BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Bouman, mengungkapkan bahwa manusia baru menjadi manusia. adanya suatu kepentingan (Nurnaningsih Amriani, 2012: 11).

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Implementasi PERMA No.1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

MEDIASI DI PENGADILAN DAN ASAS PERADILAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial. untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS.

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN. A. Latar Belakang Lahirnya Prosedur Mediasi di Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya benturan-benturan

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULAN. seseorang adalah hal penting yang kadang lebih utama dalam proses

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagainya. Dari pengertian diatas jika kita melihat di lapangan maka

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA BANK SYARI AH DENGAN NASABAH MELALUI PENGADILAN AGAMA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008

harus menjadi mediator pada kasus yang lain. dalam melaksanakan mediasi sangat terbatas, yaitu pada

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV EFEKTIVITAS MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA BONDOWOSO 4 TAHUN SESUDAH BERLAKUNYA PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum merupakan bagian dari pergaulan hidup manusia, yang terwujud

ABSTRAK HENDRY RAUF, NIM KONSEP HUKUM MEDIASI DAN PENERAPAN HAKIM TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI GORONTALO.

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor

Oleh Helios Tri Buana

TINJAUAN HUKUM PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI OLEH PENGADILAN NEGERI LIMBOTO

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Hakim sebagai penegak hukum dan pejabat yang melaksanakan tugas

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

FUNGSI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS. A. Status Hakam Berdasarkan Pasal 76 ayat (2) UU. No. 07 Tahun 1989

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAHAN KULIAH KD 3 HUKUM ACARA PERDATA. Hukum Acara Perdata, FH UNS

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

UPAYA PENYELESAIAN PERKARA MELALUI PERDAMAIAN PADA PENGADILAN AGAMA, KAITANNYA DENGAN PERAN BP4 1. Oleh. Wahyu Widiana 2

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C

BAB III PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BANGKALAN. Bangkalan pertama kali berdiri bertempat dengan bergabung di Kantor

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA No. 1 TAHUN 2008 THE SETTLEMENT DISPUTE THROUGH MEDIATION BY SUPREME COURT RULE 1, 2008

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai taraf kesejahteraan dan kebahagiaan yang selalu didambakan setiap

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian :

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 DENGAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 PADA PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA TUBAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dari sifat manusia inilah maka akan timbul suatu interaksi antara manusia satu dengan manusia lainnya. Namun terkadang interaksi sosial tersebut tidak selalu berjalan ke arah positif. Setiap manusia memiliki sifat, kepribadian, cara berfikir, kepentingan dan tujuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain dalam menjalani kehidupan. Hal inilah yang terkadang menimbulkan suatu pertentangan atau perbedaan paham di dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat. Perbedaan paham tidak akan tumbuh menjadi sebuah perselisihan apabila pihak yang dirugikan hanya mengambil sikap diam terhadap rasa ketidakpuasannya atau kekecewaannya. Bila pihak yang dirugikan telah menyatakan rasa ketidakpuasannya atau kekecewaannya baik secara langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak lain, maka perbedaan paham tersebut berubah menjadi suatu sengketa. Dengan demikian mereka masuk ke dalam tahap mencari atau menginginkan penyelesaian. Salah satu sengketa yang terjadi di masyarakat adalah sengketa perdata. Yang dimaksud dengan sengketa perdata adalah suatu perkara perdata yang terjadi antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya dalam hubungan

keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara umumnya diselesaikan melalui pengadilan untuk mendapat keadilan yang seadil-adilnya (Sarwono, 2012: 7). Penyelesaian perkara di pengadilan dimulai dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri yang berwenang dan dalam pemeriksaan di persidangan juga harus memperhatikan surat gugatan yang bisa diubah sebelum jadwal persidangan ditentukan oleh Ketua Pengadilan Negeri atau oleh hakim itu sendiri. Apabila dalam pengajuan gugatan ke Pengadilan Negeri tersebut dinyatakan diterima oleh pihak Pengadilan Negeri, maka oleh hakim yang memeriksa perkara perdata akan diusahakan perdamaian terlebih dahulu sebelum pemeriksaan perkara dilakukan. Seperti yang tercantum dalam Pasal 130 HIR/154 RBg. Usaha perdamaian yang dilakukan di lingkungan peradilan memang sangatlah penting mengingat tingginya intensitas upaya hukum yang dilakukan oleh para pihak yang berperkara mulai dari banding, kasasi maupun peninjauan kembali karena rasa ketidakpuasannya pada putusan yang diberikan oleh pengadilan tingkat pertama. Hal ini tentu menyebabkan terjadinya penumpukan perkara di dalam Pengadilan Tinggi maupun Mahkamah Agung sehingga untuk menyelesaikan satu sengketa saja membutuhkan penggunaan waktu yang lama. Kenyataan praktik yang dihadapi, jarang dijumpai putusan perdamaian. Produk yang dihasilkan peradilan dalam penyelesaian perkara yang diajukan kepadanya hampir seratus persen berupa putusan konvensional yang bercorak 2

