BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena. adalah dengan cara memeperbaiki proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional adalah. diharapkan dapat memberikan perhatian secara langsung terhadap

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan non formal, dilihat dari instansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. politik, antropologi, psikologi, dan ekologi. Salah satu tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa sekolah, tugas mereka adalah belajar. Ini merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI POKOK SIKLUS AIR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan. masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran IPA. Selain itu mata pelajaran IPA sebagai objek penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar adalah kreativitas dalam menata serta. menghubungkan pengalaman dan pengetahuan sehingga membentuk satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu atau berkualitas tinggi. Demikian satu-satunya wadah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

Eliana Yunitha Seran STKIP persada Khatulistiwa, Jl. Pertamina KM 4- Sengkuang- Sintang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial ditandai dengan kegiatan yang tidak lepas dari manusia lain. Dengan, kegiatan hidup manusia akan selalu di sertai dengan proses interaksi atau komunikasi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama (Sardiman, 2004:1). Atas Dasar asumsi tersebut maka dibutuhkan ilmu-ilmu sosial yang berhubugan dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknnya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya. Bahan ajarnya diambil dari berbagai ilmu sosial, antropologi, dan tata negara. (Nasution dan Isjoni, 200721). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan dari pilihan konsep ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya, yang disusun secara sistematis, kompehensip, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat (Kurikulum 2006 pada KTSP). Tujuan pembelajaran IPS itu adalah membina kecerdasan sosial siswa agar mampu berpikir kritis, analitis, kreatif, inovatif, berwatak dan berkepribadian luhur, serta bersikap ilmiah dalam cara memandang, menganalisis, dan menelaah nyata yang dihadapi. Pencapaian fungsi dan tujuan mata pelajaran IPS di SD sangat penting untuk pembelajaran yang dapat menunjang pencapaian fungsi dan tujuan IPS. Prinsip-prinsip itu dapat berkaitan dengan semangat, perhatian, motivasi,

2 keaktifan, keterlibatan langsung atau pengalaman, tantangan, balikan, dan penguatan (Dimyati dan Mujinono, 1994). Perkembangan pendidikan yang terus meningkat menuntut adanya peningkatan kualitas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Peningkatan kualitas proses belajar mengajar difokuskan pada keaktifan siswa selama proses belajar menagajar. Keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat esensial karena siswa adalah sentral dari keseluruhan kegiatan pembelajaran merupakan hal yang sangat esensial karena siswa adalah sentral dari keseluruhan kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran IPS lebih banyak merujuk pada buku paket dan informasi yang disampaikan oleh guru. Sehingga keefektifan dan kebermaknaannya masih sangat kurang.selain itu pada pembelajaran IPS masih jarang guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode yang monoton menimbulkan kebosanan pada diri siswa berada di kelas. Rendahnya kualitas pembelajaran IPS yang disebabkan pembelajaran yang kurang efektif, efisien, dan kurang membangkitkan siswa dalam belajar, hal ini disebabkan isi dari mata pelajaran IPS selama ini merupakan mata pelajaran yang kurang menyenangkan karena luasnya materi. Selain itu pembelajaran IPS masih bersifat parsial, hanya membina domain kognitif taksonomik kawasan rendah, yaitu hafalan. Sedangkan guru sebagai pengajar tidak mampu menyajikan bahan pelajaran IPS yang baik dan menarik, dan menantang minat belajar siswa. Dalam menyampaikan materi guru lebih dominan menggunakan model pembelajaran yang konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab sebagai andalannya. Selain itu masih terdapat guru yang kurang pemahamannya terhadap kurikulum IPS terutama pembelajaran IPS. Ketika menyampaikan materi masih terikat pada buku paket, kurang pengguan sarana dan prasarana lingkungan sumber belajar, serta kurang penguasaan metodologi pengajaran IPS sehingga pembelajaran IPS dalam pengajarannya dikelas membuat peserta didik tidak menyenangi IPS. Kemudian pendekatan,

3 dan strategi guru yang kurang tepat dan kurang bervariasi berdampak pada kurangnya motivasi belajar anak. Hal ini nampak dalam suasana pembelajaran yang kaku atau kurang hidup sehingga hasil belajar siswa menurun. Hal ini nampak terlihat pada hasil belajar siswa kelas III pada pokok bahasan jual beli di SD Negeri Mayang I tahun ajaran 2011/2012 yang hasilnya berada di bawah KKM. Atas dasar asumsi tersebut, maka diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasinya agar pembelajaran IPS dapat lebih bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik. Langkah antisipasi ini menuntut kemampuan guru dalam melakukan pembaharuan pembelajaran IPS, yaitu dengan merancang pengalaman belajar siswa sehingga akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Belajar dalam arti mengalami, terjadi di dalam interaksi antara individu dan lingkungan, baik lingkungan fisik (seperti buku, siswa, pustakawan, kepala sekolah) maupun lingkungan psikis. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang siswa lebih giat. Belajar melalui pengalaman langsung, siswa melakukan dan mengalami sendidri, hasilnya akan lebih baik karena siswa lebih memahami, lebih menguasai pelajaran tersebut. Bahkan pelajaran terasa Oleh siswa lebih bermakna. Maka dari itu guru harus mengajar yang sifatnya menyenangkan dan bisa memotivasinya siswa untuk belajar. Azies dan Alwasiah (1996: 95-101) menjelasakan bahwa teknik bermain peran banyak dipakai dalam pengajaran bahasa karena kegiatan belajar dan mengajar dengan teknik ini sangat menyenangkan. Bermain peran dapat dilakukan dengan mengikuti dialog yang ada dalam wacana, bisa berperan bebas sesuai dengan imajinasi dan kreatifitas para pelajar. Dalam melaksanakan teknik bermain peran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya memilih peran. Pesrta kegiatan ini memiliki identitas baru sesuai dengan tokoh yang diperankannya. Latihan menjadi simulasi. Suasana Kelas menjadi sangat menarik yang satu menjadi tokoh tertentu dan harus bertanya. Menurut Fanie dan Hoerfe Shaftel (1984), metode bermain peran (Role Playing) diancang khususnya untuk membentuk para siswa mempelajari nilai-

