BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

dokumen-dokumen yang mirip
MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. A. Pendahuluan. Museum, menurut International Council of Museums (ICOM), adalah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB II GAMBARAN UMUM DAN STRUKTUR BIROKRASI MUSEUM NASIONAL JAKARTA. A. Sejarah Singkat Museum Nasional Jakarta

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Keberadaan Museum Nasional Indonesia diawali dengan berdirinya lembaga

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan hiburan

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL NOTULEN RAPAT DENGAR UMUM KOMITE III DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semangat untuk melestarikan nilai-nilai kultural dan sosial dapat

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

Pelestarian Cagar Budaya

Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala. Oleh Junus Satrio Atmodjo

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maupun dari manca negara. dll) menjadi sesuatu yang bernilai penting bagi banyak pihak dengan berbagai

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Museum selalu mengalami perubahan dari masa ke masa. Keberadaan

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari ribuan pulau,

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling mempengaruhi tanpa dapat dipisahkan. 1. dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak gelombang reformasi bergulir wacana yang berkembang di kalangan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : 42 TAHUN 2009 NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB 4 Pameran dan Pengunjung Galeri Etnografi Museum Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

Ditulis oleh Teakoes Sabtu, 08 Oktober :27 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 08 Oktober :11

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya 1. Kebudayaan memiliki nilai yang sangat penting bagi suatu bangsa karena menunjukkan tingkat peradaban bangsa. Kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus dilestarikan guna memperkukuh jati diri bangsa, mempertinggi harkat dan martabat bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi terwujudnya cita-cita bangsa pada masa depan. Pemerintah mempunyai kewajiban melaksanakan kebijakan untuk memajukan kebudayaan Indonesia dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hasil karya bangsa Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Warisan budaya berupa cagar budaya adalah penting untuk dipertahankan keberadaannya karena mengandung nilai-nilai seperti sejarah, estetika, ilmu pengetahuan, etnologi, dan keunikan yang terwujud dalam bentuk benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya. Cagar budaya sebagai sumber daya budaya memiliki sifat rapuh, unik, langka, terbatas, dan tidak terbarui. Cagar budaya perlu dilindungi dari ancaman 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. 1

2 pembangunan fisik, baik di wilayah perkotaan, pedesaan, maupun yang berada di lingkungan air, dan diperlukan pengaturan untuk menjamin eksistensinya. Upaya pelestarian cagar budaya harus mencakup prinsip pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan serta memperhatikan keseimbangan antara kepentingan ideologis, akademis dan sosiologis. Upaya pelestarian cagar budaya salah satunya dilakukan oleh lembaga museum. Bahwa museum mempunyai fungsi untuk melindungi cagar budaya dan bukan cagar budaya. Museum merupakan lembaga permanen yang tidak mencari keuntungan guna melayani masyarakat dengan tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan seperti apa yang telah diatur dalam pasal 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Museum mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Museum menjalankan fungsi sebagai lembaga pendidikan non formal. Bahwa satu-satunya tujuan museum adalah pendidikan dalam segala aspeknya. Museum menjadi sarana belajar tanpa mengambil alih peran guru. Museum memiliki benda-benda bersejarah dan benda-benda budaya yang merupakan salah satu media pembelajaran yang sangat penting. Cerminan pengertian di atas tertuang dalam sejarah lahirnya Museum Nasional yang diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun

3 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda) dan secara tidak langsung mampu mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis 2. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen merupakan lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu Biologi, Fisika, Arkeologi, Kesusastraan, Etnologi dan Sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian. Lembaga ini mempunyai semboyan "Ten Nutte van het Algemeen" (untuk kepentingan masyarakat umum) dan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Museum dan Perpustakaan. Museum tersebut sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah" karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum tersebut pada tahun 1871, dan kadang kala disebut juga "Gedung Arca" karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode. Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan 2 History of the Museum, http://www.museumnasional.or.id/about/history_of_the_museum.html. diakses tanggal 10 Mei 2014 jam 09.00 WIB.

4 Kebudayaan, Nomor 092/0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional. Museum Nasional saat ini bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Museum Nasional mempunai visi yang mengacu kepada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu "Terwujudnya Museum Nasional sebagai Pusat Informasi Budaya dan Pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan nasional, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa". Salah satu upaya untuk melestarikan benda-benda cagar budaya adalah dengan menempatkan, memelihara, dan merawat benda tersebut di museummuseum, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun pihak swasta. Perlindungan benda cagar budaya tidak hanya ditinjau dari aspek kelembagaan sebuah museum, akan tetapi perlu juga ditinjau dari aspek perlindungan hukumnya. Perlindungan hukum merupakan hal yang penting dalam upaya melindungi dan menjaga keutuhan benda-benda cagar budaya dari kepunahan dan kerusakan. Perlindungan hukum adalah perlindungan yang didasarkan pada aturan-aturan atau norma hukum, terutama yang tercantum dalam peraturan perundangundangan. Peraturan perundang-undangan yang jelas, akan memberikan kepastian hukum dan arah tindakan yang tepat tentang hal-hal apa dan bagaimana yang harus dilakukan dalam menangani dan menyelesaikan berbagai persoalan yang ditemui secara nyata di lapangan.

