BAB I PENDAHULUAN. yang terlibat dalam kekerasan ataupun korban dari tindakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, mencari nafkah atau

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, remaja tidak lagi

PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN (Studi Anak Jalanan di Jalan D.I Pandjaitan Km. IX, Kota Tanjungpinang)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah

PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN SKRIPSI. Oleh: MUTIARA GINTING NIM Departemen Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

TEKNIK PENULISAN NASKAH DALAM PRODUKSI PROGRAM NEWS INVESTIGASI TELUSUR Eps. PENYALAHGUNAAN LEM DAN DAMPAK NEGATIFNYA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB`1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan baik secara fisik maupun mental. Remaja. mengalami perkembangan yang sangat pesat yang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB III RUANG LINGKUP ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

BAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

Bab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause,

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam sistem pemerintahan. Sebagai sumber daya manusia (human

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Haiti (Liputan 6, 2015) mengemukakan bahwa dari hasil pemeriksaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

Rio Jamaludin F

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

PERSEPSI MAHASISWA FISIP UNDIP TENTANG KEBIJAKAN PENANGGULANGAN TUNA SOSIAL DI KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

manusia dimulai dari keluarga. Menurut Helmawati (2014:1) bahwa Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan dan pendidikan anak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi krisis ekonomi yang tidak kunjung usai mengakibatkan permasalahan sosial di berbagai negara, termasuk Negara Indonesia yang dampaknya di rasakan di wilayah Sumatera Utara salah satunya di kota Medan. Salah satu masalah sosial di kota Medan yang membutuhkan pemecahan segera adalah perkembangan jumlah anak jalanan yang belakangan ini semakin mencemaskan masyarakat. Anak-anak jalanan tersebut membutuhkan perhatian khusus karena tidak hanya rawan terhadap perlakuan buruk bagi diri anak tersebut, tetapi juga memunculkan penyimpangan sosial yang ditimbulkan dari diri anak-anak jalanan itu sendiri. Berdasarkan data Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan pada 2010, sekitar 222 anak-anak di kota Medan berada di Jalanan. Jumlah anak-anak jalanan tersebut tersebar di berbagai titik jalan maupun persimpangan kota Medan, seperti Simpang Pos, Pinang Baris, Jalan Aksara, Amplas, Sei Kambing dan Petisah. Fakta yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit dari anak-anak jalanan tersebut yang terlibat dalam kekerasan ataupun korban dari tindakan kriminalitas.(http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=articl e&id=161088:medan-masih-dipenuhi-anak-jalanan&catid=14&itemid=27, diakses 7 Januari 2011, pukul 16:24 WIB).

Eksploitasi dan ancaman adalah dua hal yang sekaligus dialami oleh anak jalanan. Mereka sudah terbiasa mengalami tipuan oleh teman sendiri, caci maki bahkan menjadi korban pelecehan seksual oleh orang yang lebih dewasa, dipukuli petugas, hingga barang dagangan dirampas oleh preman. Peristiwa demi peristiwa kekerasan yang dihadapi anak jalanan justru mencerminkan adanya kecenderungan menjadikan anak-anak jalanan sebagai objek kekerasan dari pemegang otoritas, seperti orang tua, preman, orang yang lebih dewasa dan petugas keamanan. Kekerasan yang sering terjadi pada anak jalanan akan memberikan dampak atau pengaruh dalam kehidupan anak jalanan tersebut. Maka tidak jarang anak jalanan cenderung untuk terjerumus dalam tindakan menyimpang. Salah satu perilaku yang popular menyimpang adalah ngelem, yang secara harafiah berarti menghirup lem. Istilah ngelem baru dikenal oleh anak jalanan kota Medan pada awal tahun 1996, yang mereka adopsi dari anak jalanan di kota-kota di pulau Jawa. Pengadopsian ngelem itu sendiri dilakukan ketika adanya kegiatan ataupun pertemuan antara anak jalanan kota Medan dengan anak jalanan di kota-kota di Pulau Jawa, yang awalnya ingin tahu dan ingin coba-coba. Selain dengan kegiatan atau pertemuan tersebut, mobilitas dari anak jalanan itu sendiri juga memberikan kontribusi pengetahuan dalam mensosialisasikan ngelem kepada anak jalanan lainnya. Perilaku ngelem tersebut menjadi populer pada tahun 1998 dan hingga saat ini, perilaku tersebut tengah menjadi salah satu fenomena dalam kehidupan masyarakat kota Medan. Adapun lem yang digunakan oleh anak-anak jalanan untuk melakukan aktifitas ngelem tersebut adalah lem plastik, lem perabotan atau lem alat rumah

