STUDY ON LAND CONVERSION RUBBER PLANTATION BECAME PALM OIL PLANTATIONS IN KENAGARIAN BIDAR ALAM DISTRICT OF SANGIRJUJUANSOUTH SOLOK By: Widia Marta Siska*Erna Juita**Yuherman** * Geography Department of Students Education STKIP PGRI West Sumatera ** Guest Lecturer Of Geography Department Of STKIP PGRI Sumbar ABSTRACT This purpose of research is to get data and information that; 1) Income, 2) Management of Land Conversion Study of Rubber Plantation became palm oil plantations in kenagarian bidar alam district of sangir jujuan south solok. Type of this research was a descriptive of research,that the population of this research is the whole head of family in kenagarian bidar alam district of sangir jujuan south solok. The Sample was taken by proportional random sampling that is equal to 30% so that the sample of this research was 68 head of family. Type ofprimary and secondary data. Techniques of data collectionused questionnaires. The research instrument usedquestionnaire. Data were analyzed usingpercentageformula. The results ofthis studyindicatethat: 1) head ofthe familyincomein convertingrubberplantation landinto oil palm plantationscan be seenin generalareclassified aspublic revenueof Rp. 2,000,000-Rp.2.900.000 about60.29% of family heads who answered. 2) The managementhead of the familyin convertingrubberplantation landinto oil palm plantations, canseen atgeneralhead offamily in the maintenance of their palm oil Just spray answered 35 head of the family 51.47% of the 68 respondents who answered. Key word: Conversion rubber plantation became palm oil plantations
STUDI TENTANG KONVERSI LAHAN PERKEBUNAN KARET MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KENAGARIAN BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN Oleh: Widia Marta Siska*Erna Juita**Yuherman** *Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat **Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yaitu ; 1) Pendapatan, 2) Pengelolaan tentang Studi Konversi Lahan Perkebunan Karet Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kepala keluarga di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. Sampel diambil secara proportional random sampling yaitu sebesar 30% sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 68 kepala keluarga. Jenis data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Teknik analisis data menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pendapatan kepala keluarga dalam mengkonversi lahan perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit ini dapat dilihat pada umumnya pendapatan masyarakat tergolong sedang yaitu Rp. 2.000.000-Rp.2.900.000 sekitar 60,29% kepala keluarga yang menjawab. 2) Pengelolaan kepala keluarga dalam mengkonversi lahan kelapa sawit, dapat dilihat pada umumnya kepala keluarga dalam pemeliharaan kelapa sawit mereka hanya menyemprot saja menjawab 35 kepala keluarga 51,47% dari 68 responden yang menjawab. Kata Kunci: Konversi lahan kelapa sawit
1. PENDAHULUAN Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman, dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang bearti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang (FAO dalam ditorus 2004). Secara lebih rinci, istilah lahan atau lend dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah dipermukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia di masa lalu dan sekarang yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Lahan pertanian terutama perkebunan karet masyarakat memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna mendapatkan hasil pertanian bagi kebutuhan umat manusia. Menurut (Bintarto) berpendapat: lahan dapat diartikan sebagai lend settlemen yaitu suatu tempat atau daerah penduduk berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya. Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati (Goenadi 2005). Karet (hevea brasilliensis muell arg) adalah tanaman getah getahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jariangan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian mencapai 15 m sampai 25 m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi ke atas. Batang tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata bewarna pucat hingga kecoklatan dan sedikit bergabus dan dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika gerak langkah pembangunan serta pertumbuhan penduduk, penggunaan lahan mulai terusik. Salah satu permasalahan yang cukup terkait dengan adanya lahan pertanian masyarakat adalah terjadinya perubahan