menang atau kalah (winning or losing). Jarang ditemukan penyelesaian berdasarkan konsep sama-sama menang (win-win solution). Berdasarkan fakta ini, kesungguhan, kemampuan, dan dedikasi hakim untuk mendamaikan boleh dikatakan sangat mandul. Akibatnya, keberadaan Pasal 130 HIR/154 RBg dalam hukum acara, tidak lebih dari hiasan belaka atau rumusan mati (M. Yahya Harahap, 2008: 241). Memperhatikan keadaan yang dijelaskan di atas, Mahkamah Agung terpanggil untuk lebih memberdayakan para hakim menyelesaikan perkara dengan perdamaian yang digariskan Pasal 130 HIR/154 RBg tersebut dengan mengelurkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama. Namun, ternyata Mahkamah Agung menyadari bahwa kehadiran (SEMA) No. 1 Tahun 2002 tersebut tidak berdaya dan tidak efektif sebagai landasan hukum untuk mendamaikan para pihak, SEMA No. 1 Tahun 2002 belum dapat mendorong para pihak untuk menempuh upaya mediasi di pengadilan dikarenakan bersifat sukarela (voluntary). Kemudian dalam hal ini Mahkamah Agung telah mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2003 yang selanjutnya direvisi menjadi PERMA No. 1 Tahun 2008 dan terakhir menjadi PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Berdasarkan Pasal 1 angka (1) PERMA No. 1 Tahun 2016, pengertian mediasi sendiri adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Pengintegrasian lembaga mediasi ke dalam proses berperkara di 3

pengadilan merupakan upaya yang cukup memberikan harapan dapat terciptanya pelayanan bagi pencari keadilan dalam menyelesaikan sengketanya secara cepat, sederhana, dan murah. Selain itu, dengan adanya konsep mediasi ke dalam proses berperkara, akan membuka kesempatan masuknya para mediator dari kalangan profesional yang memiliki keahlian khusus untuk dapat membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam menemukan jalan penyelesaian yang terbaik bagi sengketanya. Proses mediasi mendapat kedudukan penting dalam PERMA No.1 Tahun 2008 yang kemudian direvisi menjadi PERMA No. 1 Tahun 2016, karena proses mediasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses berperkara di pengadilan baik Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama. Proses mediasi di pengadilan diatur dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2016 yang mengatakan bahwa setiap hakim, mediator, dan para pihak wajib mengikuti penyelesaian sengketa melalui mediasi. Jadi, untuk setiap perkara perdata yang masuk ke Pengadilan Negeri harus melalui tahap mediasi, apabila tidak menempuh proses mediasi berarti telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai mediasi di pengadilan yaitu pasal 130 HIR/154 RBg dan berakibat putusan batal demi hukum. Oleh karenanya, hakim dalam pertimbangan putusannya wajib menyebutkan bahwa perkara yang bersangkutan telah diupayakan perdamaian melalui mediasi dengan menyebutkan nama mediator untuk perkara yang bersangkutan. 4

Dengan adanya ketentuan Pasal 3 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2016 yang memberikan penekanan adanya proses mediasi di pengadilan tersebut, daya ikat mediasi terhadap penyelesaian perkara tersebut menjadi lebih kuat, dan kemungkinan juga untuk mengajukan proses hukum lebih lanjut menjadi semakin menipis sehingga pada akhirnya memberikan dampak yang positif bagi kedua belah pihak dan pengadilan karena dapat mengurangi penumpukan perkara di pengadilan. Akan tetapi kenyataannya, masih juga jarang dijumpai putusan perdamaian walaupun kedudukan hukum mediasi di dalam peradilan sudah sangat jelas. Pengadilan Negeri Purwokerto merupakan lembaga peradilan tingkat pertama yang telah menerapkan mediasi sesuai dengan peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 sebagaimana yang tekah dirubah dengan Peraturan Mahkamah Agung No. Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Namun, berdasarkan data yang didapat pada tahun 2015 di Pengadilan Negeri Purwokerto dari 78 perkara perdata yang masuk hanya ada 3 perkara yang dapat diselesaikan secara mediasi hingga berhasil dan pada tahun 2016 dari 79 perkara perdata yang masuk ke Pengadilan Negeri Purwokerto hanya ada 5 perkara yang berhasil diselesaikan melalui jalur mediasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses mediasi di Pengadilan Negeri Purwokerto belum berjalan secara optimal dan menjadikan dasar bahwa adanya faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan mediasi di pengadilan, karena sejak diberikannya pengaturan mengenai mediasi di 5

pengadilan melalui Peraturan Mahkamah Agung yang telah direvisi berulang kali tidak juga dapat memberikan dampak atau manfaat yang nyata. Berdasarkan uraian, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul PENGUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN (Studi di Pengadilan Negeri Purwokerto). B. Rumusan Masalah 1. Mengapa penyelesaian sengketa melalui mediasi belum dapat berjalan optimal sesuai dengan tujuan lembaga peradilan? 2. Bagaimana penguatan mediasi dalam penyelesaian sengketa perdata di Pengadilan Negeri Purwokerto? C. Tujuan Penelitian Suatu kegiatan penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan untuk memberikan arah dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Demikian pula dalam penelitian ini memiliki tujuan tertentu yaitu : 1. Mengetahui dan menganalisis penyebab belum optimalnya pelaksanaan mediasi di dalam pengadilan. 2. Mengetahui dan menganalisis penguatan mediasi dalam penyelesaian sengketa perdata di Pengadilan Negeri Purwokerto. 6

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis a. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai ilmu hukum khususnya tentang penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi di pengadilan. b. Dapat dipergunakan bagi mereka yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang ada didalamnya. c. Penelitian ini dapat dijadikan literatur dalam memperluas pengetahuan masyarakat. 2. Secara Praktis a. Memberikan pemahaman terhadap masyarakat dalam mengahadapi persoalan mengenai proses mediasi sengketa perdata b. Sebagai tolak ukur keberhasilan mediasi dalam perkara perdata sehingga dapat digunakan sebagai acuan perbaikan bagi Pengadilan Negeri Purwokerto dalam melaksanakan prosedur Mediasi menurut PERMA No 1 tahun 2008 agar lebih mendayagunakan mediasi sebagai penyelesaian perkara tanpa litigasi. 7