I. PENDAHULUAN. No.45 tahun 2009 tentang perikanandisebutkan dalam Pasal 1,perikanan

dokumen-dokumen yang mirip
INDEKS KEMATANGAN GONAD IKAN BAUNG

I. PENDAHULUAN. dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu

I. PENDAHULUAN. tengah dan selatan wilayah Tulang Bawang Provinsi Lampung (BPS Kabupaten

SKRIPSI INDEKS KEMATANGAN GONAD IKAN BAUNG

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG

2 Kegiatan usaha perikanan, khususnya perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh Nelayan Kecil dan Pembudiday

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA SEBAGAI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menyimpan sumber daya alam yang tinggi, yang dapat dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENGAPA PRODUKSI TANGKAPAN IKAN SARDINE DI PERAIRAN SELAT BALI KADANG MELEBIHI KAPASITAS PABRIK YANG TERSEDIA KADANG KURANG Oleh.

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

I. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri

I. PENDAHULUAN. Gurami merupakan jenis ikan air tawar atau payau dan hidup di dasar

I. PENDAHULUAN. beraneka jenis ikan hidup di perairan tersebut. Hal ini menjadi potensi alam yang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

BAB I PENDAHULUAN. penting salah satunya adalah teripang yang dikenal dengan nama lain teat fish, sea

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ini. Beberapa makanan kuliner yang ada di Riau berupaasam Pedas Ikan Patin,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

BAB I PENDAHULUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan kebutuhaan bahan. pangan akan meningkat pula. Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

STUDI ASPEK REPRODUKSI IKAN BAUNG (Mystus nemurus Cuvier Valenciennes) DI SUNGAI BINGAI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

MANAJEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BULUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. 1 dan Bisnis disektro Kelautan [10 Februari 2009].

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Teripang disebut juga mentimun laut (sea cucumber). Produk perikanan

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah munculnya penyakit yang

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi yang sangat besar di bidang perikanan dengan luas perairan lebih kurang 14 juta Ha terdiri dari rawa, sungai sebesar 11,9 juta Ha, 1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan (Tim Ikhtiologi,1989). Berdasarkan UU RI No.45 tahun 2009 tentang perikanandisebutkan dalam Pasal 1,perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistembisnis perikanan. Perikanan dapat dibagi menjadi dua, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap adalah usaha penangkapan ikan dan organisme air lainnya di alam liar (laut, sungai, danau, dan badan air lainnya). Perikanan tangkap mempunyai peranan penting dalam menopang ketahanan pangan di Indonesia, terutama dalam hal penyediaan ikan. Sebagai salah satu sumber protein hewani utama bagi masyarakat. Di Indonesia, dengan semakin meningkatnya konsumsi ikan per kapita, menyebabkan kebutuhan terhadap ikan juga mengalami peningkatan, sehingga mengakibatkan kegiatan produksi perikanan tangkap juga meningkat pesat (Purnomo, 2012). Salah satu jenis ikan hasil tangkapan potensial di Kabupaten Kutai Barat ialah ikan Baung (Mystus numurusc.v). 1

2 Kutai Barat merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang secara geografis terletak antara 113 0 048'49" sampai dengan 116 0 032'43" Bujur Timur serta di antara 103 0 1'05"Lintang Utara dan 100 0 9'33" Lintang Selatan (Kubarkab,2010). Kabupaten Kutai Barat dilintasi oleh Sungai Mahakam yang memiliki beberapa spesies khas, salah satunya ikan Baung. Ikan ini termasuk golongan ikan catfish dan ikan nokturnal yang aktif di malam hari (Kottelat dan Whitten, 1993). IkanBaung merupakan salah satu ikan primadona yang banyak digemari masyarakat Kutai Barat dikarenakan ikan ini memiliki rasa dagingnya enak, gurih, dan lezat melebihi rasa daging ikan patin, selain itu ikan Baung mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi dan rendah lemak. Sedangkan bagi nelayan, ikan baung memiliki peranan yang cukup besar bagi sosial ekonomi nelayan karena mempunyai nilai jual yang cukup mahal, yaitu Rp. 50.000 hingga Rp. 60.000 per kilogram, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Berdasarkan hal tersebut ikan Baung cenderung dieksploitasi oleh nelayan hal ini dibuktikan oleh pengamatan di pasar beberapa tahun terakhir dimana ikan Baung mengalami penurunan jumlah ukuran dan hasil tangkapan semakin berkurang, sedangkan populasi ikan Baung dulunya sangat melimpah dengan ukuran yang besar besar. Hal ini memberi indikasi kuat bahwa spesies ini telah mengalami kelebihan tangkap atau over exploitation.

