BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3%

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAB III METODE PENELITIAN

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

Tipe perkecambahan epigeal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman

Pengaruh Perendaman Beberapa Konsentrasi Potassium Nitrat (KNO3) dan Air Kelapa Terhadap Viabilitas Biji Delima (Punica granatum L.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

Lampiran 1. Deskripsi kacang hijau varietas Camar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Secara Kimia Terhadap Viabilitas Benih Delima (Punica granatum L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok

III. MATERI DAN METODE

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lokasi pembibitan CV. TAIDU Kecamatan Alor

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Desa Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

BAB III METODE PENELITIAN. (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobrema cacao L.) ini bersifat

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah konsentrasi PEG 6000 (Polietilena glikol) (K) yang terdiri dari 4 taraf

PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI KALIUM NITRAT TERHADAP VIABILITAS BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DAN ROBUSTA (Coffea robusta L) SKRIPSI OLEH :

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61)

Lampiran 2.Rataan persentasi perkecambahan (%)

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAHAN METODE PENELITIAN

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

III. BAHAN DAN METODE

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Sumber Benih

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan.

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca (greenhouse) Unit Pelaksana Teknis Dinas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah penelitian eksperimen Rancanagn Acak Lengkap (RAL)

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

Pengujian Daya Berkecambah

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

Transkripsi:

14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada bulan Maret sampai bulan Juni 2017. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kopi Arabika (Coffea arabical.) dan kopi Robusta (Coffea robustal.) yang berasal dari Takengon sebagai bahan pengamatan perkecambahan, pasir sebagai media tanam, label, air, KNO 3 dan plastik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak kecambah, timbangan analitik, beaker glass, petridis, batang pengaduk, handsprayer, gunting, karung goni, ember, pisau, kalkulator, kamera, dan alat tulis. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, sebagai berikut : Faktor 1 : Jenis Kopi (K) dengan 2 jenis, yaitu : K 1 K 2 : Arabika : Robusta Faktor 2 : Konsentrasi Kalium Nitrat (KNO 3 ) (P) dengan 4 taraf, yaitu : P 0 : 0 % P 1 : 0,6 % P 2 : 1,2 % P 3 : 1,8 %

15 Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 8 kombinasi, yaitu : K 0 P 1 K 1 P 1 K 2 P 1 K 3 P 1 K 0 P 2 K 1 P 1 K 2 P 2 K 3 P 2 Jumlah ulangan Jumlah bak kecambah Jumlah benih / bak kecambah Jumlah sampel / bak kecambah = 4 ulangan = 32 bak kecambah = 50 benih = 50 benih Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut : Yijk = μ + ρi + αj + βk +(αβ)jk + εijk i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2 k = 1, 2, 3, 4 dimana : Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan konsentrasi kalium nitrat pada tarafke-k dan beberapa jenis kopipada jenis ke-j μ = Nilai tengah umum ρi = Pengaruh blok ke-i αj = Pengaruh perlakuan konsentrasi kalium nitrat pada taraf ke-k βk = Pengaruh perlakuan beberapa jenis kopi pada jenis ke-j (αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan konsentrasi kalium nitrat padataraf ke-k dan beberapa jenis kopi pada jenis ke-j εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan konsentrasikalium nitrat pada taraf ke-k dan benih kopi yang berbeda pada jenis ke-j.

