BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 5% meninggal (Lamsudin, 1998) dan penyebab kematian yang ketiga setelah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dari sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vaskular, termasuk infark

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I dekade berada pada peringkat ke-3 (Minino et al., 2011). Menurut American

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD).

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma yang bercirikan defisit neurologis onset akut yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Lebih dari orang meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), stroke. merupakan penyebab kematian kedua di dunia sebanyak 6,9 juta di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2004).Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lozano et al dengan

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

Objective: To find out the correlation between stroke subtype, vascular territory with pneumonia and mortality in acute stroke.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul: AKUT.

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh sebab vaskular (WHO, 2004). Insiden stroke di Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. merokok, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki. kurang beristirahat dan berolahraga. (Auryn, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang

I. PENDAHULUAN. antaranya mengalami kecacatan. (Markus, et al, 2010). Di Indonesia, 8 dari 1000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB I PENDAHULUAN. ke otak disebut sebagai arteri. Otak membutuhkan. suplai darah yang konstan, dimana pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga

ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia (Carlo, 2009). Setiap tahunnya terdapat 16.000.000 kasus baru dan 5.700.000 kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan populasi serta intervensi yang memadai, diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat menjadi 18.000.000 kasus baru pada tahun 2015 dan 23.000.000 pada tahun 2030 (Strong et al., 2007). Jika neoplasma tidak dimasukkan, maka stroke menempati peringkat kedua teratas sebagai penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik (Carlo, 2009). Menurut WHO (2010), stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berl angsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain gangguan vaskular. Proses patologis yang menyebabkan stroke dapat berupa iskemia maupun perdarahan. Stroke iskemik terjadi dua pertiga kasus dan stroke perdarahan sepertiganya (Simon et al., 2009). Selama satu dekade terakhir, stroke hemoragik spontan mencapai 10% dari semua stroke di negara maju dan 20% stroke di negara berkembang, dengan tingkat mortalitas dalam satu bulan mencapai masing-masing 25-35% dan 30-48% (Josephon et al., 2010). Peneliti lain melaporkan bahwa 40,9% stroke adalah hemoragik, peningkatan ini mungkin karena tersedianya CT scan atau karena 1

2 peningkatan penggunaan antiplatelet dan warfarin (Shiber et al., 2010). Satu dekade terakhir banyak penelitian meningkatkan pemahaman tentang stroke, namun kebanyakan penelitian fokus pada stroke iskemik (Ikram et al., 2012). Insidensi stroke hemoragik lebih rendah dibanding stroke iskemik. Stroke hemoragik lebih sering menyebabkan kematian atau disabilitas berat dibanding stroke iskemik atau perdarahan subarakhnoid. Stroke hemoragik dan edema yang menyertai dapat mengganggu dan menekan jaringan otak disekitarnya sehingga menyebabkan disfungsi neurologis. Pergeseran parenkim otak yang substansial dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan berpotensi menimbulkan sindroma herniasi (Liebeskind & Lutsep, 2011). Stroke hemoragik biasanya disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma akibat hipertensi maligna. Stroke hemoragik paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum dan batang otak. Hipertensi menyebabkan arteriola dalam otak mengalami perubahan patologis berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta aneurisma tipe Bouchard (Caplan, 2000). Penggunaan alkohol, kadar kolestrol kurang dari 4,1 mmol perliter, angiopati amiloid serebral dan faktor genetik seperti mutasi gen yang mengkode subunit α dari faktor XII juga dilaporkan sebagai faktor risiko stroke hemoragik (Qureshi et al., 2001). Stroke menyebabkan defisit neurologis, dengan tanda dan gejala akut adalah hemidefisit motorik, hemidefisit sensorik, penurunan kesadaran, kelumpuhan sentral nervus fasialis dan nervus hipoglosus, gangguan fungsi luhur seperti kesulitan untuk berbicara (afasia) dan fungsi int elektual gangguan (demensia), hemianopsia dan defisit batang otak (Allen, 1984; Solenski, 2004).

