FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu)

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Mi Kering Non Terigu Cooking Time

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn

PEMBAHASAN 4.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Cooking loss

III. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

PENGARUH HEAT MOISTURE TREATED (HMT) TERHADAP PROFIL GELATINISASI TEPUNG JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan terigu oleh masyarakat Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari APTINDO (2014) dilaporkan bahwa konsumsi tepung

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

ANALISIS PATI SAGU YANG DIMODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT DAN SIFAT ORGANOLEPTIK SOHUN INSTAN

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA KARAKTERISTIK KELENGKETAN MI SAGU (Process and Formula Optimization on Stickiness Characterization of Sago Noodle)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

DIVERSIFIKASI PATI SAGU (METROXYLON SP) SEBAGAI BAHAN BAKU MIE DAN MAKARONI SAGU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

Heat Moisture Treated (HMT) Influence on Corn Flour Gelatinization Profiles

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN DAYA CERNA PATI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU HILKA YULIANI

KARAKTERISASI DAGING SINTETIS DARI PERLAKUAN KONSENTRAT KEDELAI, TEPUNG TERIGU DAN METODE PEMASAKAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties)

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI PROSES EKSTRUSI MI JAGUNG DENGAN METODE PERMUKAAN RESPON

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH KADAR AIR, NaCl DAN JUMLAH PASSING TERHADAP KARAKTERISTIK REOLOGI MI JAGUNG

MEKANISME PROSES PEMBUATAN MI BERBAHAN BAKU JAGUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN

4. PEMBAHASAN 4.1. Aktivitas Antioksidan

LOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK MI INSTAN DARI PATI SAGU DENGAN METODE AKSELERASI

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung Jln. Soekarno Hatta no.10, Rajabasa Bandar Lampung. Telp. (0721) ) ABSTRACT

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Pasta sebagai salah satu sumber karbohidrat merupakan jenis produk pangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MI KERING BERBAHAN BAKU TEPUNG JAGUNG PUTIH HASIL FERMENTASI TERKENDALI YANG DITAMBAH CMC DENGAN KONSENTRASI BERBEDA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

Diterima: 24 Maret 2017 Disetujui: 7 September 2017

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

FORMULASI DAN OPTIMASI PRODUK BISKUIT BERBAHAN BAKU SAGU UBI JALAR DAN KACANG HIJAU

KARAKTERISTIK SENSORI DAN FISIK KULIT PANGSIT GORENG DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG YANG BERBEDA PADA PENYIMPANAN DINGIN DAN BEKU

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG DAN PURE PISANG NANGKA PADA PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG SEBAGAI PANGAN DARURAT

Gambar 12.(a) Persentase Responden yang Memilih Makanan Ringan dan Makanan Berat, (b) Persentase Produk Makanan Ringan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN BAKU

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN

PENGARUH PENAMBAHAN TAPIOKA TERHADAP MUTU BRONDONG JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRUDER

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Umbi-umbian dapat tumbuh dengan baik

BAB III BAHAN DAN METODE

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

METODE. Bahan dan Alat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SISKA SANITA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

Lampiran 1. Beras aruk substitusi kacang merah sebelum dan setelah pemasakan

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN BERBAHAN DASAR JAGUNG. QUALITY PROTEIN MAIZE (Zea mays L.) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI EKSTRUSI

Transkripsi:

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU Formulation of Dry Sago Noodles with Mung Bean Flour Substitution Hilka Yuliani, Nancy Dewi Yuliana, Slamet Budijanto Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Darmaga, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Email: ABSTRAK indigenous mempengaruhi kualitas mi setelah direhidrasi adalah cooking loss dibuat dari bahan dasar pati memiliki cooking loss yang rendah namun kekerasan yang tinggi, sehingga kurang disukai. dilakukan menggunakan Mixture Design mi sagu, namun meningkatkan cooking loss dan skor cooking loss secara keseluruhan tidak berbeda nyata dengan mi kering terigu komersial. Kata kunci: Cooking loss, elongasi, mi pati, sagu, tepung kacang hijau ABSTRACK Keywords PENDAHULUAN baik. Indonesia merupakan pemilik areal sagu terbesar di dunia sebagai produk utama dari tanaman sagu mempunyai prospek satu produk pangan yang potensial dari pati sagu adalah mi sagu. yang terbuat dari pati dan atau kombinasi dengan tepung dari terigu yang mengandalkan protein gluten dalam pembentukan