16 Hasil analisis sidik ragam yang berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1995).

17 PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Benih Buah kopi yang diambil berasal dari Takengon.Kopi yang telah dipanen dalam kondisi matang fisiologis, kemudian dikupas dan biji dikeluarkan. Biji yang digunakan adalah biji yang berkulitas baik, kulit biji berwarna merah tua, memiliki ukuran dan warna seragam secaara fisiologis, tidak cacat dan tidak terserang hama dan penyakit. Biji dibersihkan menggunakan air. Persiapan Media Perkecambahan Media perkecambahan yang digunakan adalah media pasir dengan ketebalan ± 4 cm. Sebelum digunakan, terlebih dahulu pasir diayak dengan ayakan yang berukuran 20 mesh dan disterilkan dengan cara digongseng selama ± 30 menit untuk menghilangkan kontaminasi dari cendawan dan bakteri. Aplikasi Perlakuan Perendaman Kalium Nitrat Aplikasi perlakuan pematahan dormansi dilakukan dengan membuat larutan KNO 3 sesuai dengan konsentrasi yang sudah ditentukan. Larutan KNO 3 dibuat dengan cara melarutkan KNO 3 dengan air pada konsentrasi 0%, 0,6 %, 1,2%, dan 1,8%. Perendaman dengan larutan KNO 3 dilakukan selama 24 jam.kemudian dicuci dengan air bersih sebelum ditanam. Pengecambahan Benih Pengecambahan benih dilakukan pada bak kecambah dengan ukuran 30 cm x 22 cm x 4 cm sebanyak 50 benih per bak kecambah dengan kedalaman lubang tanam pada media pasir sedalam 2 cm. Pemeliharaan

18 Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan handsprayer hingga media menjadi lembab dan dilakukan pemeliharaan setiap hari sampai 60 hari setelah ditanam pada bak perkecambahan. Pengamatan Parameter Persentase kecambah tumbuh Pengamatan persentase kecambah tumbuh benih diamati pada setiap perlakuan pada akhir pengamatan. Dengan cara menghitung jumlah benih yang berkecambah pada setiap bak kecambah. Persentase kecambah tumbuh (%) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah benih yang berkecambah Persentase kecambah tumbuh = 100% Jumlah benih yang ditanam x Laju perkecambahan Laju perkecambahan diukur dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikula atau plumula. Perhitungan laju perkecambahan menggunakan formulasi Sutopo (2012) sebagai berikut : Rata- rata hari = N 1 T 1 + N 2 T 2 + +N x T x Jumlah total benih berkecambah Keterangan : N : Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu T : Menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dan interval tertentu suatu pengamatan Uji daya kecambah

19 Pengamatan uji daya kecambah diamati pada setiap perlakuan pada akhir pengamatan. Menurut Sutopo (2012) untuk evaluasi kecambah digunakan kriteria sebagai berikut : a. Persentase kecambah normal. Kriteria kecambah normal adalah : 1. Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminal maka akar ini tidak boleh kurang dari dua. 2. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan-jaringannya. 3. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik, di dalam atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang normal. 4. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil. Perhitungan persentase kecambah normal sebagai berikut : Jumlah kecambah normal Kecambah normal = x 100% Jumlah contoh benih yang diuji b. Persentase kecambah abnormal. Kriteria kecambah abnormal adalah : 1. Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah, dan akar priemernya yang pendek.

20 2. Kecambah yang bentuknya cacad, perkembangannya lemah atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang penting. Plumula yang terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon yang membengkok, akar yang pendek, koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai daun; kecambah yang kerdil. 3. Kecambah yang tidak membentuk klorofil. 4. Kecambah yang lunak. 5. Untuk benih pohon-pohonan bila dari microphyl keluar daun dan bukannya akar. Perhitungan persentase kecambah abnormal sebagai berikut : Jumlah kecambah abnormal Kecambah abnormal = x 100 % Jumlah contoh benih yang diuji c. Persentase benih tidak tumbuh. Persentase benih tidak tumbuh menunjukkan jumlah benih mati yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Untuk evaluasi benih mati digunakan kriteria sebagai berikut: - Benih-benih yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan, tapi bukan dalam keadaan dorman. Perhitungan persentase benih mati sebagai berikut : Jumlah benih mati Benih tidak tumbuh = x 100% Jumlah contoh benih yang diuji

21 Indeks vigor Indeks vigor (IV) dihitung berdasarkan rumus L.O. Copeland (1977) dalam Kartasapoetra (2003) : IV = G1 + G2 + G3 +... + Gn D1 D2 D3 Dn Keterangan : IV : Indeks vigor G : Jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu D : Waktu yang bersesuaian dengan G n : Jumlah hari pada perhitungan terakhir Bobot segar kecambah Bobot segar kecambah diperoleh dengan cara menimbang masing-masing kecambah normal setiap perlakuan diakhir penelitian dengan menggunakan timbangan analitik. Kecambah yang digunakan masih dalam keadaan segar dan bersih dari pasir yang melekat. Bobot kering kecambah Bobot kering kecambah diperoleh dengan cara menimbang berat kering masing-masing kecambah normal pada perlakuan yang telah dimasukkan ke dalam oven 90 0 C selama 24 jam sampai berat kecambah konstan. Sebelum dimasukkan ke dalam oven, terlebih dahulu kecambah dibersihkan dari pasir yang melekat.

22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari hasil pengamatan dan analisis data yang dilakukan, diperoleh bahwa perlakuan pematahan dormansi padabeberapa jenis kopi berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah tumbuh, kecambah normal, kecambah abnormal, kecambah tidak tumbuh, indeks vigor, bobot segar kecambah dan bobot kering kecambah benih kopi. Perlakuan konsentrasi kalium nitrat (KNO 3 ) berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.interaksi antara beberapa jenis kopi dan konsentrasi kalium nitrat berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan benih kopi. Persentase kecambah tumbuh Data pengamatan persentase kecambah tumbuh benih kopi dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5-8 yang menunjukkan bahwa jenis kopi berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah tumbuh benih kopi, konsentrasi KNO 3 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah tumbuh benih kopi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah tumbuh benih kopi. Persentase kecambah tumbuh benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase kecambah tumbuh benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 yang berbeda Jenis Kopi P 0 (0) Konsentrasi KNO 3 (%) P 1 (0,6) P 2 (1,2) P 3 (1,8) Rataan.%. K 1 (Arabika) 65,50 46,00 60,50 50,50 55,63a K 2 (Robusta) 22,00 28,50 16,00 33,50 25,00b Rataan 43,75 37,25 38,25 42,00 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

23 Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase kecambah tumbuh benih kopi tertinggi diperoleh pada perlakuan jenis kopi arabika sebesar 55,63 % berbeda nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO 3 0% (P 0 ) menghasilkan persentase kecambah tumbuh tertingi sebesar 43,75 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Laju perkecambahan Data pengamatan laju perkecambahan benih kopi dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 9-10 yang menunjukkan bahwa beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 berpengaruh tidak nyata terhadap laju perkecambahan benih kopiserta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan benih kopi. Laju perkecambahan benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Laju perkecambahan benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 yang berbeda Jenis Kopi P 0 (0) Konsentrasi KNO 3 (%) P 1 (0,6) P 2 (1,2) P 3 (1,8) Rataan.hari. K 1 (Arabika) 48,83abc 51,63ab 48,05abc 47,90bc 49,10 K 2 (Robusta) 50,70abc 46,39c 53,18a 47,85bc 49,53 Rataan 49,77 49,01 50,61 47,87 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%. Kombinasi perlakuan K 2 P 1 menghasilkan laju perkecambahan benih kopi tercepat sebesar 46,39 hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K 1 P 0, K 1 P 2, K 1 P 3, K 2 P 0 dan K 2 P 3, namun berbeda nyata dengan perlakuan K 1 P 1 dan K 2 P 2.

