ORIENTASI PEMBERDAYAAN LKM BAPEMAS JATIM 2015 OLEH : Dr. OYONG LISA CMA

dokumen-dokumen yang mirip
APBD PROPINSI UEP SP (50%) UEP _SEKTOR RIEL (20%) SPARAS RTM (30%) APBD KABUPATEN

MBAGI2 DHUWIT UNTUK MASYARAKAT MENGELOLA KEGIATAN PROGRAM LEMBAGA SOSIAL MASYARAKAT LEMBAGA KEUANGAN MASYARAKAT

Perubahan aset. Modal Awal. Nilai Kredit = R x 10 =... SKOR = NK x 20% =... Jml Kas & Bank. Modal Awal. Nilai Kredit = R =...

KAB GRESIK _2015 DI _BATU

FORMULIR PERMOHONAN PINJAMAN SIMPAN PINJAM GERDU TASKIN UPK SEJAHTERA KELURAHAN RAMPAL CELAKET KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG PERORANGAN

FORMULIR PERMOHONAN PINJAMAN SIMPAN PINJAM GERDU TASKIN UPK SEJAHTERA KELURAHAN RAMPAL CELAKET KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG POKMAS

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

Jurnal Pendidikan Akuntansi

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR

( BUMDES ) MUGIRAHAYU

MATERI GRESIK 2014 PANDUAN PENGISIAN FORM ANALIS PEMETAAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. area Pura Jala Sidhi Amerta dan melayani simpan pinjam untuk umat Hindu. Pada

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG. TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

ANGGARAN DASAR DAPM TOMPOBULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. poranda, ditandai dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja dan

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

PERATURAN DESA MEKARJAYA KECAMATAN CILELES KABUPATEN LEBAK NOMOR : 02 TAHUN 2016 TENTANG. PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUKU VI STANDAR PELAYANAN PUBLIK PROGRAM PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

Badan Usaha Milik Desa (Dalam Alur Regulasi)

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat.

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DESA PURO KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN NOMOR 7 TAHUN 2016

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

koperasi, dilakukan oleh anggota secara demokratis One man one vote, dalam Rapat Anggota Tahunan koperasi

PEDOMAN TEKNIS KEORGANISASIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2009 TENTANG

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI KATINGAN PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat.

BAB II PENGATURAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHAMILIK DESA. A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa

BAB II LANDASAN TEORI. Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) dibentuk masyarakat melalui. Musyawarah Antar Desa (MAD). Selama masa Program Pengembangan

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG. BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN, TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN DPRD KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2008

10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (Sebuah Studi Kasus di Tanah Laut Kalsel) Oleh I.H.Subandi dan Pardjimin Emil:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA. Oleh: Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. Munawar Kholil, S.H., M.Hum.

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM

BUPATI MALUKU TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

PEMBAGIAN SHU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYEJAHTERAKAN ANGGOTA KOPERASI BINTANG SAMUDRA

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

Transkripsi:

ORIENTASI PEMBERDAYAAN LKM BAPEMAS JATIM 2015 OLEH : Dr. OYONG LISA CMA

APBD PROPINSI PEMBERDAYAAN USAHA PEMBERDAYAAN MANUSIA PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN APBD KABUPATEN

PEMBERDAYAAN USAHA : Bertujuan pengembangan usaha ekonomi produktif dan peningkatan pendapatan kelompok miskin Harus dikelola secara lestari, sungguh-sungguh dan berkelanjutan Dengan demikian, dalam menjalankan usahanya, pengelola UPK harus pandai dan cermat dalam menseleksi serta memilih jenis usaha yang akan dibiayai maupun dikelola sendiri

DANA PEMBERDAYAAN USAHA USAHA SIMPAN PINJAM (Minimal 80%) USAHA SEKTOR RIIL (Maksimal 20%)

Dana Pemberdayaan Usaha diperlakukan/ dicatat sebagai modal awal UPK UPK memiliki kewenangan yang otonom dalam mengelola dana PU sesuai AD/ART Prosedur dan keputusan pemberian pinjaman didasarkan atas prinsip2 pemberian pinjaman yang sehat. Modal UPK digulirkan dg cara pemberian pinjaman kepada Pokmas UEP yang baru Pengawasan UPK dilakukan secara internal (Pemdes) dan eksternal (Pengelola Program Gerdu- Taskin)

PENGEMBANGAN MODAL USAHA Modal UPK bersumber dari dari Gerdu-Taskin Sebagian besar UPK umumnya belum mampu mengembangkan modal sendiri Untuk dapat mengembangkan modal usaha secara mandiri, UPK perlu mendorong dan mengembangkan simpanan dari anggota Pokmas

Jenis Simpanan yang dapat dikembangkan oleh UPK Simpanan Pokok Simpanan Wajib Simpanan Sukarela Simpanan Pinjaman