gelatinisasi dan retrogradasi dalam pembentukan jaringan Teknologi ekstrusi banyak diaplikasikan dalam pengembangan produk mi dan pasta dari bahan baku non pemasakan yang dapat menyebabkan terjadinya gelatinisasi yang diperlukan pada pengolahan mi dan pasta non terigu setback yang tinggi karena memiliki kecenderungan retrogradasi yang tinggi paling baik untuk pembuatan mi pati Karakteristik mi pati yang baik memiliki tekstur yang halus, elongasi yang tinggi, dan cooking loss yang rendah pati memiliki cooking loss yang rendah namun kekerasan yang kacang hijau diharapkan dapat memperbaiki karakteristik mi yaitu menurunkan kekerasan. Pati kacang hijau merupakan bahan pembuat starch noodle terbaik karena kandungan mi pati penambahan kacang hijau dalam bentuk tepung Mixture Design dengan menggunakan software Design Expert METODE PENELITIAN Bahan dan Alat (Metroxylon sago glycerol monostearate diperoleh dari PT. Lautan Luas Jakarta, kacang hijau dibeli K 3 3, heksana. dough mixer, pin disc mill, twin screw extruder oven, texture analyzer Metode Penelitian ini terdiri dari dua tahapan yaitu penetapan dengan substitusi tepung kacang hijau. Penetapan Kisaran Variabel Proses Pembuatan Mi Kering Proses pembuatan mi sagu meliputi pencampuran bahan o C. Untaian mi kemudian dikeringkan menggunakan o Pada tahap penelitian pendahuluan untuk menetapkan trial and error, suhu proses dalam o C dan kecepatan screw Kemudian dilakukan penetapan kisaran kadar air tepung yaitu trial and error o C dan kecepatan screw kecepatan ekstruder yang konstan dan dalam bentuk mi yang kondisi steady state. Optimasi Formula Mi Kering Sagu dengan Substitusi Tepung Kacang Hijau Formulasi optimum diperoleh dengan menggunakan rancangan percobaan D-Optimal Design dengan program Design Expert hasil yang diperoleh pada penelitian pendahuluan. Respon yang diukur adalah cooking loss, elongasi, kekerasan dan dipilih untuk komposisi yang paling optimal yaitu dengan desirability dan importance optimum didapatkan dari cooking loss minimum, elongasi in range Analisis respon Cooking loss. Cooking loss diukur dengan menggunakan Cooking loss dihitung didasarkan pada berat kering mi. Elongasi. Elongasi mi yang telah direhidrasi diukur dengan menggunakan Texture Analyzer jarak probeprobestrain. tekstur diukur dengan menggunakan Texture Analyzer pre test speed 388

test speedrupture test distance 50. Nilai kekerasan ditunjukkan dengan absolutepeak yaitu gaya maksimal, nilai kelengketan ditunjukkan dengan absolute peak. gramforce Uji Sensori. Multiple comparison test yang digunakan diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya dengan nilai skala terhadap kekerasan, kelengketan, elastisitas dan kesukaan secara keseluruhan untuk sampel mi sagu dan mi sampel menggunakan uji t-test. Data yang diperoleh tersebut ditabulasi dan dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kisaran Variabel Proses Pembuatan Mi Kering pencampuran bahan kering dan air hingga terbentuk adonan, mi pati berbahan baku sagu pada penelitian ini menggunakan teknologi hot extrusion twin screw extruder. Ekstrusi adalah suatu proses dimana bahan mengalami proses pencampuran dan pemanasan dengan suhu Proses terbaik dipilih dari nilai cooking loss yang rendah cooking loss yang rendah dan elongasi yang tinggi, dibandingkan dengan dari ekstruder mudah patah. Dari hasil tahap ini ditetapkan persentase substitusi tepung kacang hijau dengan kisaran program Mixture Design pada tahap penelitian utama. Pada proses pembuatan mi kering sagu dilakukan o C. Tinggi rendahnya suhu yang digunakan saat ekstrusi dapat mempengaruhi proses o digunakan maka semakin sulit produk untuk tergelatinisasi sehingga produk yang keluar dari ekstruder tidak masak o mi yang lengket dan tidak berbentuk untaian mi yang terjadinya proses gelatinisasi pati dari bahan baku yang digunakan sehingga produk yang keluar dari ekstruder akan mengalami gelatinisasi secara sempurna sebelum semua air yang ditambahkan menguap. Penambahan air pada adonan berpengaruh pada menyebabkan adonan terlalu kering sehingga produk hasil menyebabkan mi yang mudah putus saat keluar dari ekstruder. Mixture Design cooking loss dan elongasi Formula Pati sagu (X 1 Tepung kacang hijau (X Cooking loss 1 90,00 10,00 8,00 3 1515,85 151,35 100,00 0,00 6,16 5 90,00 10,00 1690,05 11,06 6 85,00 15,00 95,00 5,00 10,91 8 80,00 9 80,00 10 100,00 0,00 3193,30 11 80,00 100,00 0,00 8,10 13 9,98 389