5 Pada akhir tahun 2013 telah terjadi pencurian di Museum Nasional dengan hilangnya 4 (empat) buah benda cagar budaya berupa artefak emas dalam display museum, yang terdiri dari: 1. Lempeng Naga mendekam berinskripsi, bernomor inventaris 783 B, berukuran 5,6 cm x 5 cm, peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, Jawa Timur abad 10 M; 2. Lempeng Bulan Sabit beraksara, berukuran 8 x 5,5 cm, dari Jawa Timur abad 10 Masehi; 3. Wadah Bertutup, nomor inventaris 783 (a)/a 130/3031, diameter 6,5 cm dan tinggi (dengan tutup) 6,5 cm, dari Jawa Timur abad 10 Masehi; dan 4. Lempeng Harihara nomor inventaris 6086/A 76, ukuran 10,5 x 3,5 cm, dari Jawa Timur abad 10 Masehi. 8 (delapan) bulan berlalu, Kepolisian Republik Indonesia belum juga bisa mengungkap kasus ini. 4 benda cagar budaya berupa Artefak Emas tersebut hilang pada hari Rabu tanggal 11 September 2013 lalu 3. Peristiwa pencurian yang terjadi di Museum Nasional sangat memprihatinkan karena pencurian tersebut telah terjadi untuk kelima kalinya. Pencurian benda bersejarah di Museum Nasional pertama kali dilakukan oleh kelompok pimpinan Kusni Kasdut pada tahun 1960. Kemudian kasus pencurian di museum tersebut kembali terjadi pada tahun 1979. Pada saat itu, sejumlah koleksi Uang Logam bersejarah raib digondol pencuri. Ketiga, pencurian koleksi Keramik senilai 1,5 (satu koma lima) miliar dan belum terungkap sampai saat ini. Pada 3 Polisi Belum Bisa Ungkap Pencurian di Museum Nasional, http://news.detik.com/read/2014/02/20/151049/2503587/10/aneh-polisi-belum-bisa-ungkappencurian-di-museum-nasional?nd771104bcj. diakses pada tanggal 3 Mei 2014, pukul 10.35.

6 tahun 1996, Museum Nasional kembali dibobol untuk keempat kalinya. Pada saat itu, koleksi lukisan karya Basoeki Abdullah, Raden Saleh, dan Affandi raib digondol pencuri, koleksi lukisan tersebut akhirnya dikembalikan kepada negara setelah diketahui keberadaannya di Balai Lelang Christy, Singapura. Terakhir, kasus yang baru saja terjadi pada tanggal 11 September 2013 yang lalu, yaitu hilangnya empat koleksi Artefak Emas. 4 Museum Nasional menyimpan koleksi sebanyak 141.000 benda bernilai sejarah yang terdiri 61.600 benda prasejarah dan antropologi, 5.000 benda arkeologi yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara serta benda-benda numismatik, heraldik, keramik, etnografi, relik sejarah, benda berharga dan geografi. 5 Sumber koleksi banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda dan pembelian. Koleksi keramik dan koleksi etnografi Indonesia di museum ini cukup lengkap. Kasus pencurian benda cagar budaya yang terjadi di seluruh Indonesia berakibat pada hilangnya nilai budaya yang dikandungnya, bahwa benda cagar budaya tersebut merupakan saksi bisu dan cerminan dari sejarah perkembangan masyarakat Indonesia. Di samping pencurian benda cagar budaya, ada pencurian terhadap nilai yang menjadi jati diri bangsa Indonesia, seperti halnya dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. 4 Dalam Setengah Abad, Museum Nasional Kebobolan 5 Kali, http://nasional.kompas.com/read/2013/09/13/1639026/dalam.setengah.abad.museum.nasional.k ebobolan.5.kali, diakses tanggal 21 Juni 2014 jam 09.00 WIB. 5 Koleksi Museum Nasional harus diduplikasi, http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/09/130913_museum_pencurian.shtml, diakses tanggal 21 Juni 2014 jam 09.00 WIB.