lahan/konversi lahan terutama lahan perkebunan karet masyarakat. Sebagian besar perubahan lahan terjadi menjadi perkebunan kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan dengan alasan terutama kebutuhan investasi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif atau masalah terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri (Utomo dkk 1992 dalam Yeniagustien 2011). Konversi lahan berarti perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik (Yeniagustin 2011). Konversi lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari suatu sisi penggunaan ke penggunaan di ikuti berkurangnya atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama ada keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan suatu kehidupan yang lebih baik. Sejalan dengan itu (Sinaga 2006), mengartikan konversi lahan sebagian
transformasi dalam bentuk pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Pengertiannya terutama di fokuskan pada proses di alihfungsikannya lahan dari lahan kelapa sawit. Konversi lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat adanya persaiangan dalam sektor pertanian yang muncul akibat adanya fenomena ekonomi, dan sosial yaitu keterbatasan sumber daya alam, pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Luas lahan tidak akan pernah bertambah luas, tetapi permintaan terhadap tanah terus tetap meningkat untuk sektor pertanian atau perkebunan salah satunya perkebunan kelapa sawit (Utomo 2009). Perluasan daerah perkebunan kelapa sawit pada saat ini telah meluas hampir kesemua kepulauan besar di Indonesia. Selama 19 tahun terakhir, ekspensi perkebunan kelapa sawit mencapai rata-rata 315.000 Ha/tahun. Sampai saat ini Indonesia memiliki kurang lebih 7 juta hektar lahan yang telah ditanami kelapa sawit. Di luar itu, sekitar 18 juta hektar hutan telah dibuka atas nama ekspansi perkebunan kelapa sawit. http: www.goole.com Solok Selatan merupakan Kabupaten yang daerahnya agraris, dimana sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Namun akhir-akhir ini telah banyak di daerah Solok Selatan yang mengalami pengurangan lahan pertanian yaitu pengalihan lahan dari lahan perkebunan karet menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, salah satu daerah di Solok Selatan yang telah mengalami konversi lahan adalah Kecamatan Sangir Jujuan yaitu di Kenagarian Bidar Alam. Masyarakat di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan pada umumnya merubah lahan perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan observasi awal penyebab perubahan kelapa sawit yang dilakukan masyarakat di duga karena hasil dari kebun karet tidak menjamin untuk kesejahteraan keluarga dan juga tidak mencukupi untuk biaya pendidikan anak. Selain itu perubahan ini juga terjadi karena kelapa sawit lebih menjamin masa depan dan hari tua sebab kelapa sawit merupakan jenis taanaman tua yang sudah bisa dipanen dalam waktu tiga tahun dan hasilnya juga bisa dipanen secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang. Oleh sebab itu masyarakat Kenagarian Bidar Alam mengkonversi lahan perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit dimana luas perkebunan karet Kenagarian Bidar Alam sekitar 489 hektar (Kantor Wali Nagari Bidar Alam 2014). Seiring dengan itu tidak tertutup kemungkinan untuk beberapa tahun kedepan perkebunan karet di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan akan semakin berkurang dan menyempit, apabila minat masyarakat dalam melakukan perubahan lahan perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit semakin tinggi, akibatnya kondisi lahan mengalami kekeringan, tandus, padat dan keras. Hal ini disebabkan karena tanaman kelapa sawit sangat banyak menyerap air dan sari makanan didalam tanah, karena kelapa sawit mempunyai akar serabut. Beranjak dari kenyataan yang ada, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan yang dituangkan dalam sebuah penelitian yang berjudul Studi tentang Konversi Lahan Perkebunan Karet Menjadi Perkebunan kelapa Sawit di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. A. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pendapatan masyarakat yang melakukan konversi lahan perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. 2. Pengelolaan konversi lahan perkebunan keret menjadi perkebunan kelapa sawit di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. 3. Pengetahuan masyarakat yang melakukan konversi lahan perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. 4. Apa saja yang mempengaruhi masyarakat untuk melakukan