24 Kombinasi perlakuan K 2 P 2 menghasilkan laju perkecambahan benih kopi terlama sebesar 53,18 hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K 1 P 0, K 1 P 1 dank 2 P 0, namun berbeda nyata dengan perlakuan K 1 P 3 K 2 P 1 dan K 2 P 3 (Tabel 2). Uji daya kecambah Persentase kecambah normal Data pengamatan persentase kecambah normal benih kopi dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 11-14 yang menunjukkan bahwa beberapa jenis kopi berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah normal benih kopi, konsentrasi KNO 3 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah normal benih kopi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah normal benih kopi. Persentase kecambah normal benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase kecambah normal benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 yang berbeda Jenis Kopi P 0 (0) Konsentrasi KNO 3 (%) P 1 (0,6) P 2 (1,2) P 3 (1,8) Rataan.%. K 1 (Arabika) 65,50 44,50 59,00 50,00 54,75a K 2 (Robusta) 22,00 28,50 16,00 33,50 25,00b Rataan 43,75 36,50 37,50 41,75 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%. Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase kecambah normal benih kopi tertinggi diperoleh pada perlakuan jenisbenih kopi arabika sebesar 54,75 % yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO 3 0 % (P 0 ) menghasilkan persentase kecambah normal benih kopi tertinggi sebesar 43,75 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

25 Persentase kecambah abnormal Data pengamatan persentase kecambah abnormal benih kopi dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 15-18 yang menunjukkan bahwa beberapa jenis kopi berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah abnormal benih kopi, konsentrasi KNO 3 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah abnormal benih kopi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah abnormal benih kopi. Persentase kecambah abnormal benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase kecambah abnormal benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 yang berbeda Jenis Kopi P 0 (0) Konsentrasi KNO 3 (%) P 1 (0,6) P 2 (1,2) P 3 (1,8) Rataan.%. K 1 (Arabika) 0,00 1,50 1,50 0,50 0,88a K 2 (Robusta) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00b Rataan 0,00 0,75 0,75 0,25 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%. Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase kecambah abnormal benih kopi terendah diperoleh pada perlakuan jenis benih kopi robusta sebesar 0,00 % yang berbeda nyata dengan kopiarabika. Konsentrasi KNO 3 0 % (P 0 ) menghasilkan persentase kecambah abnormal benih kopi terendah sebesar 0,00 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Persentase kecambah tidak tumbuh Data pengamatan persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 19-20 yang menunjukkan bahwa beberapa jenis kopi berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi, konsentrasi KNO 3 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah

26 tidak tumbuh benih kopi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi. Persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 yang berbeda Jenis Kopi P 0 (0) Konsentrasi KNO 3 (%) P 1 (0,6) P 2 (1,2) P 3 (1,8) Rataan.%. K 1 (Arabika) 34,50 54,00 39,50 49,50 44,38b K 2 (Robusta) 78,00 71,50 84,00 66,50 75,00a Rataan 56,25 62,75 61,75 58,00 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%. Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi terendah diperoleh pada perlakuan jenis benih kopi arabika sebesar 44,38 % yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO 3 0 % (P 0 ) menghasilkan persentase kecambah tidak tumbuh benih kopi terendah sebesar 56,25 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Indeks vigor Data pengamatan indeks vigor benih kopi dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 21-24 yang menunjukkan bahwa beberapa jenis kopi berpengaruh nyata terhadap indeks vigor benih kopi, konsentrasi KNO 3 berpengaruh tidak nyata terhadap indeks vigor benih kopi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap indeks vigor benih kopi. Indeks vigor benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 dapat dilihat pada Tabel 6.