Dari hasil trial and eror diperoleh air yang ditambahkan air tersebut dapat menghasilkan mi dengan bentuk dan tekstur adonan yang baik. Penggunaan air dalam proses ekstrusi Optimasi Formulasi Mi Kering Sagu Menggunakan Mixture Design Design Expert Mixture Design polynomial hasil analisis respon. Proses pemilihan model yaitu dilihat dari persamaan yang menunjukkan model memiliki hasil cooking loss Respon Kekerasan Produk Tekstur yang dihasilkan pada mi sangat bergantung Gelatinisasi pati yang terjadi selama proses pengolahan sangat gelatinisasi granula pati atau tepung. Kekerasan merupakan daya tahan bahan untuk pecah diantaranya cooking loss satunya adalah nilai cooking loss besar nilai cooking loss maka akan menyebabkan kekerasan semakin menurun. Fenomena ini dimungkinkan karena banyaknya padatan yang telah hilang. Peningkatan kekerasan pada saat pemasakan ditandai dengan semakin kecilnya penetrasi air dan panas ke dalam mempengaruhi kekuatan gel pati karena asosiasi secara cepat, retrogradasi dan interaksinya dengan lipid untuk membentuk kompleks heliks dan asosiasi amilosa dengan amilopektin untuk memberikan kekuatan jaringan gel (Jane dan Chen, dipengaruhi oleh kemampuan pengembangan pati atau tepung penyusunnya. Tepung atau pati yang memiliki kemampuan pengembangan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kekerasan dan elastisitas mi. Penambahan tepung kacang hijau ke dalam mi kering sagu diharapkan dapat menurunkan kekerasan mi. Kekerasan biasanya menunjukkan korelasi dengan kelengketan dan mi kering sagu yang dianalisis menggunakan texture analyzer dengan model kuadratik dengan nilai R = 0,85. 1 1 X Fenomena ini mungkin disebabkan oleh pengaruh dari kekerasan diantaranya cooking loss cooking loss maka akan menyebabkan kekerasan semakin menurun. Fenomena ini dimungkinkan karena banyaknya padatan yang telah hilang selama pemasakan. Respon Kelengketan Produk Kelengketan merupakan daya rekat yang ditunjukkan dengan besarnya gaya yang dibutuhkan untuk menarik bagian pangan dan memisahkannya dari lempeng kompresi. Kelengketan yang tinggi tidak dikehendaki pada mi yang telah direhidrasi, karena akan menurunkan kualitas makan. Tabel 1 menunjukkan kelengketan yang semakin menurun seiring dengan meningkatnya persentase kacang hijau yang ditambahkan. menggunakan texture analyzer dengan model linier. Y = 0,58 X 1 Kelengketan mi pati pada berbagai tahap proses hijau pada pembuatan mi sagu dapat menurunkan kelengketan mi yang dihasilkan. kacang hijau meningkatkan jumlah amilosa dalam mi yang dihasilkan. dapat menurun dalam tepung beras yang mengandung sedikit amilosa dengan menambahkan tepung jagung yang tinggi amilosa. Respon Elongasi Produk Elongasi menunjukkan semakin besarnya ukuran panjang maksimum mi yang mengalami tarikan sebelum 390

