BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari -Juni 2011 di Laboratorium Kimia

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

Bahan bakar dan bahan baku kertas. Senyawa organik bahan alam

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMALARIA DAN INSEKTISIDA FRAKSI ETIL ASETAT DAN SENYAWA 5,7,2',5",7",4"-HEKSAHIDROKSIFLAVANON-[3,8"]- FLAVON DARI BATANG

3 Percobaan dan Hasil

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

Bab III Metodologi Penelitian

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

Deskripsi METODE SEMISINTESIS TURUNAN EURIKUMANON MONOSUBSTITUSI (EURIKUMANON MONOVALERAT)SEBAGAI ANTIPLASMODIUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret Juli 2014, bertempat di

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

AKTIVITAS DAN POTENSI ANTIMALARIA SENYAWA SANTON TEROKSIGENASI DAN TERPRENILASI

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB III METODE PENELITIAN

digunakan adalah bagian daun segar dan simplisia lempuyang wangi dan lempuyang pahit yang digunakan adalah bagian rimpang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Desember di Laboratorium Biomasa Universitas Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB IV METODE PENELITIAN. identifikasi senyawa aktif yang terkandung dalam spons Clathria (Thalysias) sp,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

BAB II METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Desember 2013, bertempat di

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari -Juni 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi untuk isolasi senyawa alkaloid daun A.scholaris, Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga untuk uji bioaktivitas terhadap P.falciparum secara in vitro, Surabaya serta Laboratorium Fitokimia, Faculty of Science and Food, University Kebangsaan Malaysia, Bangi, Malaysia untuk identifikasi proton dan karbon NMR senyawa murni alkaloid daun A.scholaris hasil isolasi. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan berupa daun dari tumbuhan Alstonia scholaris. Bahan tumbuhan ini diperoleh dari Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPIBiologi, Purwodadi, Pasuruan. 3.2.2 Bahan Kimia Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: nheksana, amonia, diklorometana, asam klorida 5%, metanol, reagen Dragendorf, pereaksi Meyer, pelat silika gel, dan silika gel. 30

31 Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan ekstraksi adalah yang berkualitas teknis yang sudah didestilasi, sedangkan untuk keperluan analisis digunakan bahan yang berkualitas pro analisa (p.a). Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk uji aktivitas antara lain: air suling, RPMI 1640, HEPES buffer, natrium bikarbonat, gentamisin sulfat, serum manusia, eritrosit manusia, minyak imersi, pewarna giemsa, dan buffer fosfat. 3.2.3 Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain rotary vacum evaporator, corong pisah, mikropipet, timbangan analitik, pipet tetes, autoklaf, mikroskop, Spektometer UV-Vis Shimadzu UV-1700, Spektrometer FT-IR Perkin Elmer 1600, dan spektrometer FTNMR JEOL lamda 600 MHz. 3.3 Penyiapan Bahan 3.3.1 Penyediaan bahan penelitian Sampel daun tumbuhan Alstonia scholaris dibersihkan dan dikeringkan di udara terbuka, setelah itu dirajang kemudian digiling hingga berbentuk serbuk. 3.3.2 Pembuatan pereaksi Meyer Senyawa HgCl2 sebanyak 1,5 g dilarutkan dengan 60 ml akuades. Di tempat lain dilarutkan KI sebanyak 5 g dalam 10 ml akuades. Kedua larutan yang telah dibuat kemudian dicampur dan diencerkan dengan akuades sampai volume 100 ml.

32 Pereaksi Meyer yang diperoleh selanjutnya disimpan dalam botol gelap. 3.3.3 Pembuatan reagen Dragendorf Bismut subnitrat (Bi(NO3)2) sebanyak 0,85 g dilarutkan dalam campuran 10 ml asam asetat glasial (HOAC) dan 40 ml akuades. Ditempat lain, timbang 8 g KI dan dilarutkan dalam 20 ml akuades. Kedua larutan yang telah dibuat dicampur kemudian diencerkan dengan akuades sampai volumenya 100 ml. Pereaksi Dragendorf ini kemudian disimpan botol yang berwarna gelap. 3.3.4 Pembuatan ekstrak alkaloid Serbuk daun Alstonia scholaris sebanyak 1 kg diekstraksi n-heksana pada suhu kamar. Proses ekstraksi dilanjutkan dengan penambahan NH4OH (ph=10) selanjutnya diekstraksi dengan diklorometana. Ekstrak diklorometana tersebut dipekatkan menggunakan rotary vacum evaporator. Ekstrak diklorometan, selanjutnya dengan penambahan HCl 5% (ph=3-4) menghasilkan garam alkaloid. Selanjutnya ekstraksi dilakukan pemisahan antara senyawa non alkaloid dengan garam alkaloid menggunakan pelarut diklorometan. Garam alkaloid dibasakan lagi dengan NH4OH (ph=9-11) kemudian dipartisi dengan diklorometan untuk mendapatkan ekstrak alkaloid total.

33 3.3.5 Pemisahan dan pemurnian senyawa alkaloid Ekstrak alkaloid sebelum dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom (KK) terlebih dahulu dilakukan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan berbagai macam eluen guna mengetahui jumlah komponen atau kompleksitas senyawa. Spot yang diperoleh kemudian dideteksi dengan menggunakan lampu UV dan pereaksi Dragendorf, senyawa alkaloid akan menghasilkan spot yang berwarna merah kecoklatan. Selanjutnya, ekstrak alkaloid total tersebut dipisahkan dengan KK dengan menggunakan eluen diklorometana, campuran diklorometana-metanol dengan berbagai perbandingan yang kepolarannya dinaikkan secara gradien. Hasil pemisahan menghasilkan fraksi utama. Terhadap fraksi utama dilakukan pemisahan kembali dengan KK menghasilkan senyawa alkaloid murni, dan senyawa tersebut dilakukan uji kemurnian dengan berbagai eluen dan selanjutnya ditentukan strukturnya dengan metode kromatografi. 3.4 Identifikasi isolat 3.4.1 Identifikasi dengan Spektroskopi UV-Vis Senyawa alkaloid hasil isolasi sebanyak 0,1 mg dilarutkan dalam metanol p.a kemudian diukur pada panjang gelombang 200-400 nm.

34 3.4.2 Identifikasi dengan Spektroskopi Inframerah Senyawa alkaloid hasil isolasi digerus dengan kalium bromida (KBr) bebas air, kemudian dikompresi sampai terbentuk pelet yang transparan. Pelet ini dimasukkan dalam sampel holder dan dibuat spektrumnya berdasarkan bilangan gelombang senyawa. 3.4.3 Identifikasi dengan Spektroskopi RMI Senyawa alkaloid hasil isolasi dilarutkan dalam CDCl3 dan diukur spektrumnya pada 0-10 ppm untuk 1H-NMR sedangkan pada 13 C-NMR diukur pada 0-200 ppm. 3.5 Prosedur Uji Aktivitas Anti Malaria In Vitro 3.5.1 Persiapan medium Medium yang digunakan dalam pembiakan isolat Plasmodium falciparum invitro terdiri dari medium tak lengkap, medium lengkap, dan medium biakan. Medium tak lengkap (Incomplete medium) Medium steril terdiri dari : 10,4 g RPMI-1640, 5,96 g HEPES, 2,1 g Na2CO3, 0,05 g hypoxantin, 0,5 ml gentamycin dan akuades 960 ml. Medium Lengkap Medium lengkap merupakan medium yang mengandung 10% serum manusia. Medium ini dibuat dengan cara mencampurkan media tak lengkap sebanyak 90 ml dengan 10 ml serum manusia.

35 Persiapan serum Untuk mendapatkan serum manusia, diambil darah golongan O bagian vena dan ditambah antikoagulan, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit pada suhu 4oC. Plasma diambil dengan pipet pasteur dan di-heat inactivation pada suhu 56oC selama 30 menit, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit pada suhu 4oC untuk mendapatkan fibrin, sehingga didapatkan serum. Serum dimasukkan kedalam tabung steril 15 ml dan disimpan. pada suhu -20oC dan bila akan digunakan, dihangatkan pada suhu 37oC (Renia, 1988). 3.5.2 Persiapan eritrosit 50 % Darah yang telah diberi antikoagulan, disimpan pada suhu 4oC dan dapat digunakan sekitar 3 minggu. Darah dalam tabung, disentrufugasi pada 3000 rpm selama 15 menit menghasilkan eritrosit yang terpisah dari leukosit. Eritosit dicuci dengan medium pencuci, disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit pada suhu 4oC, dan proses ini dilakukan sebanyak dua kali. Eritrosit yang telah dicuci (bebas dari leukosit) ditambah dengan medium lengkap dengan volume yang sama untuk membuat eritrosit 50% dan disimpan pada suhu 4oC. Eritrosit yang telah dicuci dapat digunakan tidak lebih dari dua minggu (Renia, 1988).

36 3.5.3 Prosedur kultur biakan Prosedur biakan dilakukan berdasarkan metode Treger dan Jensen. Biakan beku isolat P.falciparum dicairkan dengan tangan atau dihangatkan diatas penangas air pada suhu 37oC sambil dikocok-kocok sampai mencair. Parasit diperoleh dari simpanan beku yang dithawing dengan cara sebagai berikut: a. Biakan beku isolat yang telah mencair dimasukkan kedalam tabung sentrifus, kemudian ditambahkan larutan NaCl 3,5% dengan volume 2mL menggunakan pipet pasteur sambil dicampur perlahan. Kultur biakan tersebut di sentrifus pada 1500 rpm selama 5 menit pada suhu 4oC, menghasilkan endapan dan supernatan. b. Supernatan dibuang dan endapan kultur biakan disuspensikan dengan 5 ml medium tak lengkap, dicampur perlahan-lahan dengan pipet pasteur. Selanjutnya disentrifus pada 1500 rpm selama 5 menit pada suhu 4oC. Berikutnya endapan tersebut dicuci dengan medium lengkap sebanyak 4,5 ml ditambahkan 0,5 ml eritrosit 50%, Kultur dipindahkan ke dalam cawan petri, dimasukkan dalam candle jar dan selanjutnya disimpan dalam inkubator pada suhu 37oC. Selanjutnya dilakukan penggantian medium tiap hari dengan menambahkan sebanyak 4,5 ml medium lengkap ke dalam kultur. Bila tingkat parasitemianya lebih dari 2% dapat dilakukan sub biakan (Renia, 1988).

37 3.5.4 Subbiakan Biakan yang telah mencapai kadar parasitemia yang tinggi dipindahkan untuk dibiakkan dengan eritrosit yang terinfeksi parasit malaria, kemudian disentrifus pada 1500 rpm selama 5 menit pada suhu 4oC. Packed cells disuspensi dengan medium lengkap dengan volume yang sama untuk membuat suspensi 50%. Selanjutnya dibagi dalam cawan petri dan ditambah suspensi eritrosit 50% baru untuk membuat parasetemia 0,5-1%. Kemudian ditambah medium lengkap untuk mendapatkan hematokrit 5% dan diinkubasi kembali (Renia, 1988). 3.5.5 Uji aktivitas in vitro Pada uji aktivitas antimalaria dilakukan terhadap P. falciparum strain 3D7 yang sensitif terhadap kloroquin. Secara prinsip uji aktivitas dilakukan dengan cara berikut : bahan uji dilarutkan dalam DMSO sebanyak 20 µl kemudian ditambahkan aquades hingga 2ml. Pipet 10 μl larutan dan diencerkan dengan 1080 µl medium lengkap hingga diperoleh berbagai macam kadar. Sebanyak 120 µl larutan uji yang telah diencerkan dimasukkan ke lempeng sumur mikro, kemudian ditambahkan 1000 µl suspensi parasit dan diinkubasi selama 48 jam. Uji ini dilakukan dua kali replikasi (Nuri, 2006). Penyiapan suspensi sel parasit Kadar parasitemia suspensi sel untuk uji antiplasmodial in vitro adalah 1%. Suspensi sel parasit tersebut dibuat dari biakan P. falciparum (Nuri, 2006). Penyiapan bahan uji Bahan uji antimalaria dilakukan terhadap ekstrak alkaloid dari daun Alstonia