27 Tabel 6. Indeks vigor benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 yang berbeda Jenis Kopi P 0 (0) Konsentrasi KNO 3 (%) P 1 (0,6) P 2 (1,2) P 3 (1,8) Rataan.benih berkecambah/hari K 1 (Arabika) 0,69 0,46 0,66 0,54 0,59a K 2 (Robusta) 0,24 0,32 0,16 0,37 0,27b Rataan 0,47 0,39 0,41 0,45 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%. Tabel 6 menunjukkan bahwa indeks vigor benih kopi tertinggi diperoleh pada perlakuan jenis benih kopi arabika sebesar 0,59benih berkecambah/hari yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO 3 0 % (P 0 ) menghasilkan indeks vigor benih kopi tertinggi sebesar 0,47benih berkecambah/hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Bobot segar kecambah Data pengamatan bobot segar kecambah benih kopi dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 25-26 yang menunjukkan bahwa jenis kopi berpengaruh nyata terhadap bobot segar kecambah benih kopi, konsentrasi KNO 3 berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar kecambah benih kopi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar kecambah benih kopi. Bobot segar kecambah benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Bobot segar kecambah benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 yang berbeda Jenis Kopi P 0 (0) Konsentrasi KNO 3 (%) P 1 (0,6) P 2 (1,2) P 3 (1,8) Rataan.g. K 1 (Arabika) 27,27 20,43 27,56 20,65 23,98a K 2 (Robusta) 5,94 8,71 5,03 11,90 7,89b Rataan 16,61 14,57 16,30 16,27 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

28 Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot segar kecambah benih kopi tertinggi diperoleh pada perlakuan jenisbenih kopi arabika sebesar 23,98 g yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO 3 0% (P 0 ) menghasilkanbobot segar kecambah benih kopi tertinggi sebesar 16,61 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Bobot kering kecambah Data pengamatan bobot kering kecambah benih kopi dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 27-28 yang menunjukkan bahwa jenis kopi berpengaruh nyata terhadap bobot kering kecambah benih kopi, konsentrasi KNO 3 berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering kecambah benih kopi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering kecambah benih kopi. Bobot kering kecambah benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Bobot kering kecambah benih kopi pada perlakuan beberapa jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 yang berbeda Jenis Kopi P 0 (0) Konsentrasi KNO 3 (%) P 1 (0,6) P 2 (1,2) P 0 (1,8) Rataan.g. K 1 (Arabika) 7,60 6,30 7,70 5,78 6,84a K 2 (Robusta) 1,85 2,55 1,65 3,20 2,31b Rataan 4,73 4,43 4,68 4,49 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%. Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot kering kecambah benih kopi tertinggi diperoleh pada perlakuan jenis benih kopi arabika sebesar 6,84 g yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Konsentrasi KNO 3 0 % (P 0 ) menghasilkan bobot kering kecambah benih kopi tertinggi sebesar 4,73 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

29 Pembahasan Pengaruh perlakuan berbagai jenis kopi terhadap viabilitas benih kopi Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa perlakuan pematahan dormansi dengan berbagai jenis kopi berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah tumbuh, kecambah normal, kecambah abnormal, kecambah tidak tumbuh, indeks vigor, bobot segar kecambah dan bobot kering kecambah benih kopi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis benih kopi arabika menghasilkan persentase kecambah tumbuh tertinggi sebesar 55,63 % yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Hal ini dikarenakan jenis benih kopi arabika memiliki ukuran biji yang lebih panjang dibandingkan dengan jenis benih kopi robusta, selain memiliki ukuran biji yang lebih panjang, biji kopi arabika memiliki lengkungan biji dan kulit ari biji yang lebih tipis dibandingkan dengan kopi robusta (Panggabean, 2011). Ketebalan lengkungan biji dan kulit ari mempengaruhi proses imbibisi yang dilakukan benih. Semakin tebal lengkungan biji dan kulit ari maka semakin lama proses imbibisi yang dilakukan benih yang sangat mempengaruhi kadar air yang dikandung oleh benih guna mempercepat perkecambahan suatu benih. Kadar air suatu benih berbanding lurus dengan viabilitas benih. Semakin tinggi kadar air yang dikandung benih maka semakin tinggi viabilitas benih sehingga waktu benih untuk berkecambah lebih cepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa laju perkecambahan lebih cepat dihasilkan pada perlakuan jenis kopi arabikayaitu 49,10 hari yang berbeda tidak nyata dengan kopi robusta.