3 Pengukuran kuantitatif defisit neurologis pasien stroke merupakan keterampilan medis yang penting yang dapat memprediksi prognosis dan dapat membantu langkah berikutnya dari pengelolaan pasien (Roden -Jullig et al., 2000; Intercollegiate Stroke Working Party, 2008). Evaluasi status neurologis yang ideal pada pasien stroke, jika memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Kriteria tersebut berupa variabel yang diteliti dengan mudah dilakukan, tidak membingungkan, dan setiap variabel memiliki gradasi minimum sehingga variabilitas antar pengamat dapat diminimalkan. Variabel yang diukur harus relevan dengan stroke, mudah digunakan dan diinterpretasikan oleh praktisi medis yang memiliki berbagai tingkat pendidikan kedokteran, layak dan dapat digunakan dalam waktu singkat (Cote et al., 1986). Sampai saat ini telah banyak sistem evaluasi yang digunakan untuk menentukan defisit neurologis pasien stroke. Sistem evaluasi ini difokuskan pada tanda dan gejala dimanifestasikan, meliputi hemidefisit motorik, tingkat kesadaran dan gangguan kognitif sebagai evaluasi penting untuk menentukan prognosis (Roberts et al., 1998; Muda et al., 2005). Berbagai skala penilaian telah digunakan untuk mengukur defisit neurologis penderita stroke. National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) adalah alat ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk mengukur kecacatan stroke. NIHSS telah terbukti mempunyai reliabilitas intra dan inter-rater dan validitas untuk memprediksi outcome stroke jangka panjang. Variabel-variabel yang termasuk dalam NIHSS meliputi derajat kesadaran, gerakan mata konjugat horizontal, lapang pandang pada tes konfrontasi, kelumpuhan wajah, kekuatan

4 motorik ekstremitas, ataksia, sensoris, bahasa, disarthria dan inatensi. NIHSS dapat menjadi alat memprediksi memulangkan pasien karena telah banyak digunakan, mudah untuk dipelajari dan dapat diterapkan pada saat pasien masuk rumah sakit (Schlegel et al., 2003). Alat ukur lain yang digunakan untuk menilai keparahan stroke di Indonesia adalah Skala Stroke Gadjah Mada (SSGM). Saat ini di Bangsal Saraf dan Unit Stroke RSUP Dr. Sardjito menggunakan penilaian tersebut untuk memantau kondisi dan menilai prognosis pasien (Sanusi et al., 1999) Parameter untuk mengukur fungsi motorik dan disabilitas penderita stroke yang banyak digunakan adalah Indeks Barthel (IB) dan untuk pengukuran keterbatasan stroke yang lebih global, dipergunakan Skala Rankin yang dimodifikasi. Indeks Barthel meliputi penilaian fungsional 10 aktivitas sehari-hari. Nilai maksimal adalah 100 menunjukkan kemandirian penuh, skor >90 mengindikasikan fungsional hampir mandiri namun terganggu pada satu atau dua aktivitas. Akan tetapi kriteria untuk mengklasifikasikan pasien dengan keluaran klinis yang baik secara substansi bervariasi; ada yang menggunakan skor 50 sampai 95. Kenyataannya banyak pilihan batasan skor yang bervariasi dan belum divalidasi. Kay dan kawan-kawan serta Dennis dan kawan-kawan juga mengatakan bahwa skor <85 pasien membutuhkan bantuan untuk aktivitas kesehariannya, dengan sensitivitas 94-95% dan spesifikasi 80-86% (Sulter et al., 1999). Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa NIHSS telah luas dan dijadikan standar prediktor outcome pada pasien stroke. Penelitian ini

