagaimana dilaporkan oleh Rokhana (24), bahwa kadar hormon testosteron pada pejantan sapi Madura di Balai Inseminasi Buatan Singosari adalah 13,715 ± 7,714 ng/ml, yang mana kadar tersebut lebih tinggi dari rata-rata kadar hormon testosteron sapi jantan menurut Mc. Donald and Pineda (1989) yaitu 6,7 ±,2 ng/ml. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan: 1. Jumlah False Mounting berhubungan sangat nyata dengan total spermatozoa LPM UNISKA 42

pejantan sapi Madura, yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar,416 dan koefisien determinasi ( R 2 ) sebesar,22 2. Jumlah False Mounting berhubungan sangat nyata dengan total spermatozoa motil pejantan sapi Madura, yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar,396 dan koefisien determinasi ( R 2 ) sebesar,24 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan: 1. False Mounting sangat perlu dilakukan sebagai prosedur pendahuluan sebelum proses penampungan semen pejantan sapi Madura dengan vagina buatan dilakukan di Balai Inseminasi Buatan. 2. Jumlah False Mounting saat penampungan semen pejantan sapi Madura yang dapat direkomendasikan adalah 5 8 kali. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S., 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI).Yogyakarta. Bearden. J.H., and Fuquay, J., 1984. Applied Animal Reproduction. Second Edition. Reston Publishing Company Inc. Virginia. Boyles, S., 1999. Scrotal Size and Its Importance to The Limousin Breed. http://users.northnet.com.au/limo/technical/scr otal.htm. Daas den N., 1992. Laboratory Assessment of Semen Characteristics. Animal Reproduction Science, 28.p. 87 94. Elsevier Science Publishers BV. Amsterdam. Hardjosubroto, W., 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Penerbit PT Grasindo.Jakarta. Partodihardjo, S., 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta. Rokhana, E., 24. Studi Tentang Kadar Hormon Testosteron, Libido dan Kualitas Semen Sapi Limousin dan Sapi Madura. Thesis. Program Studi Ilmu Ternak. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang. Salisbury. W.G., Vandemark, L.N., and Djanuar. R., 1961. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Suryadi, U., Irda, I., dan Hertamawati, R.T., 21. Pengaruh Timbal Balik Frekuensi dan Lama Pengekangan False Mount terhadap Kulaitas Sperma Domba Ekorgemuk. Media Kedokteran Hewan. Vol.17. No. 3 Desember. Fak. Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Toelihere, M.R., 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung. Toelihere, M.R., 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung. Wodzicka, M and Tomaszewska, 1991. Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia.PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yusran, A.M. dan K. Ma sum., 1987. Libido dan Karakter Semen Pejantan Lokal Sapi Madura Pada Musim Kemarau di Kabupaten Bangkalan Madura. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. Edisi I. Nomor 1. Universitas Brawijaya Malang. Zeidan, A.E.B., El-Kariem, and El-Gaafary, M.N., 1998. Effect of Exhaustive Ejaculation on Libido and Semen Characteristics of Friesian Bulls Under Egyptian Condition. Indian Vet. J. Vol. 75, 111-113. LPM UNISKA 43