30 Benih dengan persentase daya kecambah yang lebih tinggi, mempunyai nilai indeks vigor yang tinggi pula, sebaliknya benih dengan persentase daya kecambah rendah, mempunyai nilai indeks vigor yang rendah juga. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perlakuan jenis benih kopi arabika memberikan persentase kecambah tumbuh yang tinggi dengan laju perkecambahan yang cepat juga menghasilkan indeks vigor tertinggi sebesar 0,59 dibandingan dengan jenis benih kopi robusta. Sebagaimana yang dinyatakan Sadjad et al., (1999) bahwa vigor benih ditunjukkan pada kecepatan yang tinggi dalam proses pertumbuhannya dan proses metabolismenya tidak terhambat. Arif et al., (2004) mengatakan bahwa kecepatan tumbuh yang rendah menunjukkan lambatnya pertumbuhan kecambah dan lemahnya vigor kekuatan tumbuh (Sadjad, 1994) juga mengatakan bahwa benih yang memiliki kekuatan tumbuh tinggi dapat menghasilkan tanaman yang tegar di lapang meskipun pada lingkungan tumbuh sub-optimum. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis benih kopi arabika menghasilkan persentase perkecambahan normal tertinggi sebesar 54,75 % yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Viabilitas benih juga mempengaruhi benih tumbuh dengan normal.jenisbenih kopi arabika memiliki viabilitas yang tinggi yang mampu meningkatkan persentase kecambah tumbuh yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perlakuan jenisbenih kopi arabika memberikan persentase kecambah tidak tumbuh yang rendah sebesar 44,38 % dibandingkan dengan jenis kopi robusta sebesar 75,00 %. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan diantaranya faktor genetik, tingkat kematangan biji, viabilitas, dan faktor lingkungan. Hal ini sesuai

31 dengan literatur Sadjad et al,. (1975) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan menentukan proses metabolisme perkecambahan. Faktor genetik yang berpengaruh adalah komposisi kimia, kadar air, susunan kimia fisik atau kimia dari kulit biji. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses perkecambahan adalah air, suhu, gas, cahaya, dan tanah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis benih kopi arabika menghasilkan bobot segar kecambah tertinggi sebesar 23,98 g yang berbeda nyata dengan kopi robusta. Bobot segar suatu kecambah akan berbanding lurus dengan persentase kecambah tumbuh yang dihasilkan. Semakin tinggi persentase kecambah tumbuh berarti semakin banyak jumlah benih yang berkecambah sehingga bobot segar kecambah yang dihasilkan juga tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dihasilkan menunjukkan bahwa perlakuan jenis benih kopi arabika menghasilkan persentase kecambah tumbuh tertinggi sehingga bobot segar kecambah yang dihasilkan pada perlakuan ini juga meningkat. Peningkatan bobot segar suatu kecambah juga akan berbanding lurus dengan bobot kering kecambah yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot segar suatu kecambah yang dihasilkan maka semakin tinggi juga bobot kering yang dihasilkan. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa perlakuan jenis benih kopi arabika menghasilkan bobot kering kecambah yang juga tinggi.. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan diantaranya faktor genetik, tingkat kematangan biji, viabilitas, dan faktor lingkungan.sadjad et al,. (1975) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan menentukan proses metabolisme perkecambahan.

32 Pengaruh perlakuan konsentrasi kalium nitrat terhadap viabilitas benih kopi Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa perlakuan pematahan dormansi dengan konsentrasi KNO 3 berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa pemberian konsentrasi KNO 3 (P 0 ) menghasilkan persentase kecambah tumbuh tertinggi sebesar 43,75 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi KNO 3 yang digunakan semakin tinggi tingkat kerusakan pada benih kopi. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal dan persentase kecambah tidak tumbuh yang dihasilkan(tabel 3, 4 dan 5). Tanpa pemberian konsentrasi KNO 3 (P 0 ) memberikan persentase kecambah normal tertinggi sebesar 43,75 %, dan memberikan persentase kecambah abnormal terendah sebesar 0,00 % dan persentase kecambah tidak tumbuh sebesar 56,25 % dibandingkan dengan pemberian konsentrasi KNO 3. Hal ini sesuai dengan literatur (Faustina et al, 2011) konsentrasi dan lamanya waktu perendaman mempengaruhi tingkat kerusakan pada biji.semakin tinggi dan semakin lama waktu perendaman maka kerusakan biji juga semakin tinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi KNO 3 1,8 % (P 3 ) menghasilkan laju pertumbuhan tercepat yaitu 47,87 hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan semakin tingginya tingkat konsentrasi KNO 3 yang diberikan maka akan semakin mempercepat proses pelunakan kulit benih kopi proses imbibisi yang dilakukan oleh benih tidak terhambat dan mempercepat keluarnya radikula sehingga proses perkecambahan