5 mempelajari apakah perbaikan dari skor NIHSS menjadi acuan pasien stroke hemoragik dapat dipulangkan. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan beberapa masalah, yaitu: 1) Stroke merupakan penyebab utama kecacatan, dapat menyebabkan terganggunya aktivitas hidup sehari-hari dan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar dalam terapi dan rehabilitasi. 2) Terdapat peningkatan jumlah insidensi stroke hemoragik, namun kebanyakan penelitian tentang stroke iskemik. 3) Pengukuran kuantitatif defisit neurologis pasien stroke yang terstandardisasi dibutuhkan memprediksi prognosis dan dapat membantu dalam langkah berikutnya dari pengelolaan pasien. 4) Banyak faktor yang dapat menentukan discharge planning pada pasien stroke hemoragik, hingga saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan perbaikan skor NIHSS mampu menjadi indikator untuk memulangkan pasien dari rumah sakit. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas timbul pertanyaan penelitian; yaitu apakah perbaikan defisit neurologis berdasarkan skor National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) skor saat masuk dan onset hari ke- 14 dapat sebagai indikator para dokter untuk memulangkan pasien stroke hemoragik dari rumah sakit?

6 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbaikan skor defisit neurologis berdasarkan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) dari skor saat masuk dan onset hari keempatbelas dapat sebagai indikator para dokter untuk memulangkan pasien stroke hemoragik dari rumah sakit. E. Manfaat Penelitian 1) Pemahaman peran perbaikan skor relatif NIHSS terhadap keluaran klinis stroke hemoragik. 2) Melengkapi acuan tindakan di rumah sakit mengenai penentuan perbaikan skor NIHSS terhadap keluaran klinis stroke hemoragik sehingga dapat digunakan sebagai dasar penentuan pasien dapat dipulangkan. 3) Memberikan data bagi institusi pendidikan, penelitian dan badan penyelenggara jaminan kesehatan mengenai peran skor NIHSS terhadap keluaran klinis stroke hemoragik, sehingga dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut, dan memberi kontribusi kemajuan ilmu kedokteran dan pengambilan keputusan untuk jaminan kesehatan. 4) Membantu para klinisi menentukan lamanya rawat inap pasien stroke hemoragik berdasarkan fase akut dan perbaikan skor NIHSS. 5) Membantu pasien dan keluarganya untuk efisiensi dana. F. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran yang berasal dari beberapa jurnal ilmiah tidak didapatkan penelitian mengenai perbaikan relatif skor NIHSS dari skor saat masuk dan onset hari keempat belas pada pasien stroke hemoragik sebagai acuan

7 para dokter untuk memulangkan dari rumah sakit. Penelitian-penelitian yang ada menggunakan skor NIHSS saat keluar rumah sakit untuk memprediksi outcome pasien stroke secara umum, tidak membahas tentang perbaikan relatif skor NIHSS saat masuk dan keluar rumah sakit sebagai acuan untuk memulangkan pasien stroke hemoragik dari rumah sakit. Tabel 1. Keaslian Penelitian Defisit neurologik awal sebagai prediktor paling penting dalam prognosis aktivitas hidup sehari- Penelitian Judul Metode Hasil Sanusi et al., 1999 Defisit Neurologik Awal Sebagai Prediktor Aktivitas hidup Seharihari Pasca Stroke Prospektif hari pasca stroke. Schlegel et al., 2003 Utility of the NIH Stroke Scale as a Predictor of Hospital Disposition Ahmed et al., 2004 Stroke Scale Score and Early Prediction of Outcome After Stroke Boone et al., 2005 NIHSS and acute complications after anterior and posterior circulation Dawodu & Olaniyan, 2012 Penelitian ini strokes The predictive value of the NIHSS for haemmorhagic stroke patients Perbaikan Skor National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) Sebagai Acuan Pasien Stroke Hemoragik Dapat Dipulangkan Dari Rumah Sakit Retrospective observational study prospektif prospektif Observasional Prospektif NIHSS memprediksi rawat jalan pasien stroke setelah perawatan, prediksi pada hari pertama admisi dapat mengurangi waktu, biaya dan efisiensi waktu lama rawat. NIHSS dapat menjadi prediktor outcome yang baik pasca stroke iskemik (p<0,001) NIHSS meningkat seiring dengan risiko peningkatan komplikasi medis. NIHSS memiliki pola yang berbeda saat diaplikasikan untuk stroke hemoragik