BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh: Melinda Vikasari NIM

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan kelompok-kelompok sosial (social alighment) yang akan

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9. Dwi tunggal. Tri Tunggal. Catur Tunggal.

BAB I. Apabila suatu bangsa tidak mengembangkan sumber-sumber manusianya, maka bangsa tersebut tidak akan dapat mengembangkan sistem politik,

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi adalah pers. mengembangkan pers di Indonesia pada saat itu.

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

No Perbedaan Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai atas Tanah Negara. perusahaan, pertanian, diperpanjang untuk. peternakan.

EKONOMI KOPERASI Teori dan Manajemen

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Presiden Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. para pendiri bangsa ini ketika merumuskan ide tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : 1. Memahami permasalahan sosial berkaiatan dengan pertumbuhan jumlah penduduk

BAB V KESIMPULAN. Perkembangan pendidikan rendah di Yogyakarta pada kurun. waktu dipengaruhi oleh berbagai kebijakan, terutama

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Letjen TNI (Purn) DR Tiopan Bernhard Silalahi, SH atau yang lebih di

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: (1887) dan Kota Raja di Aceh (1881)

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PANITIA NASIONAL PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di

BAB V PENUTUP. seperti Nasionalisme Radikal, Tradisi Jawa, Komunisme, Sosial Demokrat dan Islam,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: Pendidikan formal,

I. PENDAHULUAN. diakibatkan karena kepadatan penduduk yang semakin tinggi. mulai memperkenalkan kebijakan baru yang disebut dengan Politik Etis..

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang pernah dijajah sampai berabad-abad lamanya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai

BAB 6: SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN FILATELIS INDONESIA ANGGARAN DASAR PERKUMPULAN FILATELIS INDONESIA PEMBUKAAN

BERPERILAKU PANCASILA

SUKARNO DAN PANCASILA (KAJIAN ATAS RITUAL SIPIL SEBAGAI PRAKONDISI PANCASILA 1 JUNI 1945)

Pengelolaan Tambang Berkelanjutan, oleh Dr. Arif Zulkifli, S.T., M.M. Hak Cipta 2014 pada penulis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai pada individu, kelompok dan masyarakat. Perubahan tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan yang semakin bervariasi, dan memberi jalan ke arah pemenuhannya. Itulah sering kali para ahli mengatakan bahwa pendidikan mencetuskan harapan, oleh karena harapan itu terletak pada pendidikan. Henderson dalam Salam (2011:5) mengemukakan bahwa pendidikan suatu hal yang tidak dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang tidak boleh tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik. Dengan pendidikan manusia ingin atau berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan serta memperbaiki nilai-nilai, hati nuraninya, perasaannya, pengetahuannya dan keterampilannya. Orang Barat khususnya Belanda membawa sistem pendidikan mula-mula untuk anak mereka sendiri, kemudian diperluas untuk anak-anak Indonesia untuk mengisi kebutuhan mereka akan tenaga-tenaga administrasi tingkat rendah dan lapisan bawah dari tingkat menengah. Spanyol dan Portugis dibagian timur Indonesia, telah membawa pendidikan agama Katolik dengan mendirikan sebuah seminari di Ternate pada tahun 1536 dan mengajarkan agama serta tulis baca. Dalam tahun 1546 telah 1

ada 7 desa yang memeluk agama Katolik di Amboina. Sampai pada akhirnya Portugis kalah perang dengan Belanda pada tahun 1641. Perluasan agama Protestan melalui pendidikan pertama-tama dilakukan oleh VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Pada tahun 1617 kepada Gubernur Jenderal dan Raad van Indie disebutkan supaya VOC memperkembang agama Kristen dan mendirikan sekolah-sekolah untuk membendung agama Katolik (Said, 1981: 42-43). Pendidikan untuk umum di Indonesia dipelopori oleh kebijakan Kolonial Belanda yang dinamakan Politik Etis, yaitu sebagai politik balas budi untuk kesejahteraan bangsa pribumi. Pada tahun 1899, C. Th. Van Deventer menerbitkan sebuah artikel berjudul Een eereschuld, atau yang diartikan sebagai suatu utang kehormatan, yang menyatakan bahwa negeri Belanda berutang kepada bangsa Indonesia karena semua kekayaan yang telah diperas oleh mereka. Utang ini sebaiknya dibayarkan kembali dengan jalan memberi prioritas utama kepada kepentingan rakyat Indonesia di dalam kebijakan kolonial. Politik etis kemudian diumumkan dan disahkan secara resmi pada tahun 1901 oleh Ratu Wilhelmina. Pihak Belanda menyebutkan tiga prinsip yang dianggap merupakan dasar kebijakan baru tersebut: pendidikan, pengairan dan perpindahan penduduk (Ricklefs, 2010: 328). Perkembangan pendidikan di tanah Batak khususnya dimulai dengan datangnya tokoh pengembang agama Kristen yang paling terkenal yaitu Nommensen. Ia tiba pada 23 Juni 1862 di Barus. Untuk mendukung 2