33 lebih cepat. Namun berbeda pada nilai indeks vigor yang dihasilkan (Tabel 6). Tanpa pemberian konsentrasi KNO 3 (P 0 ) memberikan indeks vigor tertinggi sebesar 0,47 benih berkecambah/hari dibandingkan dengan pemberian perlakuan konsentrasi KNO 3. Diduga bahwa semakin tinggi konsentrasi KNO 3 yang diberikan dapat merusak vigor benih yang merupakan salah satu aspek dari mutu fisiologis benih. Dapat diketahui bahwa benih kopi merupakan benih yang bersifat benih intermediet yang dapat dikeringkan sampai kadar air relatif rendah yaitu 15% berdasarkan berat segar (Lima et al., 2001). Oleh karena itu, perlu diberikan perlakuan pematahan dormansi dengan konsentrasi KNO 3 untuk dapat melunakkan kulit benih kopi yang keras atau benih bersifat permeabel. Dengan demikian proses imbibisi yang dilakukan benih tidak terhambat sehingga viabilitas dari benih kopi tersebut meningkat dan mempercepat pertumbuhan kopi. Sebagaimana yang dinyatakan Sadjad et al., (1999) bahwa vigor benih ditunjukkan pada kecepatan yang tinggi dalam proses pertumbuhannya dan proses metabolismenya tidak terhambat.arif et al., (2004) mengatakan bahwa kecepatan tumbuh yang rendah menunjukkan lambatnya pertumbuhan kecambah dan lemahnya vigor kekuatan tumbuh. Sadjad (1994) juga mengatakan bahwa benih yang memiliki kekuatan tumbuh tinggi dapat menghasilkan tanaman yang tegar di lapang meskipun pada lingkungan tumbuh sub-optimum.baskin dan Baskin (2004) menyatakan bahwa metoda pematahan dormansi fisik sering diasosiasikan dengan keberhasilan pembukaan atau cela pada bagian tertentu dari kulit biji sedemikian rupa sehingga air dapat masuk kedalam biji dan diserap oleh embrio.

34 Tanpa pemberian konsentrasi KNO 3 (P 0 ) memberikan persentase kecambah normal tertinggi sebesar 43,75 % dibandingkan dengan pemberian konsentrasi KNO 3 (P 1, P 2 dan P 3 ). Ini dikarenakan konsentrasi KNO 3 yang digunakan mempengaruhi tingkat kerusakan pada benih kopi karena pada konsentrasi 1,8 % (P 3 )persentase kecambah normal hanya sebesar 41,75 %. Hal ini sesuai dengan literatur (Faustina et al, 2011) konsentrasi dan lamanya waktu perendaman mempengaruhi tingkat kerusakan pada biji.semakin tinggi dan semakin lama waktu perendaman maka kerusakan biji juga semakin tinggi. Pengaruh interaksi antara perlakuan berbagai jenis kopi dan konsentrasi kalium nitrat terhadap viabilitas benih kopi Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragamnya dapat diketahui bahwa interaksi antara perlakuan berbagai jenis kopi dan konsentrasi KNO 3 berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan benih kopi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan K 2 P 1 menghasilkan laju perkecambahan benih kopi tercepat sebesar 46,39 hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K 1 P 0, K 1 P 2, K 1 P 3, K 2 P 0 dan K 2 P 3, namun berbeda nyata dengan perlakuan K 1 P 1 dan K 2 P 2. Diduga pada penelitian ini penggunaan konsentrasi KNO 3 0,6 % pada jenis benih kopi robusta memberikan pengaruh terhadap kecepatan benih untuk berkecambah namun tidak pada perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perlakuan jenis benih kopi robusta yang diberikan potassium nitrat dengan konsentrasi 1,2 % hanya dapat menghasilkan laju perkecambahan sebesar 53,18 hari yang berbeda nyata dengan K 2 P 1. Hal ini sesuai dengan literatur (Faustina et al, 2011) konsentrasi dan lamanya waktu perendaman mempengaruhi tingkat kerusakan pada biji.semakin tinggi dan semakin lama waktu perendaman

