BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB V PENUTUP. kemiskinan melalui kelembagaan lokal, sehingga keberdaan lembaga ini tidak murni

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB IX FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERMASALAHAN PADA P2KP

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

LAPORAN PERKEMBANGAN PENINGKATAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT BERBASIS KOMUNITAS (PPMK)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Program Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi hasrat dan keinginan maupun cita-citanya, bantuan dana ini dikenal

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Millenium Development Goals (MDGs) yang memuat 8 program

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa. melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggapi segala hal masyarakat semakin kritis untuk menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Program penanggulangan kemiskinan yang dimulai sejak Pelita pertama sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

Lis Djuniar dan Welly. Universitas Muhammadiyah Palembang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum OLEH: HUSAINI

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/530/KEP/ /2014

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

II. PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN DATA. A. Capaian Penanganan Pengaduan

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

PENDAHULUAN. diputuskan maka langsung timbul resiko yaitu kemungkinan kredit tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Melihat perkembangan perekonomian saat ini, dimana tingkat minat

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 07/PERMEN/M/2006 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menandakan Koperasi di Indonesia sudah berkembang dan mengalami

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Maju Makmur merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama masalah dalam kemiskinan yang dialami oleh setiap negara,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 26/PERMEN/M/2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Anwar Ramli Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar. Keywords: fund repayment, national community empowerment program

Anwar Ramli Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar anwar288347yahoo.com

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 10

TENTANG SINERGITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH YANG BERKELANJUTAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi sehingga cara pemecahannya diperlukan suatu strategi komprehensif, terpadu, dan terarah serta berkesinambungan. Oleh karena itu pemerintah, dalam hal ini Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah telah merancang suatu program untuk menanggulangi kemiskinan yang ada di perkotaan, dengan memberikan bantuan berupa program dana bergulir. Program-program bantuan dana bergulir itu jumlahnya cukup banyak satu diantaranya ialah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Dengan adanya program ini diharapkan akan terjadinya berbagai aktivitas yang mendorong berkembangnya perekonomian lokal. Pemerintah menggulirkan P2KP untuk pertama kalinya pada November 1999 dan berakhir November 2001. Ini adalah P2KP I tahap I, sedangkan P2KP I tahap II dimulai Agustus 2002 hingga Juli 2004. Adapun tujuan dari P2KP yaitu: Tujuan P2KP adalah memberikan bantuan teknis berupa pendampingan kepada masyarakat dalam rangka membantu pengorganisasian kelembagaan di tingkat komunitas dan melakukan upaya bagi peningkatan kesejahteraan melalui peningkatan ekonomi, perbaikan sarana dan prasarana dasar lingkungan, serta peninngkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian masyarakat dapat secara mandiri melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi terhadap berbagai program yang terkait dengan penyelesaian permasalahan serta penyebab kemiskinan yang dihadapi, dan memberikan bantuan kepada masyarakat miskin dalam bentuk dana yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat. (Andri/Pikiran Rakyat : 2003).

2 Menurut Direktur Jendral Perumahan dan Pemukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Aca Sugandhy, dalam kata pengantar buku Pedoman Umum P2KP II, dari hasil pelaksanaan P2KP I Tahap I tampak perkembangan yang positif, khususnya dalam hal terwujudnya lembaga lokal masyarakat yang mandiri, yang termasuk di antaranya di dalam upaya pembangunan perumahan dan permukiman, yakni Badan Kaswadayaan Masyarakat (BKM). Tugas utama BKM adalah membantu manjalankan tugas pemerintah dalam persoalan kemiskinan masyarakat terutama dangan menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi lokal disaat terjadinya krisis multi-dimensi. Keberadaan BKM sangat bermanfaat dan berarti bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat usaha kecil karena dapat memperoleh pinjaman usaha tanpa menggunakan agunan. Pinjaman tersebut dapat diberikan kepada kelompok maupun perorangan. Sebagai langkah awal, dana BKM berasal dari Dana Hibah program P2KP. Untuk selanjutnya BKM sebagai lembaga pengelola keuangan memiliki kewenangan mengelola dana hibah tersebut. Dana hibah tersebut berupa modal kerja yang digulirkan dan diperuntukan sebagai modal kerja nyata dan harus dikembalikan kepada BKM untuk disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Terdapat 216 BKM yang ada di Kota dan Kabupaten Bandunng, salah satunya adalah BKM Bina Dharma. Namun pada saat ini BKM yang ada di Kota