7 Insiden pencurian tersebut membuktikan masih lemahnya perlindungan hukum terhadap cagar budaya berupa Artefak Emas yang menjadi koleksi Museum Nasional. Kelemahan tampaknya juga terkait perangkat perundangundangan kita yang masih lemah. Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan kepentingan nasional. Upaya menjaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan, penemuan, pencarian, perlindungan, pemeliharaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pengawasan benda cagar budaya khususnya yang disimpan di dalam museum. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah faktor yang melatarbelakangi terjadinya pencurian terhadap benda cagar budaya? 2. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum terhadap benda cagar budaya khususnya di Museum Nasional? C. Tujuan Penelitian adalah: Mengacu pada perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini,

8 1. Untuk mengkaji faktor yang melatarbelakangi terjadinya pencurian Benda Cagar Budaya. 2. Untuk mengkaji prosedur perlindungan hukum terhadap Benda Cagar Budaya di Museum Nasional. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat, bagi: 1. Pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang ilmu hukum. Kegunaan akan diperoleh pada bidang hukum cagar budaya, sebagai hukum yang mengatur salah satu upaya perlindungan hukum terhadap pelestarian cagar budaya yang meliputi upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya. Dalam konteks pengembangan pengetahuan seperti inilah, kajian ini memberikan manfaat atau arti pentingnya bagi hukum di bidang cagar budaya. 2. Penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna pengembangan kebijakan dan hukum di bidang cagar budaya dengan mengkaji kembali aspek kepastian hukum khususnya perlindungan hukum terhadap benda cagar budaya di Museum. Atas dasar itu dapat dikembangkan langkah-langkah yang dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki pembangunan hukum di bidang cagar budaya dimasa datang, khususnya dapat memberikan masukan terhadap penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelestarian Cagar Budaya dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Museum.

9 E. Keaslian Penelitian Peneliti telah melakukan penelusuran kepustakaan yang dilakukan pada berbagai perpustakaan hukum baik di Fakultas Hukum maupun Program Pascasarjana terhadap hasil-hasil penelitian dan karya-karya ilmiah lainnya, namun tidak menemukan permasalahan yang sama dengan yang peneliti tulis dalam penelitian ini. Namun demikian terdapat beberapa hasil penelitian yang memuat sebagian unsur-unsur dari penelitian ini namun berbeda dalam pengkajian permasalahannya. Beberapa hasil penelitian tersebut antara lain adalah : 1. Penelitian yang berjudul Perlindungan Hukum Benda Cagar Budaya Terhadap Ancaman Kerusakan di Yogyakarta yang disusun oleh Francisca Romana Harjiyatni, SH., mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Janabadra, Yogyakarta pada tahun tahun 2011. Penelitian ini mengangkat permasalahan, pertama apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan dan kemusnahan benda cagar budaya di kota Yogyakarta. Kedua, apakah kendalakendala yang muncul dalam memberikan perlindungan benda cagar budaya di kota Yogyakarta. Ketiga, bagaimanakah perlindungan hukum benda cagar budaya yang ada di kota Yogyakarta. 2. Penelitian yang berjudul Perlindungan Hukum terhadap Benda Cagar Budaya di Kota Malang yang disusun oleh Andrea Angelina Cipta Wijaya, SH., mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 2014. Penelitian ini mengangkat permasalahan, pertama bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap benda cagar budaya berdasarkan pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya di Kota

10 Malang. Kedua, apa hambatan dan upaya Dinas Kebudayaan dalam melaksanakan perlindungan hukum terhadap benda cagar budaya di Kota Malang. 3. Penelitian yang berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Benda Cagar Budaya Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya (Studi Kasus: Pencurian dan Pemalsuan Karya di Museum Radya Pustaka Surakarta) yang disusun oleh Sutekad Mujiraharjo, SH. MH mahasiswa Magister Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010. Penelitian ini mengangkat permasalahan, pertama bagaimanakah perlindungan hukum terhadap karya peninggalan prasejarah. Kedua, bagaimanakah penyelesaian hukum atas pencurian dan pemalsuan karya peninggalan prasejarah di museum Radya Pustaka Surakarta. Berangkat dari alasan di atas, maka penulisan dan penelitian ini akan memberikan paparan, gambaran dan analisis yuridis tentang faktor yang melatarbelakangi terjadinya pencurian benda cagar budaya dan bagaimanakah prosedur perlindungan hukum yang seharusnya dilakukan terhadap Benda Cagar Budaya di Museum Nasional. Penelitian tentang Perlindungan Hukum Terhadap Benda Cagar Budaya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya (Studi Kasus : Pencurian Benda Cagar Budaya Di Museum Nasional) ini jelas berbeda dengan ketiga penelitian tersebut di atas. Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli.