PERSEPSI PEKERJA TERHADAP SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

ANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

ANALISIS PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT ADI SATRIA ABADI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia)

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PEMBENTUK BUDAYA KESELAMATAN KERJA DENGAN SAFETY BEHAVIOR DI PT DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA UNIT HULL CONSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

MODEL PENGUKURAN TINGKAT KESELAMATAN KERJA PENGGUNAAN TOWER CRANE. KATA KUNCI: tower crane, keselamatan kerja, model pengukuran

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi disebabkan karena

PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

Seminar TESIS. (9108

FAKTOR KRITIS KESUKSESAN ANTARA KONTRAKTOR DAN OWNER PADA PROYEK PAKUWON CITY SURABAYA

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GUNAWANGSA MERR SURABAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Model Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada Perilaku Pekerja di Proyek Konstruksi. Andi 1) Ratna S. Alifen 2) Aditya Chandra 2)

PENGARUH SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KINERJA K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU

Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Dengan Metode Human Factor Analysis and Classification System di perusahaan Fabrikator Pipa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai

PELAKSANAAN METODE SPC DAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO KECELAKAAN KERJA PEKERJAAN STRUKTUR PADA PROYEK X

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

Lia Irawati 1) Dr.Ir. Hendrik Sulistio., MT 2) Megawaty, ST., MT 3)

EVALUASI IKLIM KESELAMATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOSACQ-50 DI PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUKTUR, TBK.

UNSAFE ACTION PEKERJA KONSTRUKSI PADA K3 PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

PERSEPSI, SIKAP DAN PERILAKU PENYEBAB KECELAKAAN KERJA PADA TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor

Kuesioner Iklim Keselamatan Kerja Nordic

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek yang dijadikan sumber penelitian adalah Proyek Pembangunan Gedung National

Teknik Identifikasi Hazard (Survey Jalan Lintas, Job Safety Analysis, Job Safety Observation)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan melalui tahap-tahap penelitian yang diatur secara

PENGUKURAN BUDAYA K3 PADA TINGKAT NON MANAJERIAL DENGAN MENGGUNAKAN COOPER S RECIPROCAL SAFETY CULTURE MODEL DI PT. X

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data didapat beberapa kesimpulan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain, misalnya industri pabrikan (manufacture), maka bidang konstruksi

KECELAKAAN KERJA DAN ANALISIS PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN GALIAN TANAH PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini, menuntut perusahaan berlomba-lomba untuk

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA

ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terjadinya tindakan tidak aman (unsafe act) di kalangan para pekerja konstruksi

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI PENANGANAN RISIKO PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA JAYAPURA (STUDI KASUS PROYEK JALAN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Karyawan merupakan aset terpenting bagi organisasi, terlebih saat ini setiap organisasi mulai

BAB I PENDAHULUAN. hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan disamping hak-hak normatif

BAB I PENDAHULUAN. dalam kategori dominan sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan

RELEVANSI KOMPETENSI ALUMNI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DALAM DUNIA KERJA

Analisa Kecelakaan Menggunakan Metode Event and Casual Factor Analysis Pada Kecelakaan Menghilangkan Waktu Kerja Studi Kasus di PT.

laporan dari menajement konstruksi kepada pemberi tugas (Owner). proyek selama kegiatan berlangsung dalam suatu hari.

ANALISIS PENERAPAN JAMSOSTEK PADA PROYEK KONSTRUKSI. Oleh TEGUH SUSANTO NPM. :

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

PENGATURAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI DITINJAU BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 (Studi Kasus di Kotamadya Medan)

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan

TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TINGKAT KEPENTINGAN FAKTOR FAKTOR PRODUKTIVITAS PEKERJA BERDASARKAN TINGKAT PENGARUH DAN TINGKAT FREKUENSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industrialisasi yang sedang dilakukan khususnya peralihan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Analisa dengan menggunakan Theory Of Constraint (TOC) atau disebut

Safety Leadership Bag 1 Part 2

Abstrak. Abstract METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN

ANALISIS PENERAPAN PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN TINGKAT LANJUTAN SMK3 BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT. X

BAB V PEMBAHASAN. Hal ini dimungkinkan karena di PT. Pertamina (Persero) RU V selalu

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

Transkripsi:

PERSEPSI PEKERJA TERHADAP SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Yohana Eko 1, Andrean Prasetya Wijaya 2, Andi 3 ABSTRAK : Budaya keselamatan kerja merupakan hal yang harus diterapkan pada industri konstruksi. Budaya keselamatan terdiri dari tiga aspek yang saling tergantung satu sama lain. Salah satu aspeknya adalah aspek person. Aspek person meliputi persepsi pekerja yang merefleksikan budaya keselamatan di tempat kerja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pekerja terhadap sistem manajemen keselamatan pada proyek konstruksi di Surabaya. Persepsi pekerja sendiri terdiri empat dimensi yaitu awareness, acceptance, accountability, dan others. Untuk mengetahui persepsi pekerja di proyek konstruksi, peniliti melakukan penyebaran kusioner berisi 27 butir pertanyaan yang mencakup keempat dimensi persepsi. Di peroleh data sebanyak 226 kusioner dari empat proyek konstruksi di Surabaya. Dengan menggunakan analisa rata-rata (mean) jawaban responden didapatkan bahwa persepsi pekerja pada proyek konstruksi di Surabaya sudah sama dengan tujuan dari sistem manajemen keselamatan. Hal ini berarti persepsi pekerja sudah baik, namun untuk dimensi accountability perlu ditingkatkan lebih lagi. Dimensi accountability dapat ditingkatkan dengan penyampaian sistem manajemen keselamatan yang tegas oleh kontraktor. KATA KUNCI: budaya keselamatan, persepsi pekerja, awareness, acceptance, accontability, others, sistem manajemen keselamatan. 1. PENDAHULUAN Industri konstruksi merupakan industri yang menempati peringkat utama bila ditinjau dari terjadinya kecelakaan kerja dan kematian. Dengan adanya angka kecelakaan kerja yang cukup tinggi pada proyek konstruksi menyebabkan kerugian yang sangat besar baik dalam hal materiil maupun korban jiwa. Akibat tingginya tingkat kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi ini maka perlu untuk membudayakan keselamatan kerja pada semua pihak yang terlibat dalam industri konstruksi, terutama pada proyek konstruksi. Reason (1997) mengungkapkan bahwa program keselamatan kerja sebaiknya dimulai pada tahap yang paling dasar, yaitu dengan membentuk budaya keselamatan kerja. Budaya keselamatan kerja yang baik, dalam arti menyeluruh pada semua komponen yang terlibat pada proyek konstruksi menyebabkan program keselamatan kerja dapat bertahan dalam kondisi apapun. 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya, eko.yohana@yahoo.com 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya, all4_jc92@yahoo.com 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya, andi@petra.ac.id 1

Budaya keselamatan kerja yang baik juga dapat membentuk perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja yang baik, yang dapat terwujud melalui tindakan aman dalam melakukan pekerjaan. Cooper (2000), menjabarkan sebuah model budaya keselamatan yang terdiri dari tiga aspek yang saling tergantung satu sama lain. Aspek-aspek tersebut adalah person, job, organizational. Dimana aspek person merupakan persepsi para pekerja yang dibagikan dan sikap mengenai keselamatan yang mana merefleksikan budaya keselamatan di tempat kerja. Aspek job merupakan tingkah laku aktual yang berhubungan dengan keselamatan, contohnya safe/unsafe acts yang mana menunjukan keterlibatan karyawan. Aspek organizational meliputi semua aspek dari sebuah sistem manajemen keselamatan suatu organisasi yang akan mencerminkan budaya keselamatan dalam pelaksanaan sistem manajemen keselamatan (Cooper, 2000). Ketiga aspek tersebut harus bekerja bersama agar bisa membentuk budaya keselamatan yang baik. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja pada persepsi pekerja masih dapat dikatakan jarang dilakukan.ada nya perbedaan antara persepsi pekerja tentang keselamatan dengan tujuan dari sistem manajemen keselamatan sendiri, atau sebalik nya tingkatan manajerial organisasi yang tidak berkomitmen dan tidak memprioritaskan keselamatan kerja pekerja bisa menyebabkan sistem manajemen keselamatan tidak berjalan dengan baik.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pekerja terhadap sistem manajemen keselamatan pada proyek konstruksi di Surabaya. 2. LANDASAN TEORI Setiap proyek konstruksi memiliki target Zero Accident pada awalnya, tetapi kenyataannya masih sering terjadi incident/accident di setiap nya. Proyek konstruksi merupakan salah satu industri yang rawan terhadap kecelakaan kerja karena kondisi lapangan yang dapat memicu terjadinya hal tersebut. Kecelakaan kerja pada proyek konstruksi dapat disebabkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, mulai dari pihak manajemen sampai dengan pekerja lini depan (Kurniasih dan Rachmadita, 2013). Menurut Cooper (2000) definisi safety culture adalah usaha yang dapat di observasi dimana semua anggota organisasi mengarahkan perhatian dan tindakan mereka terhadap meningkatkan keselamatan setiap hari. Dalam safety culture terdapat tiga aspek utama yaitu person, job, organization yang dapat diukur baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif (Cooper, 2000). Tiga elemen tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain seperti tertera pada Gambar 1 PERSON Safety Climate Perceptual audit Internal Psychological Factors ORGANIZATION Safety Management System CONTEXT External Observable Factors Obejctive Audit JOB Safety Behaviour Behavioural sampling Gambar 1 Reciprocal Safety Culture Model (Cooper, 2000) 2