3 Bandung dan yang masih bertahan dan beroperasi tinggal enam BKM, termasuk didalamnya BKM Bina Dharma. Meskipun BKM Bina Dharma merupakan salah satu BKM yang masih berdiri, namun BKM ini pun tidak terlepas dari masalah-masalah yang BKM lain hadapi. Kendala yang dihadapi BKM saat ini adalah banyaknya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang meminjam modal kerja sehingga dana yang ada tidak mencukupi untuk diberikan sebagai pinjaman, serta ada sejumlah masyarakat peminjam yang menganggap bahwa modal tersebut awalnya merupakan dana hibah jadi tidak perlu untuk dikembalikan. Melihat fenomena yang terjadi berdasarkan laporan pertanggungjawaban pengurus BKM dari tahun 2001 sampai dengan 2007 dapat dilihat saldo piutang BKM Bina Dharma sebagai berikut: Tahun Tabel 1.1 Saldo Piutang BKM Bina Dharma Tahun 2001-2007 Saldo Piutang KSM Jumlah KSM (dalam Rupiah) 2001 71 351,425,350.00 2002 94 493,562,200.00 2003 152 517,234,622.00 2004 138 529,658,467.00 2005 160 542,919,467.00 2006 153 536,062,192.00 2007 187 576,743,404.00 (sumber: Laporan Keuangan BKM Bina Dharma Tahun 2001-2007)

4 Sampai dengan akhir Januari 2008, terdapat 48,7% kredit yang macet atau terdapat sebanyak 91 KSM dari 187 KSM yang pengembalian piutangnya macet. Sisanya sebanyak 36,9% atau sebanyak 69 KSM merupakan KSM yang dalam pengembalian piutangnya termasuk kategori lancar. Dalam kategori sedang atau kurang lancar terdapat 14,4% atau 27 KSM. Tabel 1.2 Kriteria Kredit Pada BKM Bina Dharma Sampai dengan Akhir Januari 2008 Keterangan Jumlah KSM % Kredit Lancar Kredit Kurang Lancar Kredit Macet 69 27 91 36.9 14.4 48.7 JUMLAH 187 100 Dengan adanya masalah pengembalian piutang tersebut mengakibatkan penerimaan piutang yang kurang menggembirakan sehingga KSM ini pun berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Untuk penerimaan piutang setiap tahunnya mengalami penurunan ini dapat dilihat pada Tabel 1.3 dimana dari tahun 2004 hingga tahun 2007 terjadi penurunan jumlah pengembalian pinjaman (piutang) dari KSM. Pada Tabel 1.3 menunjukan adanya penurunan yang sangat mengkhawatirkan. Dari tahun ketahun, penerimaan piutang bukannya semakin meningkat malah semakin menurun. Dapat dilihat walaupun pada tahun 2002 dan 2003 mengalami peningkatan, namun pada tahun-tahun selanjutnya yaitu tahun 2004, 2005, 2006, 2007 terus mengalami penurunan yang sangat besar.