keberhasilan misi agama, Nommensen mendirikan sekolah umum, sekolah teologi dan balai pengobatan (Simanjuntak, 2011: 75-76). Sekolah umum dan juga politik etis telah melahirkan kaum intelektual di Indonesia seperti Ir. Soekarno yang melahirkan Pancasila, Moh. Hatta yang melahirkan pemikiran mengenai koperasi. Ketertarikan manusia akan ilmu pengetahuan dan kesempatan yang luas di depan mata kemudian beberapa anak bangsa khsususnya pribumi untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan telah melahirkan para pemikir-pemikir di berbagai bidang. Salah satu pemikir yang muncul adalah Bungaran Antonius Simanjuntak. Melalui pendidikan dan keadaan sosial disekelilingnya telah menantang imajinasi dan kematangan sikap ilmiah Bungaran Antonius Simanjuntak untuk melahirkan ide-ide dalam berbagai bidang sosial budaya. Bungaran Antonius Simanjuntak telah banyak menyumbangkan pemikirannya baik dalam buku-buku dan juga tindakannya secara konkret. Dasar sah yang menyatakan bahwa Bungaran Antonius Simanjuntak mengkontribusikan pemikirannya ialah lewat terbitnya buku-buku beliau dan juga telah banyak menjadi pembicara dalam seminar-seminar baik lokal atau nasional. Untuk dapat mengetahui dan memahami karya-karya seseorang sepenuhnya, maka perlu mengetahui cakrawala intelektualnya yang mencakup tidak hanya kerangka konseptualnya dan metodologinya, tetapi juga latar belakang hidupnya, lingkungan hidupnya sehari-hari, pandangan hidup, 3

jiwa zaman dengan kata lain pengalamannya (Wacana Alternatif dalam Historiografi: 162). Bungaran Antonius Simanjuntak, selain sebagai penulis juga sebagai seorang yang aktif dan telah banyak mendirikan lembaga swadaya masyarakat seperti Kelompok Studi Penyandaran Hukum (KSPH) 1983, Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) 1985, Lembaga Konsultasi Pendidikan Bermutu Indonesia (LKPBI) 2000 dan masih banyak lagi. Inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengangkat judul Kontribusi Pemikiran Bungaran Antonius Simanjuntak Pada Bidang Sosial Budaya. Hal ini sangat menarik karena Bungaran Antonius Simanjuntak merupakan salah satu Guru Besar Sosiologi dan Antropologi di Indonesia khususnya di Universitas Negeri Medan, yang telah banyak memberikan kontribusi pemikirannya dalam bentuk kajian sosial budaya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1. Riwayat pendidikan Bungaran Antonius Simanjuntak. 2. Sumbangan pemikiran dari karya-karya tertulis Bungaran Antonius Simanjuntak 3. Pemikiran-pemikiran inovasi Bungaran Antonius Simanjuntak pada bidang sosial budaya. 4

C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah adalah : 1. Bagaimana riwayat pendidikan Bungaran Antonius Simanjuntak? 2. Apa sumbangan pemikiran dari karya-karya tertulis Bungaran Antonius Simanjuntak? 3. Apa sajakah pemikiran-pemikiran inovasi Bungaran Antonius Simanjuntak pada bidang sosial budaya? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui riwayat pendidikan Bungaran Antonius Simanjuntak. 2. Untuk mengetahui sumbangan pemikiran dari karya-karya tertulis Bungaran Antonius Simanjuntak. 3. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran inovasi dari Bungaran Antonius Simanjuntak pada bidang sosial budaya. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Menambah wawasan peneliti tentang kontribusi pemikiran Bungaran Antonius Simanjuntak pada bidang sosial budaya. 5

2. Sebagai informasi dan pengetahuan bagi para pembaca baik kalangan mahasiswa maupun masyarakat tentang kontribusi dan karya-karya yang telah ditulis oleh Bungaran Antonius Simanjuntak. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk referensi bahan perbandingan terhadap hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. 4. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. 6