konversi lahan perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. B. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel yang diteliti adalah: 1) Pendapatan masyarakat dan, 2) Pengelolaan lahan. 2. Subjek penelitian Yang menjadi subjek penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang melakukan konversi lahan perkebunan di Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. 3. Objek Penelitian Adapun objek penelitian ini di lakukan adalah di Kenagarian Bidar Alam, Kecamatan Sangir Jujuan, kabupaten solok selatan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka masalah yang akan diteliti meliputi: 1. Bagaimana pendapatan masyarakat yang melakukan konversi lahan kelapa sawit di Kenagarian Bidar Alam? 2. Bagaimana pengelolaan lahan kelapa sawit di Kenagarian Bidar Alam? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang: 1. Pendapatan masyarakat yang melakukan konversi lahan perkebunan di Kenagarian Bidar Alam 2. Pengelolaan lahan perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawitdi Kenagarian Bidar Alam. E. Kegunaan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1. Salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Pendidikan Pendidikan Geografi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang. 2. Dapat memberikan sumbangan pikiran kepada masyarakat tentang konversi lahan perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. 3. Peneliti lanjutan yang ingin melanjukan penelitian ini. II. METODELOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif karena penelitian ini berguna untuk mengungkapkan masalah yang terjadi ditengah masyarakat pada saat ini dan sebagaimana adanya. Menurut Arikunto (2010) mengatakan bahwa penelitian deskriptif penelitian yang di maksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Serta penelitian ini juga berusaha mengungkapkan data secara ilmiah dengan menjalani langkah-langkah dan proses untuk sampai pada suatu kesimpulan yang diinginkan dengan cara mencari informasi sebanyak mungkin melalui informan dan melalui pengamatan dilapangan. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, Arikunto (2010). Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan konversi lahan perkebunan adalah Kenagarian Bidar Alam, dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 784 KK, dan jumlak kepala keluarga (KK) yang melakukan konversi lahan perkebunan karet menjadi perkebun kelapa sawit sebanyak 227 KK (Kantor Wali Nagari Bidar Alam, 2014). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara tehadap responden yang melakukan konversi lahan kelapa sawit di daerah penelitian dengan penelitian menggunakan angket atau kuisioner langsung terhadap unit penelitian dilapangan yang mengacu kepada kepala keluarga yang melakukan konversi lahan
kelapa sawit di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. Teknik analisa data yang digunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah secara deskriptif yaitu digunakan statistik berupa formula persentase karena tujuannya adalah melihat kecenderungan indikator masing-masing variabel dengan rumus P = f n 100% III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan deskriptif data mengenai pendapatan, pengetahuan, dan pengelolaan kepala keluarga yang melakukan konversi lahan perkebunan maka dapat dijelaskan bahwa : Pertama, Pendapatan keluarga yang melakukan konversi lahan kelapa sawit di Kenagarian Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan rata-rata perbulan Rp. 2.000.000-2.900.000 sebanyak 41 kepala keluarga (60,29%) dari 68 responden yang menjawab. Temuan ini ternyata sama dengan Hull (1976) di kutip oleh Nawi (1992) dalam Kurniadi (2006) menyatakan bahwa pendapatan adalah gambaran yang lebih tentang ekonomi keluarga yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan atau kekayaan keluarga termasuk semua barang atau hewan peliharaan di pakai dalam membagi pendapatan menjadi tiga kelompok yang tinggi, sedang rendah. Kedua, Pengelolaan kepala keluarga mengkonversi lahan perkebunan dilihat dari pengelolaan kepala keluarga mengenai Jenis pupuk yang diberikan pada tanaman kelapa sawit pada umumnya kepala keluarga memilih pupuk Urea sebanyak 61 responden (89,70%) karena selain harga terjangkau pupuk Urea bisa larut tanpa air dan dapat mengemburkan tanah/menyuburkan tanah, pengelolaan kepala keluarga dilihat dari menentukan buah yang sebaiknya sudah siap untuk dipanen pada umumnya menjawab buahnya sudah