4 nilai sosial dan pencerminanya dalam perilaku. Di samping itu, metode ini digunakan pula untuk membentuk para siswa untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu sosial mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial. Dalam metode ini para siswa di bimbing untuk memecahkan berbagai konflik, belajar mengambil peranan orang lain, dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial. Dalam metode ini para siswa dibimbing untuk memecahkan berbagai konflik, belajar mengambil peranan orang lain, dan mengamati perilaku sosial. Dengan berbagai penyesuaian, metode ini dapat digunakan untuk berbagai bidang studi peserta didik dari berbagai usia (Winataputra, 1992:40). Melalui penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran IPS anak diajarkan secara aktif sehingga domain kognitif, psikomotorik dan afektif bisa berkembang sacra bersmaan. Menggunakan metod bermain peran ini, banyak manfaatnya yang dapat dipetik, diantaranya : (1) Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, yang tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. (2) Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya. (3) Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain. Dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan dapat membuat siswa beraptasi dengan lingkungan sekitarnya, karena pendidikan bertujuan menyiapkan subjek didik untuk menghadapi lingkungan yang sedang mengalami perubahan sangat pesat Berdasarkan kajian latar belakang di atas maka penelitian tindakan kelas ini memfokuskan pada kajian PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN JUAL BELI. Penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPS di kelas III SDN Mayang I tahun ajaran 2011/2012.

5 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dijabarkan dalam pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana hasil belajar siswa pada pokok bahasan jual beli setelah menggunakan metode bermain peran pada kelas III SDN Mayang I tahun ajaran 2011/2012? 2. Seberapa besar hasil belajar siswa pada pokok bahasan jual beli sesudah menggunakan metode bermain peran pada kelas III SDN Mayang I tahun ajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan jual beli setelah menggunakan metode bermain peran pada kelas III SDN Mayang I tahun ajaran 2011/2012. 2. Seberapa besar hasil belajar siswa pada pokok bahasan jual beli sesudah menggunakan metode bermain peran pada kelas III SDN Mayang I tahun ajaran 2011/2012. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan inovasi baru dalam hal pembelajaran baik bagi perorangan maupun bagi lembaga. Secara khusus manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Siswa - Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa, - Memberikan motivasi untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir dan mengembangkan potensi diri sendiri, - Member pengalaman yang bermakna, - Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa,

6 - Mengembangkan kreativitas, inovasi, kemandirian dan keaktifan siswa. 2. Bagi Guru - Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran. - Meningkatkan unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna dengan menggunakan metode bermain peran, - Mampu melahirkan model pembelajaran yag sesuai dengan tuntutan lingkungan, dengan menggunakan metode bermain peran. 3. Bagi Sekolah - Dapat menjadi pemecahan masalah dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermai peran bagi sekolah itu sendiri ataupu sekolah lain, - Dapat mengembangkan kurikulum pembelajaran di tingkat sekolah dan kelas, - Member kontribusi positif bagi sekolah dalam mengembangkan model pembelajaran, - dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah khususnya mata pelajaran IPS. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan di terapkanya metode bermain peran pada pokok bahasan jual beli dalam mata pelajaran IPS dapat mengembangkan keaktifan siswa, menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu yang singkat, mampu memupuk kerja sama antar siswa lain, menumbuhkan rasa percaya diri sehingga hasil belajar siswa pada pokok bahasan jual beli di kelas III SDN mayang I dapat meningkat sesuai yang diharapkan serta mampu mencapai KKM.

7 F. Depinisi Oprasional Dengan memperhatikan judul penelitian di atas, definisi oprasional dalam penelituan ini adalah sebagi berikut : 1. Metode Bermain Peran Untuk menanamkan konsep jual beli kepada siswa banyak cara bisa dilaksanakan. Bermain Peran tentulah salah satu cara yang efektif untuk menanamkan konsep tersebut kepada siswa, sehingga pembelajaran akan sangat menyenangkan, serta dapat menumbuhkan sikap percaya diri dan mampu bekerja sama dengan teman yang lainnya sehingga konsep jual beli akan sangat cepat dipahami oleh siswa serta tentunya akan lebih lama di ingat, karena dalam metode bermain peran tentunya melibatkan siswa secara penuh dalam praktek nyata tentang konsep jual beli.dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1). Perencanaan 2). Pelaksanaan, yang meliputi RPP, Observasi serta Angket. 3). Analisis serta Repleksi. 2. Hasil Belajar Siswa Pada pokok bahasan jual beli Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotor. Hasil belajar pada penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki siswa kelas III SDN Mayang I Tahun ajar 2011/2012 melalui proses belajar pada pokok bahasan jual beli sehingga mencapai peningkatan hasil belajar yang sesuai dengan KKM dengan menggunakan metode bermain peran.sehingga siswa dapat menyerap serta mensosialisasikan secara optimal berbagai keterampilan belajar,serta mampu menerapkan sikap prilaku yang baik dalam kehidupan sosial dilingkungan masyarakat.