ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN LABA CV. SERANGKAI SETIA KAWAN Nama : Alifah Faradilla NPM : 20214854 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Agustin Rusiana Sari SE., MM.
Latar Belakang Manajemen dituntut untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan serta mempercepat perkembangan perusahaan. Manajemen memerlukan suatu perencanaan untuk perusahaan dalam mencapai tujuannya tersebut. Perencanaan memerlukan alat bantu berupa analisis biaya-volumelaba. Salah satu teknik analisis biaya-volume-laba adalah analisis Break Even Point (BEP). BEP atau impas sendiri diartikan sebagai keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya. Dengan demikian analisis BEP adalah suatu alat yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume penjualan.
Rumusan Masalah 1. Pada tingkat volume penjualan berapakah akan dicapai BEP dalam unit dan Rupiah, dengan kata lain usaha tersebut tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian? 2. Berapa besar volume penjualan yang boleh turun (Margin Of Safety) agar usaha tersebut tidak mengalami kerugian? 3. Pada tingkat penjualan minimal berapakah jika usaha tersebut merencanakan kenaikan laba sebesar 20%? 4. Pada tingkat penjualan berapakah perusahaan secara ekonomis tidak layak untuk melanjutkan usahanya (Shut Down Point)?
Batasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup dalam BEP maka kajian yang akan dibahas hanya memfokuskan pada perhitungan Break Even Point (BEP), Margin Of Safety (MOS), Shut Down Point (SDP), dan volume penjualan. Data yang digunakan adalah realisasi biaya serta penjualan tas pada bulan September tahun 2016.
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pada tingkat volume penjualan berapa usaha mencapai titik BEP, baik impas dalam unit maupun dalam Rupiah. 2. Untuk mengetahui berapa besar volume penjualan yang boleh turun agar usaha tersebut tidak mengalami kerugian. 3. Untuk mengetahui tingkat penjualan minimal jika CV. Serangkai Setia Kawan merencanakan kenaikan laba sebesar 20%. 4. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa perusahaan tidak layak untuk melanjutkan usahanya.
Obyek Penelitian Usaha yang menjadi obyek penelitian ini adalah CV. Serangkai Setia Kawan yang berlokasi di Jalan Guru Suma Cibinong Bogor. Perusahaan ini bergerak dalam bidang konveksi yang memproduksi dan menjual tas selempang. Konveksi ini didirikan sekitar tahun 2004 yang dimiliki dan dikelola oleh Ibu Amah bersama suaminya. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah data primer yang bersifat historis yang berupa data produksi bulan September tahun 2016.
Pembahasan Berdasarkan informasi yang diperoleh dari CV. Serangkai Setia Kawan, jumlah tas yang diproduksi perminggu sebanyak 500 unit sehingga pada bulan September 2016 memproduksi sebanyak 2.000 unit tas dengan harga jual Rp 34.250 per unit. Tabel 4.1 Data Penjualan September 2016
Biaya variabel merupakan total biaya yang akan meningkat dan menurun dalam total ketika volume aktivitas meningkat atau menurun. Tabel 4.6 Biaya Variabel No. Keterangan Total 1 Biaya Bahan Baku Rp 34.370.000,00 2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 19.200.000,00 3 Biaya Perlengkapan Rp 400.000,00 4 Biaya Listrik dan Air Rp 1.000.000,00 Total Biaya Variabel Rp 54.970.000,00 Biaya Variabel per unit tas Rp 27.485,00
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkat tertentu. Tabel 4.7 Biaya Tetap No. Keterangan Jumlah 1 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 2.000.000 2 Biaya Listrik dan Air Rp 500.000 3 Biaya Penyusutan Peralatan Rp 95.000 Total Biaya Tetap Rp 2.595.000
Tabel 4.8 Perhitungan Laba Rugi CV. Serangkai Setia Kawan September 2016 Keterangan Jumlah Rasio Penjualan (2.000xRp34.250)* Rp 68.500.000 100% Biaya Variabel Rp 54.970.000 80,24817518% Marjin Kontribusi** Rp 13.530.000 19,75182482% Biaya Tetap Rp 2.595.000 Laba Bersih*** Rp 10.935.000
Perhitungan BEP Biaya Tetap Titik Impas (unit) Penjualan Biaya Variabel Rp 2.595.000 Rp 68.500.000 Rp 54.970.000 0,191796008 Berdasarkan data diatas titik impas perusahaan akan tercapai jika masingmasing produk dijual dengan komposisi volume penjualan sebagai berikut: Tas 2.000 x 0,191796008 383,5920177 383 (hasil pembulatan)
Biaya Tetap Titik Impas (Rp) 1 Biaya Variabel Penjualan Rp 2.595.000 1 Rp 54.970.000 Rp 68.500.000 Rp 2.595.000 0,1917518248 Rp 13.138.026,61 Berikut cara pembuktiannya: Penjualan (383,5920177 x Rp 34.250) Rp 13.138.026,61 Biaya Variabel (383,5920177x Rp 27.485) (Rp 10.543.026,61) Margin Kontribusi Rp 2.595.000 Biaya Tetap (Rp 2.595.000) Laba Rp 0
Pendekatan Grafik Y (Rp) Rp 68.500.000 Rp 57.565.000 Garis Penjualan Garis Total Biaya Rp 13.138.026 BEP Rp 2.595.000 Garis Biaya Tetap 383 2.000 X (Unit)
Perhitungan MOS MOS (Rupiah) Total Penjualan Penjualan pada Titik Impas Rp 68.500.000 Rp 13.138.026,61 Rp 55.361.973,39 MOS (Unit) MOS dalam Rupiah Harga Jual per Unit Rp 55.361.973,39 Rp 34.250 1.616,407982 1.616 unit (hasil pembulatan)
MOS % MOS Penjualan x 100% Rp 55.361.973,39 x 100% Rp 68.500.000 0,808203991 80,8203991% 81% (hasil pembulatan) Hal ini menunjukan bahwa apabila CV. Serangkai Setia Kawan dalam keadaan impas atau penjualannya sebesar Rp 13.138.026,61 hanya boleh menurunkan volume penjualan sebesar Rp Rp 55.361.973,39 atau sebanyak 1.616 unit tas.