Keterlibatan pekerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam membangun sistem manajemen keselamatan yang efektif. Keterlibatan pekerja dapat dinilai melalui survey yang mana mempertimbangkan presepsi dari pekerja. Siaglan (2009) dalam Annishia (2011) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indra mereka bermakna pada lingkungan mereka, sementara persepsi ini memberikan dasar pada seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan yang mereka persepsikan.persepsi merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perilaku. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi (Annishia, 2011). Diambil dari Chen and Jin (2013) beberapa dimensi yang mempengaruhi persepsi pekerja dirangkumkan sebagai berikut : awareness, acceptance, accountability, others. Dimensi awareness mencerminkan kesadaran diri pekerja atas sistem manajemen keselamatan kerja yang dipengaruhi beberapa faktor seperti jenjang usia, keterlibatan dalam pelanggaran peraturan dan pengalaman kerja mereka. merupakan persepsi pekerja terhadap isi dari sistem manajemen keselamatan kerja, seperti penerapannya, apakah penerapannya sudah sampai dengan baik sehingga memberikan dampak terhadap performa pekerjaan. Accountability merupakan persepsi pekerja atas tanggung jawab mereka terhadap pelaksanaan keselamatan dan penegasannya, konsekuensi apabila mereka melakukan pelanggaran terhadap peraturan keselamatan kerja. Dimensi others disini berupa persepsi umum tentang sistem manajemen keselamatan kerja terhadap resiko pekerjaan di tempat kerja, contohnya membahayakan keselamatan mereka agar pekerjaan yang dilaksanakan cepat selesai. 3. METODOLOGI PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Melakukan penyusunan kusioner untuk menilai persepsi pekerja terhadap sistem manajemen keselamatan. Dimensi persepsi pekerja yang disebut dengan awareness, acceptance, accountability, others di hubungkan dengan komponen dari sistem manajemen keselamatan.secara umum kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A, dan B. Bagian A meliputi pertanyaan umum mengenai profil pekerja dan kontraktor sebagai informasi deskriptif responden penelitian dan bagian B meliputi pertanyaan mengenai persepsi pekerja terhadap sistem keselamatan kerja pada proyek konstruksi. 2. Pilot study dilakukan pada responden yang sama dengan responden penelitian yang direncanakan tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit, terdapat kurang lebih 10 responden yang bersedia. Dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan- kelemahan yang terdapat pada kuesioner yang telah disusun, pertanyaan- pertanyaan yang kurang relevan, maupun pertanyaanpertanyaan yang kurang berhubungan dengan desain penelitian. 3. Penyebaran kuesioner akan dilakukan pada proyek konstruksi dengan klasifikasi proyek besar (B) yang menerapkan program keselamatan kerja. 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Secara umum hasil penilaian dari kontraktor hampir sama dengan pekerja. Dari wawancara yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dimensi awareness merupakan hal utama dalam menerapkan sistem keselamatan. Setelah awareness ditanamkan kepada para pekerja, maka dimensi yang lain akan mengikuti perkembangannya. Kemudian dimensi acceptance ada diurutan kedua, hal ini dikarenakan perlu ditingkatkannya kepedulian staff kontraktor atas keselamatan kerja pekerja. Apabila staff kontraktor menerapkan dengan baik, maka pekerja akan ikut berkontribusi dalam menerapkan sistem manajemen keselamatan kerja. Dimensi accountability menepati urutan ketiga dalam grafik diatas, hal ini menunjukan bahwa pekerja bertanggung jawab terhadap sistem keselamatan kerja diproyek dimana mereka bekerja. Hasil dari wawancara dari pekerja mengatakan keberhasilan suatu proyek merupakan tanggung jawab dari mereka semua. Karena para pekerja merasa bahwa mereka telah menjadi bagian dari proyek tersebut. Dan yang terakhir adalah dimensi others dimana menunjukan nilai terendah, karena pada dimensi ini lebih banyak membahas tentang persepsi umum tentang budaya keselamatan, dimana pekerja merasa bahwa lingkungan kerja sudah tercipta dengan aman namun masih perlu terus ditingkatkan. Grafik dapat dilihat pada Gambar 2. 3