PENYALURAN DANA Penyaluran dana dalam istilah perbankan biasa disebut kredit. Sedangkan dalam UPK, kita sebut pembiayaan atau pinjaman Pengelolaan pinjaman secara tepat akan menjadi penunjang kelangsungan hidup UPK dana yang dimiliki oleh UPK, selayaknya disalurkan untuk keperluan yang produktif, yaitu dalam bentuk pinjaman dengan memperhatikan kaidah-kaidah aman, lancar dan menghasilkan

Pinjaman modal usaha hanya diberikan kepada Pokmas UEP, tidak kepada perorangan Permohonan pinjaman dilakukan dengan cara mengajukan surat permohonan pinjaman (Form PP-02), dilampiri dengan : Daftar Anggota Pokmas (Form PP-01) Form. RUA (Form PP-03) Form. RUB (Form PP-04) Form. Pernyataan Tg. Renteng (Form PP-05) Form Renc. Angsuran Pinjaman (Form PP-06) Kopi KTP Anggota Pokmas

Analisa pinjaman diperlukan agar UPK memperoleh keyakinan bahwa pinjaman yang diberikan dapat dikembalikan Ada 2 aspek yang dianalisa, yaitu : Analisa terhadap kemauan bayar, disebut analisa kualitatif. Aspek yang dianalisa mencakup karakter dan komitmen peminjam. Analisa terhadap kemampuan bayar, disebut analisa kuantitatif

Hal-hal Penting dalam Analisa Kuantitatif Analisa laba rugi masa lalu (wawancara + data) Hitung semua penerimaan di luar usaha. Hitung semua biaya di luar kegiatan usaha, seperti kebutuhan keluarga, pendidikan dan lainnya. Hitung pendapatan bersih. Tentukan perbandingan antara angsuran dengan pendapatan bersih (rasio angsuran). Besarnya angsuran maksimal adalah 40% dari pendapatan bersihnya. Besarnya pinjaman yang dapat diberikan adalah: rasio angsuran x pendapatan bersih x jangka waktu

Perhitungan Kemampuan Bayar: Laba Usaha per bulan : Rp. 300.000,- Pendapatan lain di luar usaha dari istri : Rp. 100.000,- dari lainnya : Rp. 50.000,- Jumlah Pendapatan : Rp. 450.000,-

Biaya Diluar Usaha: Kebutuhan RT : Rp. 200.000,- Biaya pendidikan : Rp. 50.000,- Biaya lainnya : Rp. 50.000,- Jumlah Biaya : Rp. 300.000,-

Pendapatan Bersih Jumlah Pendapatan : Rp. 450.000,- Jumlah Biaya : Rp. 300.000,- Pendapatan Bersih : Rp. 150.000,-

Nilai Pinjaman yang Dapat Diberikan: Rasio angsuran (maksimum 40%) Dikalikan pendapatan bersih Dikalikan jangka waktu 40% x Rp. 150.000 x 10 bulan = Rp. 600.000,-

Besarnya Angsuran Besarnya pinjaman Rp. 600.000,- Bunga 2% tetap 10 bln Rp. 120.000,- Pokok + Bunga Rp. 720.000,- Angsuran per bulan Rp. 72.000,- Angsuran per minggu Rp. 18.000,-

Jaminan Pinjaman Jika dirasa perlu, UPK dapat meminta jaminan, terutama dalam kasus pinjaman yang jumlahnya cukup besar. Pada dasarnya, jaminan utama yang dipakai adalah barang yang dibiayai. UPK juga dapat meminta jaminan tambahan. Jenis dan nilai jaminan tambahan akan ditentukan oleh UPK pada saat menyetujui permohonan pinjaman, misalnya surat tanah, BPKB dan sebagainya.

Manajemen Pinjaman Sebelum Masa Pinjaman UPK perlu membuat persyaratan yang sederhana tetapi sekaligus mengikat kepada calon peminjam Selama Masa Pinjaman Waktu yang tepat bagi UPK untuk membina Pokmas Setelah Masa Pinjaman UPK mengadakan evaluasi secara menyeluruh kepada peminjam. Peminjam yang terbukti baik, bisa dikembangkan.

Dikelola sendiri Pola kemitraan

Administrasi dan pengelolaannya harus terpisah secara tegas dengan kegiatan simpan pinjam Usaha sektor riil ini menjadi unit usaha yang otonom dari UPK UPK memiliki 2 pembukuan

UPK bekerja sama dengan pihak lain, yang dinilai memiliki usaha yang menguntungkan dan prospektif Pada dasarnya adalah mirip usaha simpan pinjam, tetapi sasarannya adalah non RTMB Penempatan dana UPK dapat berupa dana penyertaan, atau pinjaman komersial, maupun pola bagi hasil UPK cukup dengan satu pembukuan

yang menguntungkan. Bila dikelola sendiri, maka keputusan itu harus melalui Musdes Bila pola kemitraan, maka sebaiknya UPK menerapkan jaminan Pengelolaan usaha sektor riil harus profesional, Pembagian jasa (bunga, SHU ataupun bagi hasil) harus jelas. Harus ada pengawasan internal

Pada tahap awal, sebaiknya pola yang dipilih adalah kemitraan. Bila terpaksa UPK menetapkan pola mengerjakan sendiri, perlu dipilih jenis usaha yang sudah familiar. Artinya, pengelola UPK sudah cukup mengenal dengan usaha yang dikelolanya, seperti bidang pertanian, peternakan, perdagangan atau usaha2 lain yang ada di desanya. Agar usaha sektor riil ini dapat berjalan dan berkembang dengan baik, maka pengelolaan (manajemen) ditata sejak awal.

