BAB II KAJIAN TEORITIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pendidikan matematika ada lima aspek yang dinilai yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI. Novi Sri Rahayu, dkk (2013) menyimpulkan bahwa s iswa dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA. Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan,

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Minat. 1. Pengertian Minat Belajar. Besar kecilnya minat akan mempengaruhi keberhasilan bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SD. Afandi Roqit

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokatis, penuh tenggang rasa,

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (dalam Dahar, 1989:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa pendidikan dalam pembangunan nasional berupa. seutuhnya. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Sejarah. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. perbedaan pada siswa-siswanya. Siswa yang pandai akan terhambat kemajuannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

20 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Kontekstual 1. Minat Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar. Menurut Slameto (2010), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang meyuruh.sedangkan minat menurut Safari (2005) adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaannya dalam belajar. Dan menurut Djamarah (2002), minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktifitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Minat bisa juga diartikan sebagai kecenderungan jiwa yang relative menetap kepada diri seseorang dan biasanya dengan perasaan senang. Slameto (2010) berpendapat bahwa belajar adalah sustu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu, Djamarah (2002) berpendapat bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga

21 untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebgai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang kognitif, efektif dan psikomotor. Dari beberapa pengertian minat dan belajar diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa minat belajar adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seorang (siswa) berdasarkan tingkah laku yang datrang tanpa adanya paksaan dari luar dan dapat ditunjukan melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan dalam belajar serta menyadari pentingnya kegiatan itu. Adanya minat belajar yang tinggi dalam diri siswa merupakan syarat agar siswa terdorong oleh keinginannya sendiri untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam belajarnya dan lebih lanjut siswa akan sanggup untuk belajar sendiri. Minat berpengaruh dalam belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto,2010). Untuk itu guru perlu membangkitkan minat belajar pada siswa. Djamarah (2002) berpendapat bahwa ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan unuk membangkitkan minat siswa yaitu : a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri siswa sehingga siswa rela belajar tanpa paksaan.

22 b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki siswa, sehingga siswa mudah menerima bahan pelajaran. c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual siswa. Indikator minat yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Indikator minat No Dimensi Indikator 1 Kesukaan Gairah Inisiatif 2 Ketertarikan Responsif Kesegeraan 3 Perhatian Konsentrasi Ketelitian 4 Keterlibatan Kemauan Keuletan Kerja keras 2. Pemahaman Konsep Menurut sanjaya (2009), pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Sedangkan pemahaman konsep

23 menurut Wardhani (2008) adalah menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, dan tepat dalam pemecahana masalah. Dan menurut Jihad dan Haris (2012), Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan siswa dalam memehami konsep dan melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep adalah kemampuan penguasaan sejumlah materi atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep, mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes dan mampumengungkapkan kembali materi yang diperoleh. Indikator indikator yang menunjukan pemahaman konsep matematika, menurut Jihad dan Haris (2012) meliputi hal-hal berikut : a. Menyatakan ulang sebuah konsep b. Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep. d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

24 Siswa dikatakan memahami suatu konsep jika siswa mengerti benar dan mampu menjelaskan kembali informasi yang diperoleh dengan menggunakan kata-katanya sendiri,meskipun dalam penjelasan tersebut susunan kata-katanya berbeda dengan apa yang diberikan kepada siswa akan tetapi kandungan maknanya tetap sama dan siswa tidak hanya sebatas mengingat sesuatu bahan pelajaran. Penilaian pada aspek pemahaman konsep, bertujuan mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep dasar matematika yang telah diminta. 3. Group Investigation Pengembangan belajar Group Investigation didasarkan oleh suatu premis bahwa proses belajar disekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang terjadi merupakan nilainilai kedua domain tersebut. Group Investigation juga sangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi yang mengarah pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya untuk memecahkan suatu masalah (Slavin, 2010). Dan menurut Rusman (2012) mengemukakan bahwa Group Investigation tidak dapat diimplementasikan ke dalam lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog interpersonal (atau tidak mengacu kepada dimensi sosial-afektif pembelajaran). Aspek social-aspektif kelompok, pertukaran intelektuanya dan materi yang bermakna, merupakan sumber primer yang cukup penting dalam memberikan dukungan terhadap usahausaha belajar siswa. Interaksi dan komunikasi berjalan dengan baik, jika