5.00 4.00 3.00 2.00 Accountability 1.00 Proyek A Proyek B Proyek C Proyek X Gambar 2 Grafik Dimensi Persepsi Pekerja pada Tiap Proyek Dilakukan juga penelitian pada pandangan konsultan MK terhadap persepsi pekerja nya. Secara umum MK melakukan penilaian persepsi pekerjanya berdasarkan safe/unsafe act yang ditunjukan oleh pekerjanya. Menurut MK pekerja pada mumnya masih sering melakukan unsafe act meskipun sebenarnya persepsi mereka akan keselamatan sudah ada. Penilaian MK dapat dilihat pada Gambar 3 3.703 3.668 3.631 3.552 Accountability Gambar 3 Grafik Penilaian MK untuk Masing-Masing Dimensi Staff kontraktor dan MK akan sama-sama menilai persepsi pekerja ini dari perilaku pekerja di proyek karena mereka tidak dapat menilai pemikiran pekerja. Bedanya, staff kontraktor sudah tahu persis perkembangan pekerja sendiri dari awal hingga akhir sehingga apa yang dinilai oleh staff kontraktor adalah proses perkembangan dari persepsi pekerja itu sendiri sedangkan MK hanya akan melihat hasil akhir karena MK tidak ikut mendampingi perkembangan pekerja tersebut. Peneliti melakukan analisa mengenai perbedaan antara jenjang usia dan lama bekerja pekerja terhadap dimensi pekerja itu sendiri. Dari hasil analisaa yang dilakukan didapatkan bahwa pekerja yang lebih tua lebih memiliki dimensi persepsi yang lebih baik seperti yang digambarkan pada Gambar 4. MK 4

4.085 4.156 4.354 4.396 4.439 4.023 4.088 4.229 4.228 4.357 Accountability 4.019 4.171 4.229 4.243 4.327 4.102 4.082 4.036 4.208 4.429 Gambar 4 Grafik Hubungan Jenjang dengan Persepsi Pekerja Hal ini disebabkan karena para pekerja sudah kurang produktif, sehingga apabila mereka mengalami kecelakaan kerja akan lebih sulit penyembuhannya dibandingkan dengan pekerja yang masih muda. Dengan kondisi tersebut pekerja yang berusia akan lebih waspada akan keselamatan kerja. Selain menganalisa dari faktor usia, lama bekerja menjadi salah satu faktor yang dianalisa. Perbedaan lama bekerja pekerja terhadap persepsi mereka yang dapat dilihat pada Gambar 5 4.132 4.175 4.388 4.467 4.092 4.129 4.256 4.258 1 2-5 6-10 11 1 2-5 6-10 11 5

Accountability 4.122 4.155 4.243 4.248 4.088 4.118 4.225 4.092 1 2-5 6-10 11 1 2-5 6-10 11 Gambar 5 Grafik Hubungan dengan Persepsi Pekerja Dari pengalaman bekerja ini dapat mempengaruhi perilaku pekerja, karena ketika pekerja yang baru pertama kali bekerja dan masih belum memiliki pengalaman bekerja, maka mereka tidak memiliki pengetahuan apa-apa tentang keselamatan kerja. Oleh karena itu pihak staff kontraktor harus memberikan pengarahan- pengarahan melalui program yang telah direncanakan agar tercapainya tujuan zero accident pada proyek tersebut. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Persepsi pekerja terhadap sistem manajemen keselamatan pada proyek konstruksi di Surabaya sudah baik. Baik disini berarti persepsi pekerja sudah sama dengan tujuan dari sistem manajemen keselamatan itu sendiri. 2. Dimensi yang membutuhkan perhatian lebih adalah dimensi accountability karena nilainya pada tiap proyek menunjukan nilai paling rendah. Untuk meningkatkan hal ini perlu adanya peraturan yang tegas dari pihak staff kontraktor agar pekerja bisa bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja. 3. Perlu ada kepedulian dari staff kontraktor tentang keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasakan dampak dari sistem manajemen keselamatan dan bukan menjadikan hal ini hanya formalitas saja. 4. Menurut pandangan konsultan MK pekerja sudah mengerti akan sistem manajemen keselamatan, namun pada pelaksaannya masih belum berjalan dengan baik. Konsultan MK hanya dapat menilai dari perilaku pekerja saat bekerja dilapangan. 5. Dari hasil rata-rata jawaban pekerja terdapat perbedaan jawaban antara pekerja yang berusia lebih muda dengan pekerja yang lebih tua. Sama halnya dengan lama bekerja pekerja, dimana terdapat perbedaan jawaban antara pekerja dengan sedikit pengalaman bekerja dengan pekerja yang memiliki banyak pengalaman. 6. DAFTAR REFERENSI Annisha, F.B. (2011). Analisis Perilaku Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT.PP ( Persero) di Proyek Pembangunan Tiffany Apartemen Jakarta Selatan Tahun 2011. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Cooper, M.D. (2000). Toward a Model of Safety Culture. Safety Science, 36, 111-136. Kurniasih, D. dan Rachmadita, R. N. (2013).Pengukuran Budaya K3 Pada Tingkat Non Manajerial dengan Menggunakan Cooper s Reciprocal Safety Culture Model di PT.X. Jurusan Teknik Desain dan Manufaktur. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Reason, J.T. (1997), Managing The Risk of Organizational Accidents, Ashgate Publishing Ltd. Aldershot, Hants. 6