BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. metabolik tubuh (Imaligy, 2014). Dalam menangani kasus gagal jantung

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

ANALISIS POLA PENGOBATAN PASIEN GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

GAMBARAN DAN ANALISIS BIAYA PENGOBATAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia berkembang cukup

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagal jantung tanpa adanya gejala kongestif (T. Dipiro, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Semua usaha yang dilakukan dalam upaya kesehatan tentunya akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kep. Menkes RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan salah. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. besarnya biaya yang dibutuhkan maka kebanyakan orang tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka mencapai cita-cita awal dari pembentukan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN. aman, bermutu, dan terjangkau. Hal ini diatur dalam undang-undang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) memprediksi, akan terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. miskin (Pasal 28H UUD 1945). Kesadaran tentang pentingnya. jaminan perlindungan sosial terus berkembang hingga perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan program Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) sejak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (Alashek et al, 2013). Data dari Indonesian Renal Registry (2014)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi penyebab utama kematian di negara- negara maju dan tampak adanya kecenderungan meningkat menjadi penyebab kematian di negara berkembang (Depkes, 2013). Gagal jantung adalah sindrom klinis kompleks yang disebabkan oleh gangguan fungsional ataupun struktural yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk menampung dan mengeluarkan darah. Manifestasi dari gagal jantung seperti dispnea, kelelahan yang menyebabkan terbatasnya kegiatan dan retensi cairan yang menyebabkan kongesti pulmoner dan udem periferal (W. Yancy, et al., 2013). Lebih dari 20 juta orang di dunia diperkirakan akan mengalami gagal jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki maupun perempuan, gagal jantung pada usia 80-89 tahun mempunyai prevalensi lebih tinggi sepuluh kali lipat dibandingkan usia 50-59 tahun (Tendera, 2004). Siklus hidup terkena gagal jantung menjadi berkembang 20% pada orang Amerika yang berusia 40 tahun. Di Amerika Serikat, angka kejadian gagal jantung stabil untuk beberapa dekade dengan angka > 650.000 kasus gagal jantung yang baru tiap tahunnya (Yancy, et al., 2013).

Prevalensi gagal jantung di Indonesia berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter sebesar 0,13% dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3%. Prevalensi gagal jantung yang terdiagnosis dokter tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (0,25%), selanjutnya Jawa Timur (0,16%) dan Jawa Tengah (0,18%) (RISKESDAS, 2013). Rasio efektifitas biaya tambahan untuk memperluas cakupan semua pasien gagal jantung adalah $ 9.700 per life year gained yang diperoleh dalam kasus dasar. Sebuah analisis kasus gagal jantung terburuk dengan asumsi konservatif simultan menghasilkan rasio efektif biaya tambahan dari $110.000 per life year gained. Dalam analisis sensitifitas probabilistik, 99,74% dari kemungkinan rasio tambahan efektifitas biaya gagal jantung yang < $ 50.000 per life year gained (Chan, et al., 2007). Menurut Silfia (2015), rata-rata biaya total yang diperlukan untuk pasien gagal jantung di RSU PKU Muhammadiyah Bantul periode Oktober Desember tahun 2013 adalah Rp.2.988.322,28 ± 3.211.817,2 pada pasien JAMKESMAS dan Tidak Mampu dan Rp. 6.864.408,76 ± 8.356.585,49 pada pasien ASKES PNS, Umum dan Kerjasama. Biaya paling banyak dikeluarkan pasien gagal jantung baik pasien dengan cara pembayaran JAMKESMAS dan Tidak Mampu maupun ASKES PNS, Umum dan Kerjasama adalah biaya obat dengan persentase masing- masing 28,07% dan 47,88%. Padahal biaya pengobatan merupakan masalah yang sangat penting bagi negara berkembang seperti di Indonesia. Salah satu yang mempengaruhi besarnya biaya penanganan gagal jantung adalah jenis obat yang digunakan. Oleh

karena itu dalam pengobatan gagal jantung diperlukan penanganan yang rasional dan komprehensif agar hasil yang didapat yang maksimal dan pelayanan kesehatan yang optimal (Anonim, 2007). berbunyi: Penelitian ini disusun berdasarkan Firman Allah pada Al- Quran yang QS. Al-Furqan (67) : Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Ayat diatas mengatakan bahwa setiap manusia apabila menggunakan hartanya untuk berobat harus dengan tepat yaitu mendapatkan pengobatan yang efektif, sesuai dan membayarkan sesuai pelayanan kesehatan yang diberikan. Pengobatan yang efektif dapat dimulai dari pemilihan obat yang tepat, yaitu yang memiliki efektifitas yang tinggi dan tidak memiliki harga yang terlalu mahal. Karena mengingat penyakit gagal jantung tidak bias disembuhkan dan memerlukan terapi jangka panjang. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menetapkan penjamin kesehatan melalui badan tersebut yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2004 tentang sistem Jaminan Sosial, merupakan salah satu upaya yang ditempuh pemerintah dalam mengatasi pembiayaan kesehatan. Dinyatakan dalam UU No. 40 Tahun 2004 bahwa JKN wajib bagi seluruh penduduk Indonesia yang

diselengarakan oleh suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Selain itu, dalam UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dimana JKN diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai pada 1 Januari 2014 (Depkes, 2013). Dampak positif dari JKN adalah dapat meningkatkan status kesehatan penduduk dengan meningkatnya status kesehatan selanjutnya akan meningkatkan produktivitas penduduk. Namun untuk biaya kesehatan dan mutu pelayanan masih sulit untuk dikendalikan (Depkes, 2013). Pada era penyelenggaraan JKN diberlakukan tarif INA-CBG s (Indonesian Case Based Group s) yang merupakan besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit sesuai dengan regional rumah sakit, tipe rumah sakit dan kelas perawatan (Depkes, 2014). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang merupakan salah satu rumah sakit pendidikan dengan kategori tipe B di regional 1 yang telah menerapkan sistem pembiayaan terpadu berbasis pelayanan. Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai rumah sakit rujukan untuk melayani pasien yang terdaftar dalam JKN sesuai dengan Permenkes Nomor 1 Tahun 2012 dan Peraturan Gubernur Nomor 59 Tahun 2012 tentang Rujukan Berjenjang (Kusuma, 2007). Prevalensi pasien gagal jantung di rumah sakit tersebut cukup tinggi sehingga memudahkan peneliti dalam penelusuran data.

Penelitian yang membandingkan biaya pengobatan gagal jantung pada pasien peserta JKN dengan Non JKN masih belum ada, sehingga digunakan contoh penelitian analisis biaya pada penyakit diabetes melitus sebagai gambaran perbandingan biaya pasien peserta JKN dan Non JKN. Penelitian tersebut dilakukan oleh Isti (2015) tentang analisis biaya diabetes melitus di PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan bahwa total biaya pada pasien umum sebesar Rp9.515.041,89, sedangkan pada pasien peserta JKN sebesar Rp5.233.966,89. Sehingga total biaya pada pasien umum lebih tinggi dibandingkan biaya pada pasien peserta JKN dengan perbedaan yang bermakna untuk perawatan kelas 2 (p=0,001) dan kelas 3 (p=0,004). Lenght of stay (LOS) pasien peserta JKN 59,76% menjalani rawat inap selama < 6 hari, sedangkan pasien umum 58,33% menjalani rawat inap selama 6 hari. Pola pengobatan gagal jantung merupakan karakteristik peresepan yang digunakan pada pasien, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Sistha (2013) tentang gambaran dan analisis biaya pengobatan gagal jantung kongestif pada pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi di surakarta tahun 2011. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa prevalensi terjadinya gagal jantung kongestif lebih banyak terjadi pada pasien laki-laki sebanyak 29 pasien (58%), sedangkan pasien dengan usia diatas 65 tahun sebanyak 20 pasien (40%) lebih banyak mengalami gagal jantung kongestif. Pengobatan yang paling banyak diberikan di RSUD Dr.Moewardi di Surakarta tahun 2011 adalah furosemid (90%) sebanyak 45 pasien.

Penelitian analisis perawatan gagal jantung ini dilakukan oleh peneliti menyangkut tingginya prevalensi pasien gagal jantung dan karena adanya peningkatan pembiayaan kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu banyaknya pasien peserta JKN menjadi salah satu faktor peneliti untuk menganalisis perbandingan biaya dan pola pengobatan pasien peserta JKN dan Non JKN. B. Perumusan Masalah 1. Berapakah rata-rata biaya perawatan gagal jantung di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada pasien peserta JKN dan Non JKN tahun 2015? 2. Apakah biaya perawatan gagal jantung di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada pasien peserta JKN telah sesuai dengan tarif paket INA-CBGs berdasarkan Permenkes Nomor 59 tahun 2014? 3. Bagaimana perbedaan biaya perawatan gagal jantung di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta antara pasien peserta JKN dengan Non JKN? 4. Bagaimana pola pengobatan berdasarkan golongan obat pada perawatan gagal jantung di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada pasien peserta JKN dan Non JKN?

C. Keaslian Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis biaya medis yang harus dikeluarkan pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2015. Penelitian lain yang sejenis antara lain : Tabel 1. Penelitian lain yang sejenis Peneliti Judul Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian Shifa Silfia (2015) Daniek Viviandhari (2009) Analisis Biaya pada Pengobatan Gagal Jantung di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul Periode Oktober Desember Tahun 2013 (Silfia, 2013) Analisis biaya pasien gagal jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode tahun 2008 (Viviandhari, 2009) Rata-rata biaya pengobatan total pasien gagal jantung di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul Periode Oktober Desember Tahun 2013 adalah Rp. 2.988.322,28 ± 3.211.817,2 pada pasien JAMKESMAS + Tidak Mampu dan Rp. 6.864.408,76 8.356.585,49 pada pasien ASKES PNS + Umum + Kerjasama. Biaya paling banyak dikeluarkan pasien gagal jantung baik pasien dengan cara pembayaran JAMKESMAS + Tidak Mampu maupun ASKES PNS + Umum + Kerjasama adalah biaya obat dengan presentase masing- masing 28,07% dan 47,88% Rata-rata biaya pengobatan total pasien gagal jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2008 adalah Rp. 1.932.981 ± 1.530.236 pada pasien JAMKESMAS, PKMS, Tidak Mampu dan Rp. 2.385.373 ± 1.319.744 pada pasien ASKES, PNS, Umum, Kerjasama. Waktu, tempat penelitian dan pada penelitian ini tidak dilakukan perbandingan biaya antara pasien yang menggunakan JKN dan Non JKN. Waktu, tempat penelitian dan pada penelitian ini tidak dilakukan perbandingan biaya antara pasien yang menggunakan JKN dan Non JKN.

D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui rata-rata biaya perawatan gagal jantung di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada pasien peserta JKN dan Non JKN pada tahun 2015. 2. Mengetahui kesesuaian biaya perawatan gagal jantung di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada pasien peserta JKN dengan tarif paket INA-CBGs berdasarkan Permenkes Nomor 59 tahun 2014. 3. Perbandingan biaya perawatan gagal jantung di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta antara pasien peserta JKN dengan Non JKN. 4. Pola pengobatan berdasarkan golongan obat pada perawatan gagal jantung di instalasi rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada pasien peserta JKN dn Non JKN. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Manajemen RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan evaluasi pelayanan kesehatan serta perencanaan pelayanan pasien yang lebih baik sehingga besar biaya perawatan pasien gagal jantung dapat sesuai dengan Permenkes RI Nomor 59 Tahun 2014 baik pada pasien yang menggunakan JKN ataupun Non JKN. 2. Bagi Pemerintah diharapkan dapat menjadi masukan untuk evaluasi pembiayaan perawatan pasien gagal jantung.

3. Bagi peneliti dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang analisis biaya.