yang baik, karena tidak mudah putus dan hancur ketika dimasak atau dikonsumsi. Tabel 1 menunjukkan elongasi pati mi sagu tanpa dan dengan penambahan tepung kacang hijau. Pemilihan model melalui program Mixture Design elongasi. Persamaan matematika untuk respon elongasi mi sagu adalah sebagai berikut: 1 1 X 1 X (X 1 = 0,95 untuk mi kering akan meningkatkan daya putus mi kering masak. Respon Cooking Loss Produk dalam penelitian ini adalah cooking loss. Cooking loss menunjukkan banyaknya padatan yang terdapat di dalam mi yang keluar serta terlarut ke dalam air selama proses Cooking loss semakin meningkat seiring dengan bertambahnya persentase yang terkandung dalam tepung kacang hijau berpengaruh cooking loss pada mi berbahan dasar tepung ubi jalar dengan penambahan konsentrasi defatted soy atau konsentrat protein dengan serat yang tinggi seperti memiliki cooking loss yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasta berbahan dasar. berpengaruh terhadap peningkatan cooking loss mi sagu cooking loss mi sagu adalah model linier dengan nilai R analisis diperoleh plot normal yang kurang bagus sehingga none menjadi bentuk power cooking loss mi sagu adalah sebagai berikut: 1 berpengaruh terhadap peningkatan cooking loss mi sagu semakin banyak tepung kacang hijau yang ditambahkan akan menghasilkan mi sagu dengan cooking loss yang tinggi, ditandai dengan air rebusan mi menjadi semakin keruh karena banyak pati yang larut, serta bahan yang dimasak menjadi disebabkan oleh adanya kulit ari yang juga berkontribusi pada tingginya kadar serat sehingga meningkatkan cooking lossnya. cooking loss semakin tinggi dengan semakin tingginya persentase substitusi tepung kacang hijau pada pembuatan mi. Nilai cooking loss juga berhubungan dengan adanya ikatan antara puncak dan nilai kemampuan pengembangan tepung juga dapat mempengaruhi peningkatan dan penurunan cooking loss menyebabkan tingginya nilai cooking loss cooking loss yaitu adanya kelarutan pati tergelatinisasi yang ikatannya lemah di keseluruhan mi akan melemah dan memudahkan padatan untuk larut selama pemasakan berlangsung. Nilai cooking loss yang semakin kecil adalah yang paling cooking loss menunjukkan cooking loss dan yang tertinggi dengan jumlah substitusi kacang hijau Optimasi Produk Tahap optimasi merupakan suatu tahapan yang dilakukan untuk meminimumkan sumber daya yang diperlukan atau kriteria yang diinginkan. Penelitian ini memiliki sasaran menghasilkan produk yang memiliki cooking loss yang rendah dan elongasi yang tinggi. Berdasarkan kriteria yang Untuk respon elongasi dipilih target maksimum, untuk kekerasan dan kelengketan dipilih target in range, sedangkan untuk respon cooking loss dipilih yang minimum. Penentuan 391

dari yang tertinggi hingga yang terendah adalah elongasi, cooking loss, kekerasan dan kelengketan. Respon elongasi memiliki nilai kepentingan 5 yang berarti menempati prioritas utama, cooking loss menempati prioritas kedua dengan prioritas terakhir dengan nilai 3. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan kondisi proses yang mampu menghasilkan yang optimum Parameter Batas atas Importance Kekerasan Cooking loss Kelengketan Elongasi In range Minimum In range Maximum beberapa solusi dengan komposisi bahan penyusun yang desirability yang berbeda juga. nilai desirability yang tertinggi. Nilai ini besarnya 0 sampai dengan 1. Nilai desirability menunjukkan kemungkinan atau kecenderungan hasil atau respon yang akan dicapai sesuai desirability Walaupun demikian, tujuan optimasi bukan untuk mencari nilai desirability 1.0, namun untuk mencari kondisi terbaik tidak dapat sepenuhnya sesuai dengan yang ditetapkan. range perkiraan (point prediction 3 3 5 tersebut dikarenakan memiliki nilai desirability lebih tinggi desirability. Tahap Validasi Produk Validasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian model yang didapat dari program Mixture Design dengan kenyataan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Komposisi bahan baku Pada Tabel 3, disajikan nilai prediksi dan aktual dari aktual dari respon dibandingkan untuk mengetahui kesesuaian Karakterisasi Mi Sagu Optimum dilakukan berupa kekerasan, kelengketan, elongasi dan cooking loss dan analisis kimia berupa analisis proksimat dan kacang hijau dengan mi kering terigu yang beredar dipasaran. Analisis Fisik dan Kimia Respon Ulangan 1 Ulangan 3 atas 10,89 Elongasi Cooking loss 10,81 10,86 1996,03