Target Laba Berikut perhitungan penjualan pada kenaikan laba 20% : Penjualan (unit) Biaya Tetap + Target Laba Harga per Unit Biaya Variabel per Unit Rp 2.595.000 + {Rp 10.935.000 + 20% x Rp 10.935.000 } Rp 34.250 Rp 27.485 Rp 2.595.000 + Rp 13.122.000 Rp 6.765 2.322 unit Penjualan (Rp) Biaya Tetap + Target Laba Rasio Margin Kontribusi Rp 2.595.000 + {Rp 10.935.000 + 20% x Rp 10.935.000 } 19,75182482% Rp 2.595.000 + Rp 13.122.000 19,75182482% Rp 79. 572.394,67
Perhitungan SDP Biaya tetap tunai pada CV. Serangkai Setia Kawan meliputi biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya listrik dan air. Sehingga biaya tetap tunai diperoleh sebesar Rp 2.500.000. Rasio Margin Kontribusi Biaya Variabel 1 Penjualan Rp 54.970.000 1 Rp 68.500.000 0,1975182482 Biaya Tetap Tunai SDP (Rupiah) Rasio Margin Kontribusi Rp 2.500.000 0,1975182482 Rp 12.657.058,39
Biaya Tetap Tunai SDP (Unit) Penjualan Biaya Variabel Rp 2.500.000 Rp 68.500.000 Rp 54.970.000 0,184774575 Tas 2.000 x 0,184774575 369,54915 369 unit (hasil pembulatan)
Kesimpulan 1. Dari perhitungan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya diperoleh bahwa besarnya BEP konveksi tas bulan September 2016 berada pada titik penjualan sebanyak 383 unit tas dengan besarnya penjualan pada titik impas sebesar Rp 13.138.026,61 2. Margin Of Safety (MOS) menunjukkan jarak antara penjualan yang direncanakan dengan penjualan pada BEP. Dengan demikian MOS juga menggambarkan batas jarak, dimana kalau berkurangnya penjualan melampaui batas jarak tersebut perusahaan akan menderita kerugian. Semakin kecil MOS berarti semakin cepat perusahaan menderita kerugian, dalam hal ini terdapat penurunan jumlah penjualan yang nyata. Dari perhitungan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya diperoleh bahwa besarnya MOS pada bulan September 2016 sebesar 81% dari total penjualan agar tidak menderita kerugian.
Kesimpulan 3. Pada bulan September 2016 untuk memperoleh kenaikan laba sebesar 20% dari total penjualan jik mempertimbangkan adanya kenaikan biaya bahan baku, perusahaan harus dapat menjual produk sebanyak 2.323 unit tas atau dengan penjualan sebesar Rp 79.572.394,67. 4. Dari perhitungan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya diperoleh bahwa besarnya SDP adalah Rp 12.657.058,39 atau sebanyak 369 unit tas untuk mengetahui pada tingkat penjualan suatu usaha harus dihentikan.
Saran 1. Dengan kuantitas penjualan yang cukup baik, sebaiknya industri ini meningkatkan kuantitas dan kualitas tas yang dijual agar konsumen mendapatkan kepuasan yang maksimal, sehingga dapat memperoleh laba yang lebih. 2. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk cukup tinggi. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengadakan perluasan produksi menjadi beberapa macam jenis tas tidak hanya tas selempang saja. Kemudian perusahaan juga dapat menambah wilayah jangkauan penjualan, tidak hanya Jabodetabek melainkan ke daerah luar Jabodetabek. 3. Melihat kesimpulan yang ada terhadap perhitungan MOS, perusahaan harus lebih memperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan agar tetap dapat mempertahankan angka MOS yang tinggi pada tahun produksi berikutnya.
TERIMA KASIH