3 Ikan Baung yang dipasarkan selama ini memperlihatkan ukuran yang relatif berbeda dari waktu ke waktu. Sedangkan, permintaan konsumen akan ikan Baung mengalami peningkatan. Sehingga, dikhawatirkan pada masa mendatang keberadaan ikan baungakan terancam, seperti kepunahan. Oleh sebab itu, agar pemanfaatan sumberdaya ikan Baung dapat dipertahankan, maka diperlukan informasi tentangkematangan gonad ikan yang dapat diketahui dengan menghitung indeks kematangan gonad (IKG), yaitu berat gonad dibagi dengan berat tubuh ikan.indeks kematangan gonad yang merupakan salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam biologi perikanan, dimana nilai IKG digunakan untuk memprediksi kapan ikan tersebut akan siap dilakukannya pemijahan. Pemijahan sebagai salah satubagian dari reproduksi dan sebagai mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup ikan baung. Sehingga, dapat dilakukan pengaturan alat tangkap (ukuran mesh size) yang selektif dan tidak terjadi penurunan populasi ikan Baung. Mengingat ikan Baung memiliki nilai sosial ekonomi yang besar bagi nelayan dan untuk mengantisipasi penurunan jumlah populasi ikan Baung di alam, maka perlu dilakukan kajian secara ilmiah melalui penelitian yang berfungsi sebagai sumber informasi dan sebagai dasar pertimbangan perencanaan pengelolaan sumberdaya ikan Baung. B. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai indeks kematangan gonad ikan Baung yang ada di sungai Mahakam belum pernah dilaporkan. Akan tetapi ada beberapa

4 penelitian tentang aspek reproduksi ikan Baung. Pada tahun 2013, Manarung dkk melaporkan penelitian mengenai studi aspek reproduksi ikan Baung di Sungai Bingai kota Binjai Provinsi Sumatera Utara dan pada tahun 2012, Siagian dkk melaporkan penelitian pemanfaatan hormon estradiol - 17β pematangan gonad ikan Baung. Dengan melihat penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan, dan melihat masalah yang ada di Kabupaten Kutai Barat maka perlu dilakukan penelitian indeks kematangan gonad ikan Baung dengan mengambil sampel di tempat pendaratan ikan (TPI) Bohoq. Dengan demikian peneliti menjamin keaslian penelitian ini dan dapat dipertanggungjawabkan. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana indeks kematangan gonad ikan Baung di Sungai Mahakam khususnya yang didaratkan di TPI Bohoq? 2. Pada ukuran berapakah ikan Baung pertama kali matang kelamin? D. Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kematangan gonad ikan Baung yang didaratkan di TPI Bohoq. 2. Untuk mengetahui ukuran ikan Baung matang kelamin pertama kali. E. Manfaat Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi pada ukuran berapa ikan Baung matang gonad dan siap melakukan pemijahan, sehingga pemanfaatan sumber daya ikan Baung dapat dilakukan dengan optimal dan berkelanjutan, serta sebagai himbauan bagi nelayan untuk tidak melakukan

5 pemanenan atau penangkapan ikan Baung pada saat tertentu dimana IKG meningkat.