optimum Karakteristik Cooking loss 0,31 1,80 1996,03 penerimaan konsumen terhadap mi. Berdasarkan hasil tidak mengandung gluten, sehingga yang memengaruhi tekstur adalah kandungan amilosa, serat dan protein. cooking loss proksimat (kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar karena substitusi tepung kacang hijau yang dapat menambah protein hanya disubstitusi dalam jumlah yang kecil, sehingga kadar amilosa sangat mempengaruhi tekstur produk yang dihasilkan. Nilai cooking loss berhubungan dengan adanya Analisis Sensori dengan Uji T-Test dilakukan untuk menentukan penilaian tingkat kesukaan Pengujian organoleptik bertujuan untuk membandingkan tingkat kesukaan panelis terhadap produk mi kering sagu dibandingkan dengan produk mi kering yang sudah beredar di dilakukan dengan uji t-test. Parameter yang diujikan untuk sensori adalah parameter kekerasan, kelengketan, elastisitas dapat dilihat pada Tabel 5. terigu setelah rehidrasi Parameter Kekerasan Elastisitas Kelengketan Keseluruhan a a b a a a a a keseluruhan kekerasan 6 0 kelengketan elastisitas mi kering sagu mi kering terigu spider web hasil analisis sensori mi sagu dan mi terigu setelah rehidrasi Kekerasan berdasarkan analisis hedonik diperoleh Elastisitas atau kekenyalan dilakukan untuk memperoleh penilaian panelis terhadap tingkat kesukaan mengenai parameter kekenyalan produk mi yang dihasilkan. Berdasarkan terlalu kenyal dan lebih mudah digigit dibandingkan dengan dalam pembentukan jaringan dengan cara berikatan dengan dipengaruhi oleh pati dalam membentuk jaringan dengan Kelengketan berdasarkan analisis hedonik didapatkan 393

Parameter uji secara keseluruhan (overall dalam uji hedonik untuk mengukur tingkat kesukaan panelis dilakukan karena hasil pengujian terhadap atribut tertentu panelis terhadap atribut keseluruhan dari mi kering sagu dan mi kering terigu KESIMPULAN Penambahan tepung kacang hijau dapat menurunkan kekerasan, kelengketan, akan tetapi elongasi mi sagu juga menurun, dan meningkatkan cooking loss. Produk yang ooking loss DAFTAR PUSTAKA ketahanan pangan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Jurnal Perspektif 10 noodles. Cereal Chemistry Journal 76 The LWT-Food Science and Technology 41 starches. Journal of Food Science 67 Journal of Food Science 66 conditions on physicochemical and sensorial properties Vicia faba Food Chemistry quality. LWT-Food Science and Technology 40 noodle quality. Food Research International 40 Cereal Chemistry 69 The Japan Agricultural Research Quarterly 40 Cereal Chemistry bean (Phaseolus radiatus noodle quality. Journal of Food Science 46 LWT- Food Science and Technology 40 Journal of Food Engineering 79: JournalCereal Science International Food Research Journal International Journal of Food Science and Technology 47

Sensory Evaluation Technique. 3 rd tapioca starches in potato starch noodle. International Journal of Food Science and Technology Journal of Cereal Science 57 dengan substitusi tepung kimpul (Xanthosoma sagittifolium hijau (Phaseolus radiates L Jurnal Pangan dan Agroindustri its noodle quality. Indonesian Journal of Agricultural ciences 7 Cereal Chemistry baku mi. Jurnal Pascapanen 6 Food Science and Technology Carbohydrate Polymers sebagai sumber karbon untuk memproduksi bioplastik Ralstonia eutropha Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 9 Cereal Chemistry Journal of Food Science 71 Food Research International Cereal Chemistry Proceeding of the International Multiconference of Engineers and Computer Scientist milled rice during storage. Journal of Cereal Science 50 395