Pengelola haruslah orang yang sudah terbiasa melakukan kegiatan usaha. Oleh sebab itu, bila pola yang ditetapkan UPK adalah dikelola sendiri, maka pilih salah satu pengelola yang memang sudah menekuni kegiatan usaha. Jika UPK memilih pola kemitraan. Pastikan bahwa pihak yang akan dijadikan mitra adalah orang yang dikenal baik UPK juga dapat mengangkat orang yang secara khusus diminta untuk mengelola usaha sektor riilnya. Ke depan, pengelola usaha sektor riil perlu ditingkatkan kapasitasnya dengan cara diikutkan dalam berbagai pelatihan atau kursus singkat

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, pemilihan jenis usaha harus dilakukan dengan menerapkan analisa kelayakan usaha. Jenis usaha yang dipilih sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Jenis usaha tersebut merupakan usaha-usaha yang sudah ada di desa/kelurahan. Jenis usaha tersebut berbasis pelayanan kebutuhan dasar masyarakat desa/kelurahan, seperti misalnya pengadaan pupuk pertanian,dsb. Jenis usaha yang dapat memfasilitasi produk-produk yang dihasilkan oleh Pokmas UEP, seperti di bidang kerajinan, industri rumah tangga dan sebagainya. Jenis usaha lain, yang dinilai produktif

Pembagian jasa usaha ini sesungguhnya merupakan bagian dari analisa kelayakan usaha. Untuk itu, pengelola UPK harus pandai menghitung, mana usaha-usaha yang sesungguhnya bernilai produktif dan mana usaha yang kurang produktif. Untuk usaha yang dikelola sendiri, pembagian jasa diberikan dalam bentuk SHU atau deviden di akhir tahun. Namun, pengelola UPK untuk sementara (terutama bila terlibat langsung dalam pengelolaan usaha) memperoleh insentif bulanan. Pembagian jasa pada pola kemitraan dapat diatur sesuai dengan kesepakatan. Misalnya, untuk perdagangan bisa saja pembagian jasa berupa mingguan, atau bulanan. Untuk pertanian, mungkin musiman dan sebaginya. UPK perlu mencermati jenis-jenis usaha yang produktif dan dijamin kecil resikonya. Yang penting, untuk usaha riil ini (terutama yang berpola kemitraan) besarnya jasa harus lebih besar dibandingkan dengan kegiatan simpan pinjam yang biasa (yang untuk RTMB). Sebab dalam ini, pembiayaan diperlakukan secara komersial.

PENJUALAN XXX HPP : - PERSEDIAAN AWAL XXX - PEMBELIAN XXX - BARANG TERSEDIA XXX - PERSED AKHIR XXX - HARGA POKOK PENJUALAN XXX LABA KOTOR XXX BIAYA BIAYA XXX LABA BERSIH XXX

Dana Gerdu-Taskin adalah merupakan aset milik desa/kelurahan yang harus dikelola secara berkelanjutan dan berkembang. Oleh sebab itu, pengelolaan usaha sektor riil, baik yang dikelola sendiri oleh UPK maupun yang dimitrakan dengan pihak lain harus dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu instrumen penting dalam pertanggungjawaban pengelolaan usaha tersebut adalah laporan keuangan. Berkenaan dengan itu, adalah hal yang WAJIB dilakukan oleh pengelola UPK untuk membuat PEMBUKUAN secara tertib dan teratur, karena pertanggungjawaban pengelolaan Usaha Sektor Riil adalah berdasarkan dari laporan keuangan yang dibuat. Pembukuan yang dibuat harus memenuhi kaidah yang berlaku dalam akuntansi. Oleh sebab itu, secara sederhana dan bertahap, pengelolaan Usaha Sektor Riil harus dapat membuat Laporan Keuangan yang ada kemudian disampaikan pada MUSYAWARAH DESA.

organisasi Struktur Organisasi Kelengkapan Org. Kelengkapan Adm. Legalitas Organisasi USP USR manajemen Pembagian Tugas Penerapan AKU Sisdur Kerja Harian BUMDes Pencatatan Keuangan

BARU KEMARIN BELI IKAN ASIN UNTUK HADIAH KOK KURANG TEPAT JANGAN MAIN2 DENGAN ORANG MISKIN HIDUP NGGAK BERKAH DUNIA AKHERAT