35 maka kerusakan biji juga semakin tinggi. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil laju perkecambahan yang dihasilkan dengan penggunaan KNO 3 dengan konsentrasi 0,6 % pada jenis benih kopi arabikayang masih lama sebesar51,63 hari yang berbeda nyata dengan K 2 P 1.Hal ini dikarenakan jenis benih kopi arabika memiliki ukuran biji yang lebih panjang dibandingkan dengan jenis benih kopi robusta, selain memiliki ukuran biji yang lebih panjang, biji kopi arabika memiliki lengkungan biji dan kulit ari biji yang lebih tipis dibandingkan dengan kopi robusta (Panggabean, 2011).Beberapa faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan diantaranya faktor genetik, tingkat kematangan biji, viabilitas, dan faktor lingkungan.sadjad et al,. (1975) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan menentukan proses metabolisme perkecambahan Pada penelitian ini tanpa pemberian KNO 3 dengan benih kopi arabika memberikan respon positif terhadap persentase kecambah tumbuh sebesar 65,50 %. Benih dengan persentase daya kecambah yang tinggi, mempunyai nilai indeks vigor yang tinggi pula, sebaliknya benih dengan persentase daya kecambah rendah, mempunyai nilai indeks vigor yang rendah juga.hal tersebut dapat dilihat dari hasil indeks vigor kecambah yang dihasilkan. Tanpa penggunaan kalium nitrat dengan benih kopi arabika memberikan nilai indeks vigor tertinggi sebesar 0,69benih berkecambah/hari dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Selain itu penggunaan beberapa jenis kopi dengan tingkat kematangan juga mempengaruhi persentase kecambah tumbuh yang dihasilkan.viabilitas benih yang tinggi memiliki indeks vigor yang tinggi pula karena memberikan persentase kecambah tumbuh yang tinggi. Sebagaimana yang dinyatakan Sadjad et al., (1999) bahwa vigor benih ditunjukkan pada kecepatan yang tinggi dalam proses

36 pertumbuhannya dan proses metabolismenya tidak terhambat. Arif et al., (2004) mengatakan bahwa kecepatan tumbuh yang rendah menunjukkan lambatnya pertumbuhan kecambah dan lemahnya vigor kekuatan tumbuh.

37 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Penggunaan benih kopi arabika menghasilkan persentase kecambah tumbuh, persentase kecambah normal, indeks vigor, bobot segar kecambah dan bobot kering kecambah benih kopi yang nyata lebih baik dari kopi robusta. 2. Perlakuan tanpa pemberian KNO 3 menghasilkan persentase kecambah tumbuh, persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal, persentase kecambah tidak tumbuh indeks vigor benih kopi, bobot segar kecambah dan bobot kering kecambah terbaik. 3. Interaksi antara jenis kopi dan KNO 3 berpengaruh nyata pada laju perkecambahan. Kombinasi perlakuan K 2 P 1 menghasilkan laju perkecambahan tercepat sebesar 46,39 hari. Saran Dalam perlakuan pematahan dormansi pada benih kopi arabika dan robusta tidak perlu dilakukan perendaman dengan larutan kalium nitrat.