tangga. Lem ini mengandung bermacam-macam zat kimia yang sangat berbahaya jika dikonsumsi. Di dalamnya terdapat Lysergic Acid Diethyilamide atau LSD dan berbagai macam Volatile Hidrokarbon termasuk diantaranya, toluene aceton, alifatik acetat, benzine, petroleum naftat, perklorethylen, trikloretane, karbontetraklorida. Selain berisi Volatile Hidrokarbon, juga mengandung Diethyleter, Kloroform, Nitrous Oxyda, macam-macam Aerosol, Insektiside. Bahan-bahan ini bersifat menekan sistem susunan saraf pusat (SSP depresstant) yang sebanding dengan efek alkohol meskipun gejalanya berbeda. Umumnya efek akut bahan ini serupa dengan inhalasi ether atau mitrous oxyda (obat anastesi/bius umum) yang berupa euforia ringan, mabuk, pusing kepala tapi masih dapat mengontrol pendapatnya. Sesudah itu ia akan merasa bahwa dirinya tenang, namun pada akhirnya tidak jarang melakukan tindakan anti-sosial dan tindakan impulsif dan agressif. Anak jalanan yang telah ketagihan melakukan kegiatan ngelem akan menghirup aroma lem secara kontiniu sehingga mengakibatkan perubahan emosionalnya. Jika hal ini berkelanjutan maka akan meniimbulkan gejala psikotik akut seperti halusinasi dengan kesadaran berkabut dan amnesia. Kematian bisa terjadi karena kecelakaan akibat hilangnya kesadaran dan kesulitan bernafas sewaktu menghirup lem yang berada di kantong plastik. Sebuah survei yang dilakukan Yayasan KKSP (Kelompok Kerja Sosial Perkotaan) tahun 2002 menunjukkan sekitar 68,7 persen anak jalanan pernah ngelem. Survei itu dilakukan terhadap anak-anak dampingan KKSP yang berada di tiga lokasi, Amplas, Pasar Petisah dan anak-anak di persimpangan Jalan Juanda, Medan. Hasil survei itu menunjukkan, ngelem sudah menjadi sebuah kebiasaan, sehingga menjadi ketergantungan berat. Kenyataann menunjukkan bahwa mereka tidak peduli makan

atau tidak. Kebiasaan ini yang membuat munculnya semboyan, biar tidak makan asalkan ngelem. Selain itu, tidak jarang pula, sebagian besar uang yang mereka peroleh dari hasil banting tulang, mulai dari mengamen, asongan, nyemir hingga pengemis, seluruhnya digunakan hanya untuk ngelem. (http://www.kksp.or.id/id/cetak.php?id=16, diakses 7 Januari 2011, pukul 19:42 WIB). Ngelem dijadikan sebagai pelarian terhadap adanya gangguan karakter pada diri anak, seperti marah, suntuk, kesal dan lain-lain. Tindakan ngelem juga terkadang dijadikan semacam syarat bagi anak untuk diterima dalam pergaulan ataupun komunitas tertentu. Jika tidak ngelem akan dijuluki pengecut atau tidak gaul. Ada semacam tekanan sosio-kultural seperti rasa bangga bila ngelem. Secara fisik ngelem dianggap memungkinkan untuk menghilangkan rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit terhadap penyakit yang dideritanya. Sementara secara psikis bisa menghilangkan rasa cemas, depresi dan stres. Hal tersebut di atas menjelaskan bahwa ngelem merupakan suatu masalah yang sangat serius karena tidak hanya dapat berakibat buruk bagi kesehatan, tetapi juga menimbulkan penyimpangan sosial dan masalah sosial bagi kehidupan anakanak jalanan yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat luas, khususnya di kota Medan. Hal inilah yang menjadi latar belakang peneliti memilih topik permasalahan perilaku ngelem pada anak jalanan. Penelitian ini diharapkan dapat mengkaji masalah anak jalanan yang terlibat dalam perilaku ngelem serta menjawab faktor

penyebab munculnya kebiasaan perilaku ngelem tersebut pada anak jalanan di Jalan Ngumban Surbakti Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Mengapa anak jalanan cenderung melakukan perilaku ngelem? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab: 1.3.1.1 Masalah anak jalanan 1.3.1.2 Penyebab anak jalanan cenderung melakukan perilaku ngelem 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial, masyarakat maupun pemerintah. 1.3.2.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah tentang perilaku ngelem pada

anak jalanan di Jalan Ngumban Surbakti Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang 1.4 Definisi Konsep 1.4.1 Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan, berusia antara 5 sampai dengan 17 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan dan umumnya memiliki penampilan yang tidak terurus. Dalam penelitian ini anak jalanan yang diteliti adalah anak jalanan yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan dan masih memiliki hubungan dengan keluarga maupun yang telah memutuskan hubungan dengan keluarganya. 1.4.2 Ngelem merupakan suatu kegiatan menghirup aroma lem plastik atau lem perabotan alat rumah tangga yang terbuat dari bahan plastik secara berkelanjutan sehingga berpengaruh pada emosional pemakainya. 1.4.3 Perilaku adalah suatu tindakan atau aktifitas yang dilakukan akibat rangsangan dari lingkungannya dan dapat diamati secara langsung. Dalam hal ini yang dimaksud adalah perilaku anak jalanan yang tampak sebagai akibat dari aktifitas mereka sebagai penghisap lem. 1.4.4 Keluarga adalah orang yang pernah mengasuh, mendidik dan merawat si anak hingga anak tersebut berada di jalanan dan diakui anak tersebut sebagai keluarga.

1.4.5 Penyimpangan sosial merupakan segala bentuk tingkah laku anak jalanan yang bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat dan bersifat tidak dikehendaki oleh orang banyak karena dapat dianggap berbahaya, merugikan dan mengganggu kesejahteraan masyarakat. Penyimpangan sosial yang dilakukan anak jalanan adalah perilaku ngelem maupun perilaku-perilaku lainnya yang tidak sesuai norma yang ditimbulkan oleh anak-anak jalanan pelaku ngelem. 1.4.6 Teman sebaya merupakan anak-anak jalanan yang dalam aktifitasnya memiliki kebiasaan yang sama di jalanan dan berada di sekitar anak jalanan di Jalan Ngumban Surbakti yang juga melakukan kegiatan ngelem. 1.4.7 Sosialisasi anak merupakan proses pengajaran terhadap diri seorang anak yang diperoleh dari keluarganya maupun lingkungan sekitarnya dimana ia hidup dan berkembang