5 Tahun 2001 245.847.207 Tabel 1.3 Pengembalian Pinjaman KSM Tahun 2001-2007 Pokok Pinjaman % Ket (dalam Rupiah) 2002 335.782.150 36,58 Naik 2003 384.911.100 14,63 Naik 2004 338.276.155 12,11 Turun 2005 290.454.564 14,13 Turun 2006 251.978.161 13,24 Turun 2007 243.864.295 3,22 Turun (sumber: Laporan Keuangan BKM Bina Dharma Tahun 2001-2007) Dari penurunan pengembalian piutang ini, mengakibatkan terjadinya penurunan pendapatan atas jasa kredit. Pendapatan jasa kredit ini diperoleh dari jasa yang dikenakan kepada debitur atas kredit yang diberikan. Besarnya jasa di tetapkan sebesar 1,5% dari pokok pinjaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4. Tabel 1.4 Pendapatan Jasa BKM Bina Dharma Tahun 2001-2007 Tahun Pendapatan Jasa % Ket 2001 69.181.400 2002 76.662.400 10,76 Naik 2003 75.302.700 1,77 Turun 2004 68.002.425 9,69 Turun 2005 58.991.750 13,25 Turun 2006 51.655.375 12,43 Turun 2007 50.627.000 1,99 Turun (sumber: Laporan Keuangan BKM Bina Dharma tahun 2001-2007)

6 Penerimaan piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu oleh adanya piutang bermasalah. Beberapa faktor yang menyebabkan piutang menjadi bermasalah yaitu faktor risiko bisnis dan faktor non risiko bisnis. Faktor risiko bisnis dari sisi kreditur diantaranya: analisis piutang yang kurang akurat, pemantauan kredit yang buruk, skema kredit yang tidak tepat, verifikasi data keuangan dan jaminan yang sangat lemah. Dari sisi debitur dapat berupa kegagalan dalam pengelolaaan manajemen dan usaha, pangsa pasar yang berubahubah, perubahan kondisi ekonomi dan moneter, serta perubahan kebijakan pemerintah. Salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi pengembalian piutang dari debitur adalah keberhasilan usaha yang dikelola oleh debitur tersebut. Piutang muncul dari adanya penjualan barang, penyerahan jasa atau juga karena adanya pemberian pinjaman dana (Henry Simamora 2000:228). Jadi dalam hal ini BKM pun memiliki piutang sebagaimana tadi pengertian piutang, piutang BKM Bina Dharma berasal dari pemberian pinjaman dana (pemberian kredit). Kemacetan pengembalian piutang oleh KSM karena berbagai alasan diantaranya adalah keberhasilan usaha, menyebabkan penerimaaan piutang pada BKM Bina Dharma mengalami penurunan. Berdasarkan uarain tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui berapa besar keberhasilan usaha KSM yang dalam hal ini merupakan pihak peminjam (debitur) dapat mempengaruhi penerimaan piutang pada BKM Bina Dharma. Sehingga penulis mengambil judul skripsi PENGARUH KEBERHASILAN USAHA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM)

7 TERHADAP PENERIMAAN PIUTANG PADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) BINA DHARMA DI KELURAHAN GARUDA KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana keberhasilan usaha KSM anggota BKM Bina Dharma 2. Bagaimana penerimaan piutang pada BKM Bina Dharma 3. Seberapa besar pengaruh keberhasilan usaha KSM terhadap penerimaan piutang pada BKM Bina Dharma 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi supaya dapat mengetahui berapa besar pengaruh keberhasilan usaha KSM terhadap penerimaan piutang pada BKM Bina Dharma. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. untuk mengetahui keberhasilan usaha KSM 2. untuk mengetahui perkembangan penerimaan piutang pada BKM Bina Dharma

8 3. untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keberhasilan usaha KSM terhadap penerimaan piutang pada BKM Bina Dharma 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini : 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang keberhasilan usaha KSM serta penerimaaan piutang sehingga dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut mengenai masalah masalah yang berkaitan dengan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). 2. Secara Praktis Diharapkan dapat menambah ilmu bagi peneliti khususnya tentang P2KP. Serta bagi pihak lembaga diharapkan akan menjadi bahan masukan dalam menjalankan kegiatan usahanya.