25 pembelajaran dilakukan lewat kelompok-kelompok belajar kecil. Sedangkan Group Investigation menurut Sumarmi (2012: 123) merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, siswa menggunakan inkuiri kooperatif (perencanaan dan diskusi kelompok) kemudian mempresentsikan penemuan merek di kelas. Dari beberapa pengertian Group Investigation menurut para ahli disimpulkan bahwa Group Investigation merupakan model pembelalajaran yang cocok untuk bidang kajian studi proyek yang melibatkan kelompok kelompok kecil yang menggunakan sebuah perencanaan dan diskusi kelompok kemudian hasil penemuan dari diskusi tersebut dipresentasikan oleh sisiwa. Implementasi strategi belajar Group Investigation dalam pembelajaran secara umum dibagi menjadi 6 langkah, yaitu : a. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (para siswa menelaah sumber sumber informasi, memilih topic, dan mengategorisasi saran-saran; para siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama, komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan sama dan heterogen; guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi); b. Merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi :apa yang kita selidiki, bagaimana kita melakukannya, siapa sebagai apapembagian kerja, untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi);

26 c. Melaksanakan investigasi (siswa mencari invormasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus beretribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi dan mensintetis ide-ide); d. Menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan pesanpesan proyeknya, merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya; membuat panitia acara untuk mengoordinasikan rencana presentasi); e. Mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk; bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lainnya); pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruhan kelas); f. Evaluasi (Para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman efektifnya; guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan ketrampilan berfikir kritis). B. Penelitian Relevan Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan Pratama (2013) berjudul Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Siswa Kelas VIIB SMP N 2

27 karanglewas. Hasil peneletian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIIB SMP N 2 Karanglewas. Penelitian yang relevan kedua adalah penelitian Fitriyanto (2013) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 3 Siwarak. Dengan hasil penelitian bahwa model pembelajaran Group Investigation memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika aspek psikomotorik. Penelitian yang relevan ketiga adalah penelitian Widyandani (2014) dengan judul Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Dengan Model Pembelajara Group Investigation Pada Siswa kelas XI IPS 2 MA PP Al-Fatah Maos Cilacap. Diproleh hasil bahwa Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika pada pokok bahasan turunan fungsi. Penelitian yang relevan keempat adalah penelitian Sabrina (2015) dengan judul Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Discovery Learning Dengan Strategi roup Investigation Pada Siswa Kelas VIIIA SMP N 1 Bojongsari. Dengan hasil penelitian bahwa model pembelajaran Discovery Learning dengan strategi Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIIIA SMP N 1 Bojongsari.

28 C. Kerangka Pikir Berdasarkan dengan apa yang telah dijelaskan pada kajian toritik, pembelajaran matematika melalui Group Investigation dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : langkah pertama guru mengidentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok, dalam tahap ini siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topic dan mengkategorikan saran-saran. Pada saat meneliti sumber siswa akan mengetahui definisi suatu konsep dari sub topic yang dibahas. Dari kegiatan di atas maka indikator pemahan konsep terpenuhi. Langkah kedua merencanakan tugas-tugas belajar, yaitu para siswa berdiskusi dengan kelompoknya yang meliputi apa yang akan di selidiki, bagaimana melakukannya, siapa sebagai apa dan pembagian kerja, dan untuk tujuan apa topik yang telah dipilih, sehingga masing-masing siswa dapat lebih mengenal konsep dan mengidentifikasinya. Langkah ketiga yaitu melaksanakan investigasi, pada langkah ini siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan. Setiap anggota kelompok harus beretribusi kepada usaha kelompok, para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi dan mensisntesis ide-ide. Dimulai dengan menyiapkan bahan apa saja yang diperlukan untuk mendukung tugas yang diberikan. Dari kegiatan tersebut siswa dapat mengetahui contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut.selain itu siswa dapat mengklasifikasikan objek

29 berdasarkan dari sifat-sifat suatu konsep, dan mampu mengaplikasikan konsep yang diketahui terhadap berbagai pemecahan masalah. Langkah keempat menyiapkan laporan akhir, siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan, dan saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mensintetis semua gagasan anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka, merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presensi mereka. Dengan kegiatan tersebut siswa sudah dapat menyajikan konsep. Langkah kelima mempresentasikan laporan akhir, dalam langkah ini siswa belajar menyampaikan pendapat tentang pemahaman mereka dari materi yang disampaikan. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi. Guru dapat menilai sejauh mana pemahaman yang telah diperoleh siswa. Langkah keenam melakukan evaluasi, guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi sejauh mana kontribusi masing-masing anggota kelompok. Untuk itu siswa dapat meningkatan pemahaman konsep dari materi yang dibahas. Dengan demikian diharapkan guru mampu melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Group Investigatiuon sehingga kualitas kegiatan belajar dan pemahaman konsep matematis siswa meningkat sesuai yang diharapkan.

30 D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui pelaksanaan model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan minat dan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Kembaran.