membentuk warna kehitaman sebanyak 68 responden (100%) karena sudah bisa dikatakan matang, alat yang digunakan untuk proses panen ketika berumur 7 tahun memilih egrek sebanyak 48 responden (70,59%) karena kelapa sawit pada umur 7 tahun sudah tinggi dapat berfungsi membuang pelepah pada saat proses panen, dan memindahkan bibit waktu penanaman pada umur 2 tahun sebanyak 35 responden (51,47) bibit tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu mudah karena umur 2 tahun bibit sudah membentuk duri, ini dapat mencegah hama atau binatang lain yang mengganggu tanaman tersebut. pengelolaan kepala keluarga melakukan pemupukan terhadap tanaman kelapa sawit pada umumnya kepala keluarga menjawab pernah sebanyak 59 responden (86,76), berapa kali melakukan pemupukan tanaman kelapa sawit pada umumnya menjawab 6 bulan sekali sebanyak 53 responden (77,95) yang menjawab, sebaiknya pemupukan paling kurang 4 bulan sekali. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pemeliharaan lahan kelapa sawit pada umumnya kepala keluarga menjawab penyemprotan sebanyak 35 responden (51,47), pemberantasan hama (penyemprotan) karena dengan cara itu sangat penting dalam peningkatan jumlah hasil panen. Proses pemeliharaan yang dilakukan supaya tidak terganggu masa pembuahan pada umumnya kepala keluarga menjawab memangkas pelepah yang sudah mulai layu sebanyak 54 responden (79,41%) agar tidak menghambat tumbuhnya buah. Jarak dalam penanaman kelapa sawit pada umumnya kepala keluarga menjawab 9x9 meter sebanyak 32 responden (47,06), karena dapat menghindari bertemunya ujung pelepah agar tidak mengganggu proses pembuahan kelapa sawit. Ternyata pertemuan ini sama dengan Gusnita (2008) tujuan pengelolaan lahan adalah: a) mengatur manfaat sumber daya lahan pertanian secara optimal b)mendapatkan hasil yang maksimal dan c) mempertahankan kelestarian sumber daya lahan. Sedangkan sistem pengelolaan lahan meliputi pengelolaan lahan, pemupukan, dan sistem tanam. IV. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pendapatan masyarakat mengkonversi lahan perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit pada umumnya sedang, ini dapat dilihat pendapatan masyarakat rata-rata perbulan
berkisar antara Rp. 2.000.000-Rp. 2.900.000. sebanyak (60,29%) dari 68 kepala keluarga yang menjawab. 2. Pengelolaan dapat dilihat dari pengelolaan kepala keluarga tentang jenis pupuk yang diberikan pada tanaman kelapa sawit menjawab pupuk urea sebanyak (89,70%), menentukan buah yang sudah siap untuk dipanen sebanyak (100%), alat yang digunakan umumnya kepala keluarga menjawab egrek sebanyak (70,59%), dan umur memindahkan bibit umumnya menjawab 2 tahun sebanyak (51,47%) dari 47 kepala keluarga yang menjawab pemupukan pada umumnya menjawab pernah (86,76%), waktu pemupukan 6 bulan sekali yang menjawab sebanyak (77,95%), dalam pemeliharaan menjawab penyemprotan sebanyak (51,47%), proses pemeliharaan lahan perkebunan kelapa sawit pada umumnya yang menjawab memangkas pelepah yang sudah mulai layu sebanyak (79,41%) dan jarak tanam pada umumnya menjawab 9 9 sebanyak (47,06%) dari 68 kepala keluarga yang menjawab. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menindak lanjuti penelitian ini bisa dijadikan rujukan dan pedoman yang berguna. DAFTAR PUSTAKA Agus. 2004. Pengertian Perubahan Lahan. Kolokiumpmipbwordpress. Com Diakses 18 Agustus 2014 Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Fatmawati. 2012. Konversi Lahan Untuk Perumahan Di Kelurahan Kuranji Kota Padang. Padang: STKIP Setyoko, Bayu. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Mengkonversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non Pertanian. Semarang: Universitas Diponogoro Sihaloho. 2004. Pengertian Konversi Lahan. Kolokiumpmipb. Wordpress. Com Diakses 18 Agustus 2014 Suharsimi. 2011, Defenisi Pemahaman Menurut Para Ahli. Http://Www.Masbled.Com/2011/09 /02/D. Diakses 18 Agustus 2014 V. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk menekan laju konversi lahan kelapa sawit perlu dilakukan peningkatan peran pemerintah, karena minimnya penyuluh pemahaman kepada masyarakat atau petani arti pentingnya pertanian, subsidi pemerintah, dan adanya upaya pelarang oleh pemerintah dalam mengkonversi lahan. 2. Kepada masyarakat khususnya di daerah Kenagarian Bidar Alam harus mengetahui lokasi atau tempat penanaman sawit. Karena lahan yang sudah ditanami kelapa sawit membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mengembalikan ke produktifitas lahan semula.