38 scholaris. Variasi konsentrasi ekstrak alkaloid adalah sebagai berikut: 0,01 ; 0,1 ; 1,0 ; 10 dan 100 µg/ml.. Penyiapan bahan uji ini dikerjakan pada kondisi aseptis (Nuri, 2006). Pembuatan larutan pembanding kloroquin difosfat Kontrol positif yang digunakan dalam uji aktivitas, yakni kloroquin difosfat dengan konsentrasi 1µg/ml dengan pelarut akuabides (Nuri, 2006). Kontrol negatif Kontrol negatif dalam uji aktivitas menggunakan pelarut yang dipakai seperti pada bahan uji (dimetilsulfoksida) sebanyak 50µL. Selanjutnya diencerkan dalam sumur mikro (1000 µl) hingga diperoleh kadar dimetilsulfoksida 0,5% (Nuri, 2006). 3.5.6 Evaluasi Hasil Uji Efek Antiplasmodial Kultur diinkubasi selama 48 jam, dan dipanen kemudian disentrifuge. Bagian atas suspensi (supernatan) dibuang hingga diperoleh suspensi pekat dan dibuat sediaan lapisan darah tipis (monolayer) yang diwarnai dengan Giemsa 20% dalam aquades. Kemudian setelah didiamkan selama 10 menit, dicuci dengan aquades dan dikeringkan. Selanjutnya dihitung persentase parasitemia dan persentase hambatan pertumbuhan P. falciparum dengan menghitung jumlah erirosit yang terinfeksi setiap 5000 eritrosit dibawah mikroskop.

39 Persentase parasitemia dihitung dengan rumus : eritrosit yang terinfeksi % Parasitemia = x 100 % 5000 eritrosit Persentase penghambatan dihitung dengan rumus : Xp 100% % Penghambatan = 100% - Xk Keterangan : Xp = Parasitemia perlakuan Xk = Parasitemia kontrol 3.5.7 Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis probit pada program SPSS dimana analisis tersebut dengan membuat kurva hubungan antara probit (probability unit) prosentase penghambatan dengan logaritma kadar menggunakan persamaan garis regresi linier (Nuri, 2006). Analis ini digunakan dalam perhitungan nilai IC50. Nilai IC50 merupakan kadar sampel uji yang dapat menghambat 50% pertumbuhan P. Falciparum.

40 Skema Ekstraksi alkaloid dari daun Alstonia scholaris (L.) R.Br. Daun pule Alstonia scholaris L.R.Br Maserasi dengan n-heksana Filtrat Residu Dibasakan dengan NH4OH p selama 2 jam, dan direndam dengan DCM. Filtrat Residu evaporasi Ekstrak kering +DCM Fraksi DCM (non alkaloid) +HCl 5% Ekstrak kental DCM Fraksi HCl Dibasakan dengan NH4OH p sampai ph 11, +DCM Fraksi Air Fraksi DCM (ekstrak alkaloid) evaporasi Antiplasmodial Alkaloid total Uji Aktivitas in vitro KKG KLT Alkaloid murni Struktur Alkaloid Uji Spektroskopi IR, NMR, MS, dan UV-Vis

41 Skema Uji Aktivitas Antiplasmodial In Vitro Medium tak lengkap Persiapan medium Persiapan serum Medium lengkap Persiapan eritrosit 50% Prosedur Biakan Penyiapan suspensi sel parasit Penyiapan bahan uji Sub Biakan Pembuatan larutan pembanding kloroquin difosfat Uji Aktivitas In vitro Kontrol negatif Evaluasi hasil uji